Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apakah Belajar Filsafat Menjadikan Murtad?

16 Juni 2022   11:10 Diperbarui: 16 Juni 2022   11:18 1694
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pertama-tama kita harus memahami dulu, apa niat seseorang belajar filsafat. Tanpa kita sadari, anak-anak yang duduk di bangku SMA jurusan IPS, mereka juga belajar filsafat loh. Ada di mata pelajaran sosiologi, saya ingat dulu pernah diminta membaca pak guru, teori entah apa saya lupa, yang pasti ada banyak sekali filsuf, salah satunya yang paling saya ingat adalah Immanuel Kant, atau yang lebih tua lagi, Aristoteles dan Plato. Tidak kenal mereka, tapi baca teori mereka, bahkan hapalan untuk ujian semester huft! Mereka bahkan tidak berasal dari Indonesia, jadi kenapa harus belajar teori mereka? Mana bikin pusing lagi. Itulah yang saya pikirkan. Dan karena tidak terlalu paham, saya jadi ngantuk dan sering tidur di kelas, karena memang yang paling banyak teori itu mata pelajaran sosiologi.
Kembali lagi pada tema, sebenarnya filsafat itu memabahas apa sampai bisa bikin murtad? Apa saja yang diselami di filsafat?
Filsafat adalah bidang pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakikat segala yang ada, sebab, asal dan hukumnya. (KBBI)

Jika masih kurang definisi, anda bisa baca perlahan pengertian di atas pelan-pelan. Ada kata 'penyelidikan' dan ada kata 'akal' dan ada kata 'hakikat'. artinya semua, ya semuanya, yang ada di bumi dan seisinya, akan dipertanyakan mengenai sebab, asal, hukumnya dan eksistensi nyatanya. Filsafat itu seperti atom dalam pelajaran fisika, yang mana sudah tidak bisa dibelah lagi. Maksudnya filsafat adalah ilmu paling dasar mengenai keberadaan segala hal termasuk manusia, alam semesta, tuhan dan semuanya yang ada di jagat raya. Semua hal dipertanyakan, apa, mengapa dan bagaimana. Karena itulah perlu kesiapan iman, khususnya bagi orang yang beragama. Dan perlu dipahami bahwa filsafat bukan hanya mempertanyakan segala sesuatu, mereka mendalami, menyelami, tidak ada jawaban, terus dicari, tidak ada jawaban yang masuk akal,akan terus dicari jawaban yang masuk akal. Dan begitulah roda filsafat berputar.

Sebenarnya saya lumayan percaya kalau belajar terlalu dalam bidang ini memang membutuhkan kesiapan iman. Misal begini, saya seorang Muslim, saya percaya Allah adalah pusat kehidupan dari semua yang ada di jagat raya. Teman saya seorang Kristen, ia percaya Yesus dan kebaikan-kebaikannya. Serta teman saya yang punya agama-agama lain dan percaya bahwa tuhan atau dewa mereka pusat dari semua penciptaan. Namun ketika kami (orang yang beragama) memutuskan masuk ke bagan filsafat, dalam kondisi yang kurang iman, maksudnya bukan sangat religius atau tipe yang spiritualis  dalam menjalani hidup, maka kami akan terlena dan mengikuti  filsafah yang kami pelajari di filsafat. Karena manusia pada dasarnya adalah makhluk yang berpikir dan memiliki akal, maka mereka akan mencari sesuatu yang masuk di akal mereka dan mendalami lebih jauh tentang pertanyaan-pertanyaan yang terdengar klise. Awalnya penasaran seperti 'Oh iya, kok begini ya?' 'Oh iya benar juga,  sebenarnya malaikat itu ada atau tidak? Kan tidak pernah ada wujudnya?'

Dan jujur saja ini sangat menakutkan, mempertanyakan sesuatu yang tidak masuk dalam 'bagan' akal, hanya akan membuat kita tersesat. Padahal kita beragama, kita diajari oleh guru, ustadz, kyai, namun dengan mudahnya kita terlena dengan filsafah yang ditulis oleh manusia biasa seperti kita.
Dan tahukah anda bahwa masalah utamanya, terletak pada buku-buku filsafat. 

Buku yang sering kita temui adalah buku yang ditulis orang barat yang mana anda tahu sendiri, sebagian besar dari mereka tidak beragama. Anda tahu Karl Max? Dia filsuf, dan dia tidak beragama! Poin di sini bukan Max seorang yang bodoh atau dia menulis sesuatu yang salah, tapi kita yang salah memilih filsuf! Anda seorang muslim lalu membeli buku filsafat Max dan memutuskan belajar filsafat darinya, bukan Max yang salah, tapi anda yang tidak jeli!

Jadi apakah teori filsafat barat salah? Tentu tidak. Menurut saya pribadi tidak ada salah benar di filsafat, karena sebagian besar isinya adalah pendapat. Para filsuf cerdas itu dengan baiknya membagi ilmunya dengan kita yang orang awam. Sayangnya, kadang ada orang-orang yang tidak tepat dalam menyelaminya.
Jadi apa saja hal yang tidak masuk dalam 'bagan' akal? Banyak sekali. Di filsafat ada yang namanya Teologi. Teologi merupakan bidang ilmu yang mempelajari tentang dasar Ketuhanan. Apakah sampai sini anda bisa membayangkannya? Ya! Filsafat mempertanyakan Tuhan berasal dari mana? Oh ini sudah membahayakan! Bagi orang yang lemah iman.

Setelah belajar filsafat, anda mungkin akan mempertanyakan Allah diciptakan dari Apa? Atau bagaimana bisa Nabi-nabi memiliki kekuatan luar biasa macam pahlawan super seperti di serial Marvel? Atau bertanya mengapa manusia hidup? Mengapa manusia beragama?

Ini bukan hal sepele teman-teman. Jadi apakah kita yang beragama salah kalau belajar filsafat. Saya bilang di awal bahwa kita yang tidak jeli memilih filsuf. Sebenarnya di buku sosiologi yang saya dapatkan di masa sekolah, saya agak kecewa kenapa hanya ada nama Plato, Aristoteles dan lainnya. Mengapa tidak ada Ibnu Sina, Al-Ghazali, Ar-Razi, Ibnu Rusyd dan filsuf muslim lainnya? Meskipun ada, itu pun hanya disebut nama mereka, malah teori yang banyak keluar adalah teori filsafah orang barat. 

Jujur saja saya tidak pernah membaca buku atau belajar filsafat, apalagi yang dari filsuf Muslim, karena saya tidak suka karena dari pengalaman di sekolah. Bidang itu membuat saya ngantuk. Namun beberapa postingan di sosial media yang pernah saya temui, banyak yang mengatakan bahwa jika belajar filsafat dari filsuf muslim, bukannya bikin iman lemah namun sebaliknya. Kamu akan makin mencintai agamamu dan bukannya semakin jauh dengan mempertanyakan keberadaan serta penciptaan-Nya. Filsuf-filsuf cerdas yang beragama Islam ini tidak membandingkan apa yang masuk akal dan apa yang tidak masuk akal, mereka mengkaji dengan cara berbeda dengan orang yang tidak beragama.

Jadi apakah belajar filsafat membuat murtad? Bisa iya, bisa tidak, tergantung dengan kekuatan iman anda. Saya tekankan lagi bukan filsuf-nya yang salah, namun kita yang tidak jeli memilih filsuf saat belajar filsafat. Dan saya sarankan berdasarkan diskusi di atas tadi, hindari bacaan filsafat yang ditulis oleh orang yang tidak beragama (atheist, agnostic dll) Islam memiliki para filsuf yang cerdas dan luar biasa. Mengapa tidak mulai belajar dari mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun