Apakah memotret atau merekam video bencana di TKPÂ buruk?
Pernahkah kamu melihat terjadi kecelakaan di jalanan? Apakah kamu yang termasuk menolongnya, atau menelepon rumah sakit, atau minta tolong orang sekitar, atau malah yang memotretnya.
Mungkin terdengar klise, tetapi memang baik buruknya terletak pada niat. Kadang memang ada yang niatnya bersenang-senang sampai sengaja tidak mau membantu. Tetapi di era digital, informasi penting dapat tersalur lebih cepat melalui sosial media. Apalagi kalau viral. Hal darurat tentu harus segera diinformasikan terutama terkait suatu bencana.
Namun ada sebagian orang yang menganggap kalau memotret bencana, terutama kecelakaan lalu lintas, hanya haus konten belaka, tidak memiliki empati dan rasa kemanusiaan.
Seperti dilema, informasi perlu tersampaikan dengan cepat, namun juga menolong korban jauh lebih penting. Tetapi kalau terjadi kecelakaan biasanya tidak mungkin semua orang yang ada di TKP memotret. Pastinya ada yang menolong, ada yang menelepon ambulans dan menghubungi orang terdekatnya dengan hp korban. Menurut saya tidak ada yang salah dari memotret kecelakaan lalu lintas, selama ada banyak orang di sekitar tempat kejadian. Namun jika hanya ada satu orang dan orang tersebut malah tidak menolong, itu yang keterlaluan.
Misalnya seperti kecelakaan di tempat yang sepi, dan cuma ada satu saksi matanya, tapi bukannya menolong, saksi tersebut malah mengambil foto atau video. Mungkin orang tersebut memang tidak memiliki rasa kemanusiaan dan haus konten belaka. Apalagi jika orang itu seorang youtuber, vlogger atau sejenisnya. Mereka merecord semua hal yang seru bagi mereka, termasuk kecelakaan atau musibah bagi seseorang.
Kalau menurut kalian bagaimana?
3.8.22
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H