Mohon tunggu...
HAFIDZAH FATMA GARDILLA
HAFIDZAH FATMA GARDILLA Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

Hafidzah Fatma Gardilla, mahasiswa di Malang, memiliki minat besar dalam kepenulisan dan jurnalistik. Ia gemar mengeksplorasi berbagai topik melalui tulisan, menjadikannya sarana untuk menyampaikan ide dan pendapat. Dengan semangat belajar yang tinggi, Hafidzah terus mengasah keterampilannya dalam merangkai kata dan menyampaikan berita yang informatif.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Laki-Laki dan Kekuatan Bercerita: Mengapa Ekspresi Emosional itu Penting?

30 September 2024   08:15 Diperbarui: 4 Oktober 2024   10:51 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di tengah perkembangan media sosial yang pesat, kita sering menjumpai berbagai fenomena sosial yang menarik, salah satunya trend di tiktok "laki -laki tidak bercerita".  Trend laki-laki tidak bercerita di tiktok ini dimulai karena sejak awal dari keengganan banyak laki-laki untuk berbagi cerita atau mengungkapkan perasaan mereka. Apalagi ketika masuk di dunia sosial media tiktok, trend ini menjadi semakin booming. Meski banyak platform tersedia untuk berbagi, sering kali kita mendapati bahwa laki-laki lebih memilih untuk menyimpan emosi mereka sendiri. Padahal, ketika mereka berani bercerita, banyak beban emosional yang bisa dilepaskan, yang pada akhirnya membawa kelegaan dan kesehatan mental yang lebih baik.

Salah satu penyebab utama dari fenomena ini adalah stigma yang melekat pada konsep maskulinitas. Sejak kecil, banyak laki-laki diajarkan bahwa menunjukkan emosi adalah tanda kelemahan. Masyarakat seringkali mengharapkan laki-laki untuk tampil kuat, tegas, dan tidak terpengaruh oleh emosi. Hal ini menyebabkan banyak dari mereka merasa terjebak dalam norma yang kaku, di mana berbagi perasaan dianggap tabu. Akibatnya, banyak laki-laki yang memilih untuk menahan segala sesuatu, berusaha menyelesaikan masalah mereka sendiri tanpa bantuan atau dukungan dari orang lain.

Namun, penting untuk diingat bahwa bercerita adalah cara yang sangat efektif untuk mengatasi masalah emosional. Ketika laki-laki mengungkapkan perasaan mereka, mereka tidak hanya melepaskan beban yang ditanggung, tetapi juga membuka jalan untuk mendapatkan dukungan dari orang lain. Momen berbagi bisa menjadi terapeutik, memberikan kesempatan untuk merefleksikan pengalaman, mengenali emosi yang mungkin terpendam, dan menemukan solusi untuk masalah yang dihadapi. Dalam banyak kasus, ketika laki-laki akhirnya memutuskan untuk bercerita, mereka menemukan bahwa banyak orang di sekitar mereka juga mengalami hal yang sama.

Untuk mengubah fenomena ini, kita perlu menciptakan lingkungan yang aman dan mendukung di mana laki-laki merasa nyaman untuk berbagi. Hal ini bisa dimulai dari percakapan sehari-hari, baik di antara teman, keluarga, maupun dalam komunitas. Mendorong dialog terbuka tentang perasaan dan tantangan yang dihadapi akan membantu mengurangi stigma yang ada. Ketika laki-laki merasa didengar dan dihargai, mereka akan lebih berani untuk membuka diri dan berbagi cerita.

Media sosial juga memiliki peran penting dalam menyikapi fenomena ini. Dengan berbagi pengalaman di platform seperti TikTok atau Instagram, laki-laki dapat menemukan komunitas yang mendukung dan berbagi cerita yang mungkin dapat menginspirasi orang lain. Konten-konten yang menyoroti pentingnya kesehatan mental dan berbagi perasaan harus lebih sering diangkat, agar laki-laki menyadari bahwa mereka tidak sendirian dalam perjuangan mereka.

Kesimpulannya, penting bagi kita untuk menyikapi fenomena ini dengan empati dan dukungan. Laki-laki perlu diberi dorongan untuk berbagi pengalaman dan perasaan mereka, karena bercerita bukan hanya untuk wanita, tetapi juga untuk semua orang. Dengan menciptakan ruang di mana laki-laki merasa aman untuk berbagi, kita dapat membantu mereka melepaskan beban emosional dan menemukan kelegaan. Mari kita ubah stigma yang ada dan bangun masyarakat yang lebih inklusif, di mana setiap individu, terlepas dari gender, merasa dihargai dan didengar. Ketika kita berbagi, kita tidak hanya meringankan beban kita sendiri, tetapi juga menciptakan ikatan yang lebih kuat dengan orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun