Hari Ibu baru saja lewat, meski pandemi covid 19 belum menunjukkan titik akhir, bahkan kasusnya masih cenderung naik. Bagi penulis sendiri, hari ibu tidak dibatasi dalam tanggal, bulan dan tahun. Setiap hari adalah hari ibu, di mana setiap ibu harus menjalani perannya setiap saat, setiap waktu. Hanya ajal pembatasnya.Â
Namun demikian, peringatan hari ibu juga bukan sesuatu yang salah. Setidaknya ada satu hari di mana semua orang mengingat kembali pengorbanan dan kasih sayang ibunya. Diharapkan dari  peringatan ini, semua orang bisa mengutarakan bentuk rasa terima kasihnya pada sang ibu meski tak setiap hari. Ucapan selamat dari suami dan anak-anak  merupakan moodbooster bagi para  ibu dalam menjalani perannya di masa pandemi. Apalagi kalau masih ditambah dengan hadiah, maa syaa Allah,  alhamdulillah.Â
Pandemi covid memang mengubah banyak hal di kehidupan kita. Yang dulu bebas berkumpul, main kemana saja dengan teman-teman, sekarang harus dibatasi. Yang dulu bisa santai cipika-cipiki dengan sahabat dan saudara setelah lama tak bertemu, sekarang harus tetap jarak kalau mau aman. Yang dulu bisa selfi bareng rekan-rekan kerja bisa sambil pamer senyum dan tawa, bibir dimonyongin, sekarang musti tetep pakai masker. Harus sering-sering cuci tangan meskipun enggak sedang mau makan.
Dunia pendidikan dan dunia kerja juga berubah, dari sistem offline (tatap muka) beralih online. Mau tak mau semuanya harus belajar memahami teknologi dan menyesuaikan diri ketika harus menggunakan  aplikasi-aplikasi baru yang sebelumnya mungkin tak pernah dipergunakan. Dan ibu menjadi salah satu subjek yang harus melipatgandakan fungsi dari sebelumnya.Â
Sebelum pandemi, para ayah terkonsentrasi dengan pekerjaannya di luar rumah, anak-anak juga terkonsentrasi dengan pelajarannya di sekolah, para ibu dapat fokus pada perannya sendiri di wilayah domestik (rumah tangga). Untuk ibu berkarir masih ditambah dengan urusan pekerjaannya sendiribaik di luar rumah maupun di dalam rumah.
Di masa pandemi ini, tugas ibu bertambah. Ibu harus mendampingi ayah selama bekerja di rumah, mendampingi anak-anak selama belajar daring dari rumah. Dia juga masih harus menghandle semua tugas rumah tangganya yang tidak berkurang, bahkan bertambah. Kebutuhan makanan bertambah, cucian bertambah, belum lagi mengkondisikan anak-anak agar situasi dan kondisi rumah tetap aman terkendali. Pendek kata, ibu harus tangguh.Â
Untuk menjadi tangguh, ibu tentu perlu kesehatan yang prima, Â antara lain:
1. Sehat Spiritual (dekat dengan Allah)
Apa yang terjadi dalam kehidupan dan alam semesta ini, tentunya tidak lepas dari campur tangan Allah, Sang Maha Pemilik Kehidupan. Nah, agar dapat melalui semua peristiwa kehidupan dengan baik dan selamat, tentunya ibu harus meminta pada pemiliknya dong. Jadi, ibu harus selalu mendekat kepada Allah, Sang Maha Pemilik Kehidupan.Â
Barang siapa selalu mengingat Allah, maka hatinya akan tenang. Karena dia yakin, bahwa Allah pasti akan menyelamatkannya dan memberikan yang terbaik untuknya. Dengan demikian dia akan tetap tenang dalam situasi dan kondisi apapun. Sehat spiritual mensyaratkan untuk berbuat dan beramal sesuai norma agama. Dan barangsiapa menolong (melaksanakan norma) agama Allah, maka Allah akan menolongnya.
2. Sehat Moral (berperilaku terpuji)