Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bagaimana Quora menjadi Platform Media Sosial Paling Sehat?

29 Desember 2024   10:04 Diperbarui: 29 Desember 2024   10:04 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial manakah yang paling jadi favorit kamu? 

Berapa jam kamu mampir kesana dalam sehari? 5 jam? 10 jam? 15 jam? Wow! Video pendek bikin ngakak, resep makanan dalam 30 detik, life hack trick dalam 10 detik, kata-kata motivasi asmara, video relate tentang kehidupan, flexing kehidupan glamor, tidak lupa mark/save video yang "kayaknya berguna" suatu saat nanti, padahal tidak pernah ada aksi nyata.

Pernah dengar ada jenis anak yang lebih cepat belajar melalui visualisasi daripada melalui bacaan biasa? Ya, dulu saya percaya ini. Namun setelah marak media sosial yang menunjukkan banyaknya visual mulai dari gambar hingga video, agaknya saya skeptis pada pernyataan tersebut. Saya rasa tidak lagi percaya pada "metode belajar visual lebih baik daripada membaca tulisan (tanpa gambar)."

Facebook, Instagram, Twitter, Tiktok, YouTube Short, kamu bisa unggah gambar dan video tanpa harus menulis caption. Visual yang kamu dapat dari 5 platform ini, sangat minim postingan "tulisan", semuanya tentang visual dan visual. Mata melihat terlalu banyak informasi visual. Sejujurnya YouTube jauh lebih edukatif ketimbang kebanyakan media sosial, tetapi sejak ada YouTube Short, wah sama saja ini mah. But still, many education videos there.

Generasi sekarang, sudah kenyang makan infromasi melalui visual mata. Orang-orang lupa bahwa apa yang dilihat oleh mata belum selalu benar. Semua gambar dan video yang kamu lihat, entah foto tetanggamu yang pakai baju mahal, artis beli mobil sport, teman diterima di kampus bergengsi, jalan-jalan ke luar negeri, semuanya adalah penyakit mata. Inilah akar dari BRAINROT, yaitu kondisi dimana otak membusuk karena informasi sampah yang tidak mendidik yang sudah menumpuk di kepala kita. Akibatnya susah mencerna dan memilah mana yang benar-benar informasi edukatif dan gampang lupa pada banyak hal penting. Lupa naruh kunci, lupa udah sholat apa belum, lupa udah matiin kompor apa belum, lupa sikat gigi, luap banyak hal sepele dalam hidup.

Kembali lagi ke judul tulisan ini. Bagaimana QUORA menjadi platform yang (menurut opini saya) adalah sosial media paling sehat?

Karena minimnya VISUAL INFORMATION.

Tentu ada postingan yang menampilkan gambar, tetapi fokus utamanya bukan pada gambar apalagi video, melainkan bacaan. Informasi yang disampaikan adalah TULISAN. Jadi gambar di Quora sebagai pelengkap tulisan, kalau di sosial media lain, tulisan jadi pelengkap gambar/video, makanya disebut caption. Tahukan bedanya?

Opini di Quora, dikemas dengan bahasa kritis, baku, solid dan sopan. Meskipun semua tergantung individunya, tetapi jika kamu mengumpat di lingkungan yang selalu mengucap "Astagfirullah" bukankah kamu terdengar seperti alien? Ya betul sekali. Sekalipun kamu tidak pintar dan malas belajar, Quora menawarkan ilmu pengetahuan dan opini berkelas yang mungkin mempengaruhimu untuk berpikir sama seperti mereka. Bahkan opini yang dijabarkan dengan data dan sumber yang valid, akan tampak seperti fakta karena pengemasan yang logis, tidak anarkis apalagi rasis.

Belum lagi tentang profil akun. Di sosial media lain kamu cukup mencantumkan nama dan bio singkat yang bisa kamu karang sedemikian rupa, tetapi di Quora...waduh bikin insekyur, ada kolom pendidikan, profesi, bahkan ketrampilan (cth: bahasa inggris). Menyisipkan profesi dan pendidikan jokes terkesan tidak tepat. Kamu akan merasakan pressure bahwa platform ini benar-benar memiliki perhatian pada bidang-bidang yang user kuasai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun