KITA BERADA DI MANA
Oleh: Fatma Elly
TELEVISI ditinggalkan. Langkahnya lemah menuju wastafel. Di mana di atasnya terdapat cermin.
Dada bergemuruh. Jantung berdetak tak teratur. Keringat mengguyur.
Butiran-butiran dingin merayap di sekujur badan.
Kata-kata itu masih mendenging di telinga. Bersemayam di hatinya.
“Beginikah selalu? Lingkar tak putus?”
Dan ia melihat sang diri. Gagah, tegap, kekar, ganteng, di atas wajah jantan yang dimiliki dan memukau. Walau usia sudah dikeroposi sekitar empat puluh limaan.
Diamati sebentar wajah itu. Juga keseluruhan bentuk tubuh yang berkimono. Pakaian yang biasa dipakai kala istirahat malam. Saat tidur.
Sejenak, senyum bangganya tersungging. Bibirnya merekah.Tapi hanya sekejap. Kebanggaan itu menepis. Wajahnya terlihat kusam di antara kepucatan yang meronai. Dahi bergaris. Muka berkerut.
Resahnya menghimpit.