Menurut John Tom Linson dalam sebuah tulisan "Cultural Globalization: Placing and Displacing the West", globalisasi adalah "Proses hubungan yang rumit antar masyarakat dunia yang luas, antar budaya, institusi dan individual.Â
Globalisasi merupakan proses sosial yang mempersingkat waktu dan jarak dari pengurungan waktu yang diambil baik secara langsung maupun tidak langsung. Jadi dengan dipersingkatnya jarak dan waktu, dunia dilihat seakan-akan semakin mengecil dalam beberapa aspek, yang membuat hubungan manusia antara yang satu dengan yang lain semakin dekat.
Pada prinsipnya, globalisasi mengacu pada perkembanganperkembangan yang cepat di dalam teknologi komunikasi, transformasi, informasi yang bisa membawa bagian-bagian dunia yang jauh menjadi hal yang bisa dijangkau dengan mudah.
Di era globalisasi ini, budaya yang ada didominasi oleh budaya Barat, yang sarat dengan konsumerisme, hedonisme dan materialisme. Globalisasi yang melanda dunia ditandai dengan hegemonisasi food (makanan), fun (hiburan), fashion (mode), dan thought (pemikiran).Â
Budaya-budaya ini terkadang dipaksakan masuk ke dalam budaya lain, sehingga tidak jarang terjadi "benturan-benturan" kebudayaan.Bisa dibayangkan, dengan kecanggihan alat komunikasi berbagai produk budaya dari segala penjuru dapat dengan mudah masuk ke rumah-rumah keluarga.
Di era pandemic ini, anak-anak lebih banyak belajar dari rumah. Pelajaran diberikan melalui pesan virtual yang menuntut penggunaan gadget dan internet untuk mengaksesnya. Mau tidak mau, anak- berinteraksi dengan media-media ini lebih lama daripada ketika mereka masih belajar  di sekolah.Â
Disadari atau tidak, sebagian besar anak-anak  telah dijejali sejak dini dengan berbagai budaya yang menyimpang dari norma-norma sosial dan agama melalui media ini (televisi, radio, gadget dan computer). Media-media ini seolah menggantikan peran orang tua dalam pengasuhan. Hal ini menjadikan peran pendidikan dalam keluarga tidak efektif lagi.
Menurut sebuah penelitian yang dialakukan oleh Zakiah Drajat, perilaku manusia 83% dipengaruhi oleh apa yang dilihat, 11% oleh apa yang didengar, dan 6 % sisanya oleh berbagai stimulus campuran. Dilihat dari perspektif ini, nasihat orang tua yang hanya memiliki efektivitas 11%, dan hanya contoh teladan orang tua saja yang memiliki efektivitas tinggi.
Budaya dalam suatu masyarakat akan sangat berpengaruh pada pembentukan karakter keluarga. Pengaruh ini meliputi perilaku, gaya hidup dan aspekaspek lain. Budaya Barat sangat menjunjung tinggi kebebasan pribadi untuk berekspresi, dan ini tentunya sangat berbeda dengan masyarakat Timur yang masih menjunjung nilai-nilai moral.
Setidaknya ada dua ancaman yang sering terjadi akibat kehidupan modern di era global ini, yaitu,
Pertama, terjadi  erosi kesakralan lembaga perkawinan. Beberapa pasangan menikah apabila mereka sepakat untuk mencari kesenangan daripada berpikir tentang tanggungjawab yang akan mereka pikul bersama.Â