Umpamanya saja, jika ada kekeliruan kecil; salah ucap, salah tulis, salah baca, dll. Atau dalam mimpi. Dimana waktu tidur kesadaran kita berkurang dan pengawasan sensor biarpun masih ada, menjadi lemah. Sehingga hal-hal yang terdesak dapat keluar.
Dan seterusnya sublimering. Penyaluran terbaik dimana tenaga-tenaga yang tertahan dapat dikeluarkan, tetapi dengan menempuh jalan yang lain, yang dapat diterima masyarakat.
Umpama, seorang yang punya desakan kuat untuk menyiksa dan membunuh, memilih pekerjaan tukang daging atau pemotong hewan. Atau seseorang yang mencintai tapi kandas dalam percintaannya, mengeluarkan desakan rasa cintanya dengan memilih pekerjaan jadi juru rawat. Dan seterusnya.
WALHASIL, secara garis besarnya, psikoanalisa sebagaimana yang dirumuskan Sigmund Freud itu, seolah-olah, bila digambarkan secara fisik, dalam relung akal si pasien terdapat berbagai mikroba yang sangat kecil. Yang menggeragoti kepribadiannya. Meracuni pandangan dan kecenderungan emosinya. Menelikung perilaku dan aktivitas-aktivitasnya. Seakan-akan, mikroba-mikroba itu menjadikannya terpuruk dalam angan-angan dan cita-citanya. Menjadikannya tenggelam dalam buaian mimpi dan khayalan. Bahkan, terkadang, mikroba-mikroba tersebut mengubah dirinya menjadi seorang kriminal yang bengis dalam sejumlah tindakan kejahatan.
Sehingga terpetik suatu fenomena..bahwa manusia itu tidak mampu melawan kekuatan kejahatan instink gelap yang menekan dirinya. Mendominasi dirinya! Baik dari Id maupun dari Superego! (Id; energi psikis yang selalu cenderung pada perkara haram (kesenangan semata). Sedang Superego; kaedah moral dan nilai-nilai sosial).
SEMENTARA ITU Al Qur’an menginformasikan, bahwa manusia dihiaskan dengan kecintaan-kecintaan. Berupa kesenangan hidup di dunia.
Antara lain:
“Dijadikan indah pada pandangan (manusia) kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu; wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia; dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari apa yang demikian itu?. Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya……….” (QS 3:14-15)
JELAS, dalam gambaran ayat tersebut, kesenangan hidup di dunia dibanding akhirat, jauh lebih baik akhirat. Karena di akhirat bisa mendapatkan surga dengan sungai-sungainya. Sesuatu yang tentu terisi dengan segala keserbaindahan dan kekekalannya. Dimana indera tidak bisa membayangkan, tidak dapat menggambarkan secara pasti mutlak.
Di ayat itu pula terdapat gambaran untuk membandingkan, agar manusia bisa memilih! Diberi kebebasan pilihan menurut apa yang diinginkannya.
Sementara itu, yang buruk, jelas. Yang baikpun, jelas. Begitupula yang benar dan sesat. Semua terlihat jelas dalam studi banding atas apa yang diketahui dan dilihat dalam realitas kehidupan di tengah perilaku manusianya itu!
”Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS 2:256) (ambil juga pelajaran dari QS 18:29, QS 10:99)