Tidak seperti membaca buku atau film atau drama , anime menyuguhkan seni 2D yang dikemas dengan sinematografi yang indah, beserta plot dan karakternya yang seperti film yang dimainkan manusia. Mudahnya itu animasi. Kartun dari hollywood berbeda dari anime Jepang. Perbedaannya sangat signifikan, karena kebanyakan (tidak semua) kartun untuk anak-anak dan semua umur, sedangkan anime lebih kompleks.
Untuk orang Indonesia, rata-rata mereka menonton anime dan menyadari bahwa series itu bukan hanya untuk anak-anak, adalah dimulai dari Naruto. Yaps, banyak yang jadi animers dan wibu sejak itu, cuma belum sekental pas udah gede, hehe. Soalnya dulu sempat gak sadar kalau Doraemon dan Shincan juga anime. Apalagi anak 90-an yang hobi pantengin TV, pasti nontonnya kartun yang sama.
Ada Hamtaro, Kekkaishi, Inuyasha, Dragon Ball, Detective Conan, One Peace, Bleach, Naruto dan ada banyak lagi. Bahkan saya pernah nonton Samurai Deeper Kyo, yang kalau sekarang pasti udah di banned sama KPI, karena adegan kekerasannya yang gak tanggung-tanggung. Lah wong Naruto aja di blur.
Anime banyak yang bikin cerdas, tergantung dari genrenya dan cara pandang kita. Misalnya ada yang memang membagikan ilmu pengetahuan, ada yang menyentuh secara emosional seperti Violet Evergarden. Dan ada yang membagikan trik-trik psikologi. Genre psikologi paling bikin pusing apalagi jika dikemas jadi serial detective seperti Conan, Classroom Elite dan Death Note.Â
Anime menyuguhkan karakter yang impressive. Bukan hanya protagonis yang berkembang, melainkan villain-nya juga. Kalau di sinetron, pasti yang jadi orang baik, kena tipu dan terkesan bodoh banget. Di anime gak ada gituan. Vilain dan protagonis berdiri sejajar, sama kuatnya sama cerdasnya. Seperti cerita Ajisaka haha.
Ada banyak alasan kenapa anime worth it. Misalnya untuk genre action, penonton disuguhkan pertarungan yang intens, mulai dari gerakan beladiri dan perkembangan karakter yang semakin dewasa dan kuat setiap habis latihan. Yang awalnya gak pinter jurus ini, jadi menguasainya karena latihan teratur dengan para senior. Tidak ada kekuatan instan. Misalnya Demon Slayer, Naruto dan One Piece.
Ada juga dengan tipe yang karakternya stabil, namun plot dikemas sangat menarik, seperti yang baru-baru ini populer yaitu Chainsaw Man. Temanya sendiri sudah aneh dan ternyata sinematografi yang disuguhkan tidak mengecewakan dengan plot yang tidak membosankan dan cukup seru.
Yang lainnya ada Hataraku Saibo (Cells at Work), Demon Slayer, Dr. Stone, Psycho Pass, Bungo Stray Dog, Zenkyu no Terror, Subete wa F Ninaru, dan lainnya. Apalagi anime dengan genre detektif yang bukannya menghibur malah ngajak mikir bareng. Saya cuma share yang saya tonton, selebihnya ada puluhan yang tidak bisa disebut satu-satu.
Jadi menurut paham saya yang sudah lama nonton anime, saya rasa memang ada perubahan signifikan dari cara berpikir. Mengubah mindset ke arah yang lebih logic dan gak mudah terbawa emosi dan situasi. Malah terkesan licik dan agak manipulatif, meski dalam konteks positif. Terutama yang temanya psikologi, wah itu sudah pasti ngajarin orang jadi psikopat, kayak Death Note. Tapi setiap orang tentunya berbeda, cuma saya kira tidak terlalu jauh beda.
Sekian. Terima kasih.