Mohon tunggu...
fatmasari titien
fatmasari titien Mohon Tunggu... Penulis - abadikan jejak kebaikan, jadikan hidup penuh manfaat

ibu profesional, pembelajar dan pegiat sosial.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Sucikan Jiwa, Sucikan Harta

10 Mei 2021   08:32 Diperbarui: 10 Mei 2021   08:51 1822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sucikan Jiwa, Sucikan Harta

Ramadhan hampir sampai pada penghujungnya. Salah satu keinginan sekaligus pertanyaan besar kita adalah apakah kita akan benar-benar sampai pada tingkatan takwa sebagaimana dalam firman Allah ta'ala,

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa." (QS AlBaqoroh:183)

Allah memerintahkan puasa agar semua hamba-Nya tidak hanya sekadar beriman saja tetapi juga bertaqwa. Dalam QS Adzariyat 15-19, Allah ta'ala berfirman,

. . . .

"Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada di dalam taman-taman (surga) dan di mata air-mata air. Sambil mengambil apa yang diberikan kepada mereka oleh Rabb mereka. Sungguh, sebelum itu, mereka ketika di dunia adalah orang-orang yang berbuat baik. Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah subhanahu wa ta'ala) Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang menjaga dirinya dari meminta-minta."

Ayat-ayat tersebut memperlihatkan adanya indikator yang melekat pada diri orang yang bertaqwa, yaitu :

  1. Muhsinin, yaitu orang-orang yang ihsan.
    Makna ihsan adalah beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya, kalaupun penglihatan kita tak dapat melihat-Nya, hati kita yakin bahwa Allah melihat kita. Dengan demikian, segala sesuatunya dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah ta'ala.

Ihsan juga mempunyai arti berbuat kebaikan di mana Allah ta'ala menjamin bahwa kebaikan pasti akan dibalas Allah dengan kebaikan pula.

Kebaikan seseorang tidak semata-mata diukur dari hablun minallah, rajinnya ibadah ritual, tetapi harus diimbangi dengan hablun minannas. Shalat dimulai dengan takbir, dan diakhiri dengan salam mengajarkan kepada kita untuk menjaga keseimbangan dan kesinambungan hubungan vertikal dan horizontal.

Orang yang baik adalah yang shalih ritual dan shalih sosial. Shalihun linafsihi wa shalihun lighoirih (shalih untuk dirinya dan shalih untuk orang lain). Allah berfirman,

"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan." (QS. Al Hajj: 77)

Ada dua kunci untuk sukses bermuamalah dan bermu'asyarah adalah salamatush shadr (berlapang dada selamat) dan itsar (mengutamakan orang lain dalam urusan dunia).

  1. Mudawamah (terus-menerus) dan istiqomah (konsisten) melaksanakan qiyamullail atau shalat malam.

"Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam."

Artinya, orang yang bertaqwa adalah orang yang rajin shalat malam atau shalat tahajjud (melepaskan selimut) untuk mendekatkan diri kepada Allah ta'ala .

Bangun malam adalah perilaku dan kebiasaan rutin (kultur) orang-orang shalih dahulu, sebagai taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah subhanahu wa ta'ala, membentengi diri dari perbuatan dosa, menghapuskan kesalahan dan dapat menghilangkan penyakit dalam tubuh.

  1. Muhasabah diri dan memohon ampun (beristighfar) kepada Allah subhanahu wa ta'ala di waktu sahur (di penghujung malam), waktu yang mustajab. Orang yang cerdas adalah orang yang selalu intropeksi diri dan beramal untuk kehidupan sesudah mati. Dengan banyak muhasabah dan banyak istighfar maka hisab di akhirat akan lebih ringan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassallam bersabda,

"Allah subhanahu wa ta'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam yang terakhir masih tersisa. Kemudian Dia berfirman, "Siapa yang berdoa kepada-Ku akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku akan Aku beri. Dan siapa yang memohon ampun kepada-Ku akan Aku ampuni." (HR Bukhori Muslim)

  1. Senang berbagi dengan infaq, zakat, dan sedekah karena dia sadar bahwa

" dalam hartanya ada hak bagi peminta-minta, dan orang miskin yang menahan diri dari meminta".

Dalam ayat ini dijelaskan, belum sempurna Tazkiyatun nafs (penyucian jiwa) sebelum diikuti dengan tazkiyatul maal (penyucian harta). Karena pada hakekatnya pemakaian harta melekat pada jiwa pemiliknya.

Allah berfirman,

"Ambillah (sebagian) dari harta mereka menjadi sedekah (zakat), supaya dengannya engkau membersihkan mereka (dari dosa) dan mensucikan mereka (dari akhlak yang buruk).(QS Taubah :103)

Maka Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam mewajibkan zakat Fitri di bulan Ramadhan bagi setiap muslim, baik merdeka atau hamba sahaya, laki-laki ataupun perempuan. Khalifah Abu Bakar radhiallahu 'anha bahkan memerangi kaumnya yang enggan membayar zakat sepeninggal Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam.

Zakat mensucikan harta, akan menjadikan harta bertambah, serta akan menjadi sebab terbuka pintu rizki bagi pemiliknya.

Sebagaimana hadits rasul shallallahu 'alaihi wasallam:

Harta yang dikeluarkan zakat atau sedekahnya tak akan berkurang.

"Jika suatu kaum enggan mengeluarkan zakat dari harta-harta mereka, maka mereka akan dicegah dari mendapatkan hujan dari langit. Sekiranya bukan karena hewan-hewan ternak, niscaya mereka tidak diberi hujan."

Zakat dapat memperbaiki akhlak muzaki, dan menyenangkan hatinya. Orang yang mengeluarkan zakat akan selamat dari golongan orang yang bakhil, dan masuk dalam golongan orang-orang yang dermawan, itu akan menggembirakan hatinya. Karena sesungguhnya tiap orang yang menyerahkan hartanya dengan kerelaan dan kemurahan hatinya, maka secara otomatis jiwanya akan merasakan senang dan gembira.

Zakat akan menjaga dan memelihara dari pandangan negatif orang fakir miskin, serta melindungi dari tangan orang yang berbuat jahat.

Orang yang mengeluarkan zakat termasuk dalam golongan orang mukmin yang berhak mendapatkan rahmat dari Allah. At-Taubat, ayat: 71.

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Ramadhan hampir berakhir, sudahkah keempat indikator di atas terpenuhi dalam diri kita?

Sudahkah menunaikan zakat? Sesungguhnya belum sempurna amalan ramadhan seorang hamba sebelum dia menyucikan jiwa dan hartanya. Masih ada sedikit waktu sebelum fajar idul fitri tiba.

Semoga Allah mudahkan langkah kita dan memasukkan kita dalam golongan orang-orang yang kembali suci dan orang-orang yang menang. Aamiin.

#Demak,10052021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun