Populasi di bumi hampir mencapai 8 milyar orang. Bagaimana pendapat kamu mengenai teori yang dipercaya di Indonesia ini?
Banyak anak muda skeptis dengan teori ini, meski begitu juga tidak sedikit yang masih menggunakan prinsip banyak anak banyak rezeki, padahal sudah tidak lagi sinkron dengan zaman. Kecuali kamu sekelas sultan seperti Raffi Ahmad, nah itu mau 10 anak juga silahkan.
Banyak anak bagi orang miskin di zaman ini, sama saja dengan bunuh diri. Tak hanya membunuh diri sendiri namun juga anak-anak yang dilahirkan. Di beberapa negara maju, sekarang marak pasangan yang tidak mau memiliki anak karena alasan finansial. Tapi negara kita malah sebaliknya. Bahkan menurut saya sendiri 2 anak itu sudah mentok. Kalau punya 3 anak di tahun rasanya kebanyakan. Perlu memikirkan biaya pendidikan, biaya masa depan dan lainnya.
Teori banyak anak banyak rezeki tidak bisa kita terima mentah-mentah tanpa perimbangan. Seperti kata-kata "mempertahankan aturan lama yang masih baik dan membuat aturan baru yang lebih baik"
Kalau aturan lama sudah tidak lagi sinkron dengan realita dan kehidupan sosial, tidak perlu lagi dipertahankan. Apalagi program KB yang sering para tokoh keagamaan bilang dosa besar, karena membatasi kelahiran. Jujur saja saya agak gimana mendengarnya, tapi toh tak bisa berkomentar apa-apa karena mereka membawakannya bersamaan dengan dalil-dalil A sampai Z.
Opini orang berbeda-beda, dan saya tidak berusaha mengajak kalian beropini sama dengan saya. Namun saya lebih memilih teori "Banyak usaha banyak rezeki". Jadi entah itu usaha membuat anak atau usaha membuat bisnis. Dan yang mengatakan tidak setuju KB kebanyakan laki-laki (tidak semua), mereka toh tidak melahirkan, tidak hamil, tidak menyusui.
Banyak anak banyak rezeki hanya berlaku bagi orang dengan keadaan finansial stabil antara level menengah sampai atas, apalagi pasutri muda yang masih memiliki banyak tanggungan, seperti rumah cicilan, kendaraan pribadi cicilan dan banyak cicilan lain. Supaya tidak terbebani diri sendiri sekaligus anak yang nantinya dilahirkan. Saya percaya agama mengajarkan untuk membuat aturan baru yang menyejahterakan kaumnya, bukan malah mempersulit. Semuanya tergantung niat. Niat dapat mengubah hukum dalam agama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H