Ramadhan kurindu, untuk bertemu
Siapkan hatiku juga hatimu Ramadhan kurindu untuk bertemu
Dengan penuh cinta, sambut indah ramadhan
Lagu di atas tentu sudah akrab di telinga kita. Saya pun suka mendengarkannya. Ada baiknya bertanya pada hati kita masing-masing, benarkah ada ramadhan di sana?
Ramadhan adalah bulan penuh kebaikan. Sepertiga awalnya penuh rahmat, sepertiga di tengahnya penuh ampunan dan sepertiga akhirnya diselamatkan dari api neraka. Maa syaa Allah, adakah yang lebih baik dari itu?
Adakah kerinduan dan kecintaan pada ramadhan masih tersemat dalam hati? Sepuluh hari telah pergi, mari menelisik diri. Sudahkah menjamu ramadhan dengan jamuan yang baik dan mulia?
Seringkali di awal kita bergempita menyusun rencana. Namun tidak sepenuh hati melaksanakannya. Masihkah yakin rahmat ramadhan tergenggam?
Merencanakan tilawah seusai subuh, ternyata dikalahkan oleh kantuk. Berniat sholat dhuha, namun terlena sampai dhuhur tiba. Menjadwal sedekah atau menyediakan ifthor atau takjil untuk tetangga, tetapi menunda-nunda persiapannya. Tahu-tahu waktu berbuka sudah tiba.
Pun ketika maghrib tiba dan berbuka, terlewat dalam berdoa. Andai kita selalu ingat bahwa lepas ashar hingga berbuka adalah waktu istijabah.
Begitu pun dengan qiyamul lail. Tarawih ditunda-tunda. Berharap bisa menegakkannya pukul tiga. Ternyata baru terbangun menjelang subuh. Qiyam terlewat, sahur pun terburu-buru. Subhanallah inni kuntu minadhdholimiin.
Manusia memang tempatnya salah dan khilaf. Tak seorang pun luput dari berbuat keburukan. Sebaik-baik mukmin adalah yang ketika melakukan keburukan segera istighfar, bertaubat dan memperbaiki dirinya.
Abu Dzar radhiallahu anhu mengatakan Rasulullah shalallahu 'alaihi wassalam bersabda, "Allah berfirman -- di dalam Hadis Qudsi:
, , , . , , , , , , ,