PLN, perusahan plat merah yang kini sedang ramai disorot dengan segala pihak. Segala gerak-gerik perusahaan penyedia listrik nasional ini sedang ramai diperbincangkan. Apalagi setelah dicanangkannya megaproyek 35.000 megawatt oleh Presiden Joko Widodo di awal tahun 2014 lalu seolah memunculkan harapan besar kepada pundak PLN untuk segera mewujudkan indonesia bebas kegelapan. Amanah itu membuat PLN kian bersemangat untuk segera memberikan seluruh daya upayanya dalam mewujudkan proyek tersebut secepat dan sebaik mungkin.
Namun di tengah euforia proyek masif tersebut, PLN tidak lepas dari krisis. Krisis yang timbul di masyarakat dengan pihak PLN tidak jauh-jauh soal penyediaan tenaga listrik yang berkualitas. Ibarat kata, PLN sedang mendayung perahu, namun perahunya masih belum sempurna, sehingga PLN terlihat seperti terseok di tengah perjalanannya. Bukan hal mudah untuk bisa membagi konsentrasi, namun sudah menjadi kewajiban sebagai pelayan masyarakat untuk tetap bisa memberi yang terbaik sembari berinovasi.
Krisis merupakan hal yang tak bisa lepas dari segala sektor kehidupan masyarakat. Tak terkecuali pada perusahaan sekaliber PLN. Bagaimana perusahaan memanajemen dan mengaanggulangi krisis yang mendera ditengah visi membangun proyek untuk masa depan. Seluruh anggota dan jajaran pegawai PLN harus saling mendukung dan proaktif menanggulangi krisis tersebut. Semua dan terutama hubungan masyarakat sebagai garda terdepan ketika mengahadapi krisis dengan masyarakat yang sekaligus merupakan  pelanggan PLN.
Humas dijadikan sebagai garda terdepan dalam menghadapi krisis dengan masyarakat. Kadang humas harus menerima cacian, makian hingga intimidasi dari warga yang tak terima listriknya padam. Humas seolah menjadi tameng perusahaan dan peredam terdepan gejolak yang menghantam. Humas diharapkan mampu meredakan dan mengakomodir konflik, jangan sampai konflk tersebut meluas dan bertambah parah.
Ditemui di sela-sela kesibukannya di Kantor PLN Pusat Jakarta Selatan, Raden Prayudi, staf Komunikasi Korporat PLN Pusat berbagi pengalamannya dalam ikut serta meredam konflik di Nias beberapa waktu lalu. Pray, sapaan akrabnya, bercerita tentang bagaimana suka dukanya dan segenap personel PLN berhasil meredam konflik tersebut.
Bagaimana menjadi seorang personel hubungan masyarakat di PLN ?
Pertama tidak pernah terbayangkan Saya yang berlatar belakang hubungan internasional akan bisa bergabung dengan satuan komunikasi korporat di perusahaan ini. Apalagi setelah diangkat saya langsung diberikan tugas layaknya pegawai lama yang lebih berpengalaman. Ya ma bagaimana, tugas tetaplah tugas. Semangat dan keikhlasanlah yang membuat Saya termotivasi untuk bekerja sembari belajar dunia baru bagi saya.
Humas bisa dikatakan sebagai garda terdepan ketika menghadapi krisis dengan masyarakat, bagaimana itu diterapkan di PLN ?
Garda terdepan itu ibaratnya sebagai tameng/pelindung ketika sebuah perusahaan diterpa masalah, konflik, ataupun isu. Segala terpaan yang menimpa perusahaan, harus kita terima, kita analisis dan kita selesaikan sebelum kita laporkan kepada direksi. Humas harus memastikan bahwa laporan yang masuk ke direksi adalah kondisi yang aman terkendali, bahwa isu/konflik/masalah sudah di-manage. Misalkan kondisi di lapangan itu ricuh, kisruh, dan tidak terkontrol, peran Humas ialah bagaimana caranya mengatasi hal tersebut menetralkan situasi. Dalam hal ini, Â kita harus selalu bersikap dingin dan solutif dalam meredam konflik yang muncul dari masyarakat.
Menyoal menjadi seorang humas, pasti dipersiapkan untuk menghadapi konflik dengan pihak lain. Apa yang sudah pernah dirasakan, dan bagaimana menghadapi ?
Waktu itu pernah ada demo di Nias, karena listrik disana padam total, hanya menyala dengan genset. Kami yang baru saja menjadi karyawan tetap tanpa pengalaman apapun terbang kesana, menganalisis situasi, lalu memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi hal tersebut. Karena listrik padam kami akhirnya memutuskan untuk membangun beberapa tenda darurat yang difasilitasi listrik, penyediaan air bersih bekerja sama dengan BNPB, serta menyediakan genset untuk memenuhi kebutuhan darurat listrik disana. Kami pun mengusahakan upaya-upaya riil lainnya untuk memastikan tiada konflik yang muncul. Intinya adalah sebagai Humas, kita harus siap siaga dalam menghadapi segala situasi yang mungkin terjadi.