Mohon tunggu...
Fatma Puspita
Fatma Puspita Mohon Tunggu... Lainnya - analis kebijakan madya Kemenko Maritim dan Investasi

pegawai kecil

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Menjelang Pertemuan Tahunan IMF dan World Bank

20 September 2018   10:45 Diperbarui: 20 September 2018   10:54 1209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang Pertemuan Tahunan IMF dan Bank Dunia di Bali, Oktober mendatang, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan berbicara dalam sesi "Mobilizing Private Capital in ASEAN" pada World Economic Forum 2018, Hanoi (11 September 2018). Menko Luhut menjelaskan langkah dan komitmen dari pemerintah untuk memobilisasi dana swasta untuk mengembangkan program pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Sebelumnya, di World Economic Forum, Davos (24 Januari 2018), Menteri Luhut telah mengatakan bahwa Indonesia adalah tempat yang tepat untuk berinvestasi. Juga, jika Anda tidak tahu, untuk pertama kalinya sejak Krisis Moneter 1998 Indonesia telah  dinilai berperingkat investasi (investment grade rating) oleh lembaga pemeringkat Standard and Poors.

maritim.go.id
maritim.go.id

Indonesia menjadi tuan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Nusa Dua, Bali dari 08 hingga 14 Oktober 2018. Menko Luhut  yang juga Ketua Panitia Nasional penyelenggaraan pertemuan ini mengajak semua pihak untuk membuat persiapan terbaik dalam ajang  pertemuan menteri keuangan dan gubernur bank sentral terbesar di dunia.

Kedatangan ribuan delegasi dari 189 negara ke Bali, akan menjadi acara MICE terbesar di Indonesia tahun ini. Acara ini adalah kesempatan untuk memamerkan perkembangan dan potensi investasi di Indonesia kepada dunia. Kehadiran ribuan peserta selama musim sepi wisatawan pada bulan Oktober akan meningkatkan ekonomi Bali, terutama di sektor MICE, serta industri pendukung lainnya mulai dari perjalanan  hingga pariwisata.

Pada pertemuan tersebut, Indonesia berencana untuk mengangkat isu-isu utama, antara lain: memperkuat sistem moneter internasional;  ekonomi digital; pendanaan pembangunan infrastruktur; keuangan campuran (blended finance) ; ekonomi syariah; dan manajemen risiko bencana dan perubahan iklim.

Penguatan Sistem Moneter Internasional (IMS) penting bagi Indonesia. Sebagai antisipasi dampak kebijakan moneter negara maju. Oleh karena itu, perumusan tanggapan kebijakan yang sesuai dan ketersediaan pertahanan lini kedua diperlukan untuk mengurangi potensi risiko.

Perkembangan ekonomi digital dan risikonya juga akan dibahas pada acara tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa Indonesia menerima manfaat optimal dari perkembangan ekonomi digital. Topik seputar Revolusi Industri Keempat, termasuk teknologi yang muncul dari start-up ekonomi digital yang sedang berkembang.

Pembiayaan infrastruktur juga menjadi topik pembahasan penting dalam ajang ini. Skema blended finance dan pendekatan keuangan lainnya akan dibahas. Pengembangan skema untuk membiayai infrastruktur yang akan meningkatkan peran swasta. Kesempatan yang dapat dimanfaatkan untuk memamerkan proyek-proyek infrastruktur potensial dibiayai oleh sektor swasta.

Memperkuat aspek keuangan dan ekonomi syariah akan disorot untuk pertama kalinya dalam pertemuan ini. Indonesia akan membahas dan menyajikan kemajuan Indonesia dalam ekonomi Syariah. Pemerintah bersama otoritas keuangan Syariah di Indonesia telah memulai dan menerapkan beberapa proyek aplikasi keuangan Syariah sejalan dengan program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Mengenai topik perubahan iklim, baru-baru ini, Indonesia menjadi tuan rumah Pertemuan Pejabat Senior (Senior Official Meeting /SOM) Kepulauan dan Pulau Negara (Archipelagic and Island States / AIS) di Jakarta pada Kamis (6 September 2018). Dalam pertemuan tersebut, Menko Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan bahwa Indonesia akan mengalokasikan 1,2 miliar dolar AS pada tahun 2025 untuk mendukung AIS  dalam mengatasi isu-isu kelautan, dampak perubahan iklim dan pembangunan infrastruktur yang berkelanjutan. Lebih lanjut, Luhut mengatakan pembentukan dana yang disebutnya Dana AIS akan dibahas dalam forum yang diprakarsai oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP). Menurut Menko Luhut, format untuk pengumpulan dana tidak hanya dari Indonesia tetapi juga dari negara-negara yang menjadi anggota AIS.

Karena perubahan iklim adalah ancaman global, dalam pertemuan tahunan ini juga diselenggarakan pembahasan pembangunan berwawasan lingkungan. Diskusi berlabel hijau dari pembiayaan hijau, infrastruktur hijau hingga  Pembangunan Rendah Karbon.

Singkatnya, agenda pertemuan tahunan ini akan menginspirasi pertumbuhan ekonomi bagi dunia. Proyek infrastruktur potensial untuk pembiayaan swasta akan disajikan. Musim yang tepat untuk mengeksplorasi potensi investasi di Indonesia. Kesempatan untuk memacu pertumbuhan ekonomi baik untuk sektor publik maupun sektor swasta yang tidak boleh dilewatkan.

Jadi, apa yang ditunggu? Bersiaplah, pesan penerbangan dan hotel Anda, dan mulai perjalanan Anda ke Bali, Indonesia. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun