Mohon tunggu...
Fatmasari
Fatmasari Mohon Tunggu... lainnya -

terus mengasah kecerdasan kalbu dan akal

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salut Buat Teman Kompasianer Novita Sianipar (Ditemukan Satu Lagi Perawan di Atas 25!)

21 Juni 2012   10:18 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:42 602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertama-tama aku mohon pamit dulu ni buat sis Novi, aku membuat tulisan ini beranjak dari baca kisah diartikelmu. Permisi….. :-)

Sebenarnya diartikelnya “Beda dokter Inggris dan dokter Indonesia” 21 juni 2012 menulis kisah berobatnya kedokter Inggris yang ternyata kalah canggih dengan dokternya di Indonesia. Tapi kemudian yang ingin kutulis tentang dia adalah isi disela-sela isi tulisannya.

Terkisahkanlah Novita sebagai wanita yang masih perawan diatas usia 25 tahun yang mana kalau di Inggris sono dan dinegara-negara bule yang lain adalah aib. Meski hanya bertemu lewat tulisan tapi aku terharu, bahagia karena mudah2an masih banyak kaumku yang tetap menjaga kehormatannya hingga ditakdirkan bertemu seseorang dalam ikatan pernikahan yang suci.

Sukses menjaga diri di negeri sendiripun dah jempol apalagi dinegeri sono !.

Sebagai yang pernah merantau disalah satu negara Eropa (Cyprus) aku cukup tahu kegilaan diluar sana. Asli kalau tidak dirahmati keimanan yang kuat dan rasionalitas yang cerdas pasti terikut, demikian banyak contoh yang kulihat dengan mata kepala sendiri disekitarku ketika disana.

Dan sebenarnya di Indonesia sendiri freesex pelan namun pasti jadi gaya hidup, contoh disekitarkupun banyak termasuk dilingkungan kerja tentunya. Mengenai apa gaya hidup yang dipilih oleh orang lain ya terserah masing-masing sesuai dengan cara berpikir dan prinsip hidup yang dianut tentunya. Namun buat diriku sendiri adalah suatu keindahan sejati seorang perempuan saat dia mampu menjaga harkat dan martabatnya hingga terikat dalam pernikahan. Sebegitu bodoh ataupun pongahnya para perempuan penganut freesex ini namun tetaplah kulihat bertebaran penyesalan-penyesalan dan jadi korban dari gaya hidupnya sendiri dikemudian hari.

Aku jadi ingat pula dengan seorang teman, Betty Simatupang, saat itu dia 20 tahun, teman satu gedung kost di jalan Jamin Ginting di Medan dulu. Dia anak FMIPA USU. Beberapa kali dia curhat padaku soal asmaranya. “Kak ada yang mau kutanya, boleh nggak?”, begitu ujarnya sewaktu aku membuka ketukannya dipintu kamarku. Selanjutnya didalam kamar kisah dia ceritakan padaku tentang malam mingguan dengan pacarnya dibioskop dan si pacar minta cium. Intinya dia menolak dan si pacarpun kecewa. “Apa pendapat kakak dengan sikapku itu?”, tanyanya. Aku tanya balik kedia apa yang dia rasakan dengan tindakannya itu. Dia bilang itu membuatnya damai karena keimanan membimbingnya demikian. Lalu aku berkata jika demikian maka itulah tindakan yang benar maka berpegang teguhlah pada Tuhan atas cobaan yang datang, demikian aku menyampaikan secara universal berhubung keimanan kami yang berbeda.

Beberapa hari kemudian dia bilang “Kak, kakak PAku pun beri komentar sama seperti kakak ujarnya. Rupanya pada akhirnya dicerita juga dikomunitas rohaninya buat mendapat doa keteguhan. Dikomunitas rohani tersebut yang aku tahu dari teman-teman yang Kristiani ada yang disebut kakak PA (pendalaman Alkitab) yang bersedia menjadi konsuler/teman curhatpribadi jika diinginkan. Ini hanya salah satu kisah tuturnya padaku hingga setahun kemudian dengan tegas dia memutuskan sicowok walau dia cinta, kembali alasannya adalah masalah prinsip-prinsip tadi.

Aku salut pada diri Betty yang menjadi seorang perempuan berpendirian kukuh dalam menjaga dirinya. Sementara disekitar kami pergaulan bebas para mahasiswa/I sedemikian derasnya, namun buat Betty hanya sebuah cium sekalipun bukanlah hal yang dia perbolehkan dilakukan seorang lelaki atas dirinya. Perbicangan dengan Betty dan menjadi observer atas sikap yang sama yang dimiliki teman kost yang Kristiani membuat aku punya pengalaman batin secara langsung, bahwa bukan di agamaku saja yakniagama Islam saja perempuan sedemikian di tuntun agar memiliki keindahan sejati tersebut tapi rupanya juga di keimanan mereka. Teman-temanku ini religious. Walau aku tak tahu kalimat alkitab yang mana yang jadi dasar jaga diri mereka tapi seperti yang mereka sampaikan padaku intinya mereka berkata freesex di alkitab itu adalah zina.

Hingga kini dia menjadi salah satu yang selalu kuingat diantara sekian banyak teman perempuan yang aku tahu mampu menjaga dirinya baik yang muslimah maupun yang Kristiani. Indah dan cantiknya dirimu Betty adikku.

Indah dan cantiknya kamu Novita, begitupun semua kaumku dimanapun berada termasuk dikompasianer ini  yang selalu berjuang menjaga kesucian, karena iman sekaligus karena kecerdasannya...salam.... :-)

(Terus mengasah kecerdasan kalbu dan akal)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun