Mohon tunggu...
Fatma Elly
Fatma Elly Mohon Tunggu... -

fatma elly, umur 63 th. 20-11-1947. ibu rumah tangga tapi senang juga menulis. pendidikan akademi hubungan internaional.untag. jakarta.islam.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mama Cantik

28 Maret 2011   02:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:22 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

M A M A   C A N T I K

oleh: fatma elly

AKU MEMILIH JUDUL ini, karena terinsiprasi. Terus terang, akumenyukainya, Betapa tidak? Bukankah mama adalah ibu? dan ia seorang perempuan? Dan cantik, sesuatu yang menyenangkan dipandang mata, dirasakan hati? Wanita sholehah, perhiasan dunia yang menyenangkan hati suaminya, juga masyarakatlainnya dimana ia berada?

Dan kau tahu, betapa arti seorang perempuan? Ia pelahir pemimpin. Pencipta generasi. Disamping suami sebagai orang tua, di tangan merekalah terletak surga atau neraka.

Suatu saat Rasulullah SAW. di tanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab;

“Mereka adalah orang (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu.” (HR. Ibnu Majah)

Kenapa tidak? Sepasang manusia tersebut, laki dan perempuan, memang diciptakan berpasang-pasangan. Sebagaimana segala sesuatu itupun diciptakan dengan pasangannya pula. Ada jantan, juga betina. Ada malam, ada pula siang. Ada kohesi, ada pula adhesi. Ada aksi, juga reaksi. Begitupula dengan elektron. Ada positif, negatifnya. Dan segala kedudukan ada tese dan anti tesenya.

MasyaAllah, ilmu yang luar biasa sebelum hadirnya ahli-ahli ilmu pengetahuan, dengan para maha gurunya yang datang dari Barat. Seperti; Maxwell, Pharaday, Nicola Tasla, Descartes, Hegel, Spencer, William Thompson, dan lain-lain.

Dan itulah dia, Rasulullah Shalallahu’alaihi wasallam, Rasul Utusan Allah di abad akhir enam Masehi, di tanah Arab. Mekkah. Sebab di dalam apa yang disampaikannya itu, terdapatlah perkataan-perkataan dalam sifat hakekat alam yang termaktub. Subhanaallah!

Antara lain seperti ini:

“Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri.” (QS 36:36) Juga lihat QS 43:12, QS 51:49.

Pasangan ini satu sama lain merupakan bagian yang tak terpisahkan. Belahan separo dari bagian yang lainnya:

“Wanita adalah belahan separo dari pria.” (HR> Abu Dawud dan Ahmad)

Tentu saja memiliki kedudukan yang sama pentingnya di dalam memberikan kontribusi bagi kehidupan. Untuk keharmonisasian, ketertiban, ketenangan, ketenteraman dan kelestariannya. Di atas masing-masing tanggung jawab dan kewajiban.

MAMA ATAU IBU, memiliki tiga tingkatan lebih di atas bapak.

Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, siapa yang paling berhak memperoleh pelayanan dan persahabatanku?” Nabi SAW. menjawab: “Ibumu… ibumu… ibumu, kemudian ayahmu dan kemudian yang lebih dekat kepadamu yang lebih dekat kepadamu.” (Muraffak’Alaih)

Salah satu penyebabnya adalah, bahwa mama atau ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun……….” (QS 31:14)

Coba saja bayangkan… masih dalam kandungan, hamil, apalagi hamil muda, ia begitu mengandung banyak cobaan dan ujian. Baik secara fisik maupun non fisik. Kandungan itu terus menyertainya hingga sembilan bulan atau lebih sedikit.. dalam kepayahan yang dirasakannya.. tapi tetap dijalaninya dengan sabar penuh tawakal pasrah diri. Di samping tentu saja memeriksakan pada dokter ahli atau bidan yang biasa menangani.

Bagaimana pula saat ia melahirkan? Perjuangan antara mati dan hidup.Dan ini mungkin hanya dapat dirasakan para perempuan. Kaum ibu.

Lalu bagaimana pula saat menyusui dan memelihara bayi, balita, anak-anak, remaja, dan seterussnya sampai anak-anaknya itu menikah dan memiliki kedudukan. Bahkan cucui. MasyaAllah.. tak pelaklah kalau Allah menyatakan dalam firman-Nya sebagai berikut:

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya, atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS 17:23-24)

TERLIHAT DI SINI adanya cerminan pelajaran, bahwa mendidik itu terletak di pundak kedua orang tua. Lelaki maupun perempuan. Bapak maupun ibu.

Dalam penciptaan pertama awal kejadian manusia, maka lelaki, atau Adam a.s. lah manusia pertama sebagai khalifah. Wakil Allah di muka bumi (QS 2: 30). Lalu baru kemudian Allah menciptakan Hawa dari jenis yang sama, unsur manusianya, sebagai pendamping hidupnya. Istrinya.

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan dari pad Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak……….” (QS 4:1)

Baru sesudah itu terciptalah, lahirlah manusia-manusia lain.

”Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam (tubuh) nya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali berpikir.” (QS 32:7-9)

KEMBALI PADA FOKUS.

Awal manusia, laki-laki. Adam a.s. Baru kemudian perempuan. Hawa. Namun mereka tercipta di atas unsur yang dikandungnya sebagai jenis makhluk, manusia.

Khalifah pertama Adam A.s. Tentunya sebagai pemimpin. Lalu selanjutnya, kaum lelaki menjadi pemimpin (Mengambil ibrah dengan adanya Nabi/Rasul daripada kaum lelaki. QS 21:7 dan QS 21:73, QS 11:61, QS 4:34)

Meski ada penyimpangan pada sejarah awal, dimana perempuan menjadi pemimpin, dalam sistem yang disebut menurut hukum peribuan/ matriarkhat/ matriarki. Perempuan pada saat itu menguasai perekonomian. Karena ia lah yang menemukan aktifitas bercocok tanam. Saat ia ditinggalkan suami berburu mencari ikan sebagai periode pertama perikehidupan manusia. Dan ia tinggal sendiri di goa-goa tempat tinggalnya yang bersifat nomaden atau berpindah-pindah itu Tidak tetap di satu tempat..

Kala perempuan mengandung, ia memikirkan kandungannya. Sang bayi yang berada dalam perutnya. Begitupula saat ia melahirkan. Ataupun sesudahnya, ketika ia memiliki bayi, balita.. Pelajaran yang dapat kita petik, perempuan memiliki kepekaan rasa kasih dan sayang terhadap bayi yang dikandungnya, juga saat kelahirannya, pada saat memiliki bayi dan selanjutnya.Sehingga membuatnya berpikir; bagaimana agar ia bisa lebih tenang memelihara, menjaga anaknya itu?

Mulailah pada titik ini, ia berpikir untuk membuat rumah tingal sebagai tempatnya berteduh. Dialah penemu rumah tinggal pertama. Penemu budaya pertama. Begitupula saat ia menunggu sang suami berburu, ia memerlukan sejenis makanan lain untuk sang bayi, anak dsbnya, maka mulailah mencari dedaunan dsbnya lagi. Sehingga ialah pula penemu pertanian dengan berccocok tanam.

Setelah itu berkembanglah.. sehingga ia menguasai ekonomi, dengan kepemlikan pertamanya terhadap pertanian.Sejak itu ia mulai berkuasa. Maka terjadilah apa yang disebut sejarah zaman purbakala suatu zaman di mana sistem yang berlaku adalah berdasarkan keibuan. Atau sistem ibu. Yang dikenal dengan nama sistem matriarkat/ matriarki. Berdasarkan hukum peribuan.

Sebagaimana kita ketahui, penguasaan terhadap ekonomi, pemilik ekonomi dan perekonomian, tentu akan berkuasa. Begitupula pada ketika ini. Ibu berkuasa di atas lelaki. Lalu terjadi keserba ketidakkeruanan dalam hidup saat itu. Terjadi apa yang dikenal sejarah sebagai promoskuitet. Hantam kromo dalam masalah seksual. Atau terjadi pula sebagaimana yang dikenal dengan: Poliandri. Perempuan bersuami lebih dari satu. Dan hal ini masih kita temui pada zaman sebelum datangnya Rasul Saw./Islam di tanah Arab.

Menurut Shahih Bukhari, diriwayatkan bahwa ‘Aisyah r.anha. telah mengatakan di tanah Arab pada zaman jahiliyah, terdapat empat macam pernikahan yang dipraktekkan. Dan disini hanya dipersingkat saja, tanpa penguraian lebih lanjut:

Seperti yang berlaku sekarang. Yakniseorang pria melalui ayah si perempuan, melamar si gadis, lalu setelah menetukan mahar, menikahinya.

Seorang pria menikahi seorang perempuan lalu mengalihkan atau menitipkan instrinya kepada seorang pria lain selama jangka waktu tertentu dengan maksud mendapatkan anak bangsawan melalui si pria itu.

Sekelompok pria, yang berjumlah kurang dari sepuluh orang, mengadakan hubungan dengan seorang perempuan.Apabila si perempuan hamil dan si anak telah dilahirkannya, maka perempuan itu memanggil seluruh anggota kelompok itu, dan sesuai dengan kebiasaan pada masa itu, tak seorangpun boleh menolak panggilan si perempuan.

Biasanya semuanya muncul, dan pada saat itulah si perempuan memilih ayah dari anak yang dilahirkannya sesuai dengan kecenderungannya. Pria yang dipilih tidak berhak mengingkari anak itu sebagai anaknya sendiri. Dengan demikian anak itu dipandang sebagai anak yang sah dan resmi dari pria yang ditunjuktersebut.

Si perempuan secara resmi adalah seorang pelacur…. Dstnya…

YANG INGIN DITANDASKAN di sini, setiap penyelewengan atau penyimpangan terhadap Dienullah..akan terjadi kerusakan-kerusakan dan keburukan tingkah laku, dan kerugian kehidupan berupa bencana-bencana. Musibah dan malapetaka.(QS 7:96)

Ajaran yang disempurnakan, dilengkapkan, dicukupkan serta diridai-Nya datang dan dibawa Rasul SAW. (QS 5:3 3:19, 3;85) dan ini bersistem patriarkat/patriarki. Sistem yang berdasarkan hukum ke-bapak-an. Dan sistem inilah yang benar-benar membawa ajaran yang hak sesuai keyakinan dan kepercayaan kita bersama (QS 2:147, QS 18:29, QS 2:256,dll)

NAMUN, sistem ini harus diterapkan sesuai dengan rasa keadilannya. Yaitu proporsi haknya. Dan bukan pula diselewengkan sedemikian rupa atas nama lelaki atau apapun juga. Misalnya perempuan. Karena kalau tidak, akan terjadi kezaliman..(QS 33:72) yaitu yang tidak menempatkan segala sesuatunya di atas proporsi hak yang dimilikinya.Termasuk di sini dalam masalah lelaki dan perempuan. Suami istri. Orang tua. Anak, dan sebagainya lagi.

MAMA ATAU IBU CANTIK, salah satu bagaian dari hasil menempatkan sesuatu itu menurut porporsi haknya. Kalau dia lelaki, jadilah lelaki sejati. Sebagai pemimpin untuk perempuan dengan kualitas kepemimpinannya yang memiliki beberapa kriteria persyaratannya yang tidak gampang atau mudah. Sehingga ia bisa mendidik, mengayomi, memberikan ketenteraman bagi keluarga. Stri dan anak-anaknya. Dsbnya. Kalau dia perempuan, jadilah perempuan dengan hak dan kewajiban serta tanggung jawab yang dipunyainya pula

“Semua kamu adalah pemimpin dan bertanggung-jawab atas kepemimpinannya. Seorang imam pemimpin dan bertanggung jawab atas rakyatnya. Seorang suami pemimpin dalam keluarganya dan bertanggung-jawab atas kepemimpinannya. Seorang istri pemimpin dan bertanggung jawab atas penggunaan harta suaminya. Seorang pelayan (karyawan) bertanggung jawab atas harta majikannya. Seorang anak bertanggung –jawab atas penggunaan harta ayahnya.” (HR > Al-Bukhari dan Muslim)

SELEBIHNYA, manusia lelaki maupun perempuan, bisa mendapatkan atau menerima hidayah, sehingga bisa berperedikat ‘cantik’ bahkan ‘gagah dan ganteng’ luar dalam. Jasmani rohani, bilamana dia bisa meletakkan dirinya di atas fitrah tabia’t, watak serta perangai yang sudah melekat di dirinya. Antara lain:

1) Melalui sisi internal/individual diri dan kemauan/pilihannya sendiri untuk meluruskan watak buruk yang dimilikinya sehingga menjadi suci bersih. Sebab ia memiliki potensi untuk itu (QS 91:7-9) QS 7:172, QS 30:30, QS 73:19, QS 17:7, QS 2:222, QS 2:256,) dll)

2) Melalui sisi sosial/eksternal terdekat. Bantuan keluarga. Dalam hal ini ayah ibu. Sebagai orang tua yang dikenai taklif untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya. QS 66:6, juga hadis > “Tiap bayi dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah Islam). Ayah dan ibunyalah kelak yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau ajusi (penyembah api dan berhala)” (HR> Al-Bukhari)

3) Melalui teman, masyarakat, peran sosial yang lebih luas (QS 25:27-28, QS 43:67, QS 11:61, QS 21:73) juga hadis:> “Seseorang adalah sejalan dan sealiran dengan kawan akrabnya, maka hendaklah kamu berhati-hati dalam memilih kawan pendamping”> HR. Ahmad)

MAUKAH ANDA bergelar Mama atau Ibu Cantik? bahkan Papa atau Ayah Ganteng dan Gagah? Luar dalam, lahir batin, jasmani rohani?

Wallahu a’lam.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun