"Apakah kamu pernah berpikir bagaimana remaja seperti kita membuat sebuah perbedaan?"
(Thyme dalam drama Thailand 'Boys Over Flower' 2022)
Baru-baru ini saya menemukan sebuah kalimat pertanyaan yang mungkin sebuah pernyataan dalam sebuah drama. Yaitu mengenai remaja. Disini saya tidak akan mengaitkan opini saya tentang drama tersebut, karena sesuai judulnya, ini adalah drama romance biasa. Hanya saja karakter utamanya saat di episode terakhir mengatakan satu kalimat di atas. Saya jadi kepikiran banyak hal.
Bagaimana remaja bisa membuat perbedaan? Remaja dengan kekuatannya yang unik, dengan sudut pandangnya mengenai kehidupan dan cara kerja semesta, ia lihat dari teropongnya sendiri, tanpa kacamata orang dewasa. Bagi saya, sebagai orang dewasa, kita ini melihat dunia melalui kacamata, sedangkan remaja melihat dunia melalui teropong bintang. Saya yakin anda paham maksudnya. (Teropong membuat yang kecil terlihat besar)
Ini bisa berarti bahwa remaja bisa membuat perbedaan, dalam skala kecil maupun dalam skala besar, entah untuk dirinya sendiri atau hidup orang lain. Dengan teropongnya, ia melihat hal-hal kecil di dunia ini, lalu menafsirkannya menurut dari sudut pandangnya sendiri.
Yang masa remajanya melewati hal-hal tidak menyenangkan, biasanya akan cepat dewasa, sayangnya ada dua kemungkinan, antara dia makin kuat atau malah makin lemah dan merusak diri sendiri. Saya bisa mengatakan secara percaya diri, bahwa di kasus remaja saya, saya adalah kemungkinan pertama. Saya bersyukur karena makin kuat, meskipun dengan fisik kayak cebol yang sering dianggap orang lemah, digangguin para wibu dan dipanggil loli. Beneran saya ikhlas, karena saya sama sekali tidak terpengaruh kata-kata buruk yang dilontarkan orang. Saya adalah orang bebal yang punya otak otot dan semua kata-kata jelek saya lontarkan kembali (bukan secara harfiah)
Remaja memiliki batasan, remaja dibuatkan batasannya, remaja ditentukan batasannya, atau remaja menuntut batasannya sendiri. Batasan di sini berarti segala hal yang berkaitan tentang jati diri dan masa depan. Sebagian dari kita memiliki masa remaja yang buruk, sebagian lainnya memiliki kisah remaja yang indah. Jadi bagaimana bisa mereka membuat sebuah perbedaan?
Remaja bukan anak kecil, tapi mereka juga bukan orang dewasa. Mereka perlu diatur, tapi aturan itu kadang membuat terpenjara. Mereka perlu dibenahi, tapi jika tak diberi kebebasan, mereka berulah. Serba salah serba susah. Saat saya sudah dewasa seperti ini, saya juga merasa kesulitan mengurus adik saya. Saya berpikir "Masa dulu aku kayak gini sih?" ternyata adik saya bukan anak kecil lagi, kalau dibatasi, justru ia semakin ingin melangkahi batasannya. Kalau diberi kebebasan sedikit, malah pengen kayak burung yang terbang kemana-mana, maksudnya terlalu bebas.
Saya pun sadar, bahwa sebagian besar remaja, khususnya di zaman sekarang, mereka seperti bunga yang dikelilingi batu-batu besar. Mereka tahu cara mekar, mereka tahu cara melampaui batasan, mereka tahu cara menempuh jalan ke depan, mereka sadar akan batasan-batasannya, entah yang dibuatkan orang dewasa, atau batasan yang mereka ciptakan sendiri. Tetapi batu-batu itu seolah faktor internal dan eksternal, seperti emosi kompleks pribadi dan tekanan dari luar. Remaja berpikir
"Apakah ini lebih baik? Atau itu yang lebih baik?"