Mohon tunggu...
fatma ariyanti
fatma ariyanti Mohon Tunggu... Buruh - Citizen

Point of view orang ke-3

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kenapa Orang Nge-Geng?

31 Desember 2021   16:50 Diperbarui: 31 Desember 2021   19:13 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apakah kamu punya geng? Ada berapa orang di geng mu?
Jika saya menyebut geng mungkin terkesan bar-bar. Padahal sebenarnya bukan seperti itu maksudnya. Saya hanya menyesuaikan sebutannya seperti yang orang-orang pakai.


Sebenarnya geng itu apa? Manfaatnya apa? Dan mengapa orang-orang nge-geng?
Jujur saja saya punya banyak opini berkeliaran di otak saya, dan saya berusaha mem-filternya menjadi kata-kata yang lebih berbobot dan beretika. Karena bahasan geng merupakan hal yang sensitif. Geng di sini bukan merupakan komunitas, lembaga ataupun kelompok resmi, melainkan suatu grup lingkar pertemanan yang banyak kita jumpai, seperti di sekolah dan kampus, tempat kerja, lingkungan rukun tetangga, bahkan dalam suatu komunitas, lembaga maupun organisasi, ada geng di dalamnya. Mengapa bisa begitu ya?


Teori penguatan yang saya gunakan adalah Zoon Politicon (teori Aristoteles) bahwa manusia tercipta sebagai makhluk sosial. Mungkin terdengar biasa, namun coba pikirkan, jika anda memiliki satu teman yang selalu menemani anda makan siang, tapi suatu hari teman anda tidak bisa menemani anda. Kira-kira bagaimana perasaan anda? Anda mungkin akan merasa biasa saja, namun sebenarnya jauh dalam lubuk hati anda, muncul suatu perasaan asing, yaitu kehilangan. Dan kehilangan itu secara lamban menimbulkan kontra dalam diri anda dan menjadi satu nama, yaitu kesepian. Meskipun persentasenya sedikit, namun tidak bisa dipungkiri, makan siang yang biasanya anda lalui dengan berbincang ringan dan berbagi camilan dengan teman, kini anda sendirian. Belum lagi jika anda makan di restoran dan anda melihat kanan kiri banyak pasangan atau orang-orang yang menikmati makan siang mereka, maka anda akan lebih kesepian lagi karena merasa sedikit iri atau sedikit tidak adil bagi anda. Padahal itu bukan keadaan selamanya, namun bagaimana jika (mohon maaf) teman anda meninggal? Maka kesepian sesaat itu akan jadi kesepian selamanya. Bukan lagi kehilangan sementara, namun kehilangan selama-lamanya. Itulah mengapa kita tidak bisa hidup sendirian, bukan tidak bisa tapi memang tidak mau, perasaan kita melawan, dan manusia mengartikan sendiri bahwa kesepian berarti tidak bahagia. Karena itulah ada kata 'geng'. Kata ini merupakan salah formula kebahagiaan sebagian orang. Teman-teman yang mengerti dan memahami, bersama saat suka duka, ada ketika dibutuhkan dan definisi-definisi lainnya. Semua itu adalah lingkar pertemanan yang kini menjadi lebih sempit, lebih padat dan lebih intens hingga menjadi sebuah formula, yaitu 'geng'.


Saya anggap kita semua paham bahwa kesepian dan kesendirian itu berbeda.  Menurut saya pribadi kesendirian itu bisa kita kendalikan sedangkan kesepian tidak bisa kita kendalikan. Bukankah anda pernah mengalaminya? Berada di keramaian namun kesepian. Berada di tempat publik, namun merasa kosong. Atau kadang kita sedang berbincang dengan beberapa orang, tapi sesaat kemudian kita menghela napas (entah alasannya apa), anehnya merasa kesepian. Pernahkah anda merasakan hal semacam itu? Sedangkan kesendirian itu situasi secara literal dimana kita benar-benar seorang diri, berbeda dengan kesepian yang bukan situasi secara literal, namun secara emosional.
Jadi menurut saya pertanyaan mengapa manusia membutuhkan geng kurang tepat. Faktanya ada banyak dari kita yang sering menghabiskan waktu sendiri, dan tidak terlalu membutuhkan (maksud saya dalam rangka kebutuhan emosional) berkumpul dengan teman-teman, kecuali ada hal yang benar-benar penting dan perlu diurus, (kecuali dengan keluarga/orang yang setara dengan keluarga). Itu bukan semata-mata benci atau tidak suka, melainkan sudah watak, ini menurut saya. Memang sudah kepribadian setiap manusia berbeda, ada yang nyaman makan ketika ditemani, ada yang nyaman bepergian ketika ditemani, ada juga yang tidak masalah dengan itu (kesendirian). Sejujurnya saya sendiri tipe yang seperti itu. Bukan berarti tidak punya teman, malah sebaliknya, karena saya tidak 'ngegeng' saya tidak punya musuh dan membaur dengan semua kelompok atau teman di lingkungan saya. Saya berteman dengan semua orang dan tidak ada yang melabeli saya dengan kata-kata "gengnya si A" atau "geng-nya si B". Jadi bukan karena saya tidak membutuhkan teman atau orang lain, selain watak saya juga memberi batasan pada diri saya sendiri bahwa sesungguhnya manusia memang sendirian, karena itulah muncul teori manusia tidak bisa hidup sendirian. Karena orang lain tidak bisa kita kendalikan, benar bukan? Kita hanya bisa mengendalikan diri kita sendiri. Jika orang lain bisa kita kendalikan untuk selalu menemani kita artinya kita tidak menghargai mereka sebagai manusia melainkan sebuah robot. Jadi setiap saya bepergian sendirian atau makan sendirian, saya tidak kesepian. Saya nyaman dan dengan sewajarnya paham bahwa inilah situasi saya. Tidak ada hal yang lebih baik atau lebih buruk. Saya merasa biasa saja. Bukan hal yang aneh kalau dilakukan ternyata, tidak seburuk itu ternyata, sendirian setidaknya kita bebas ternyata, dan ternyata ternyata yang lain. Saya menyadari  bahwa waktu tidak akan berubah, entah saya sendirian atau bersama teman, yang berubah adalah kenangan. Jika sendirian saya tidak memiliki kenangan (yang sangat perlu diingat), namun berbeda jika saya makan dengan teman saya, mungkin saya akan ingat apa yang saya bincangkan dengan teman, apa yang begitu menyenangkan hingga kita tertawa, apa yang begitu lucu hingga kita rame sendiri daripada yang lain. Jadi itu tidak mengubah apapun selain kenangan. Sendirian saya tetap hidup dan bersama orang lain saya lebih hidup. Jadi jangan cadangkan semua energimu ke sana, karena kamu akan merasa tidak berguna ketika sendirian. Melainkan kamu harus mengatur ego, bagaimana harus survive dalam keadaan sendirian, agar kamu tidak kesepian.


Menurut saya, setelah saya melihat teman-teman saya nge-geng (mohon maaf maksud saya memiliki beberapa teman dekat, saya tidak mencoba menjelekkan), mereka terlihat bahagia, menghabiskan waktu bersama teman-teman mereka, pergi traveling, mencoba kafe baru, makan desert favorit bersama, dan melakukan banyak kegiatan bersama, terlihat menyenangkan. Saya pernah mengalaminya dan itu memang menyenangkan dan layak dikenang. Toh kita memang tidak bisa dekat dengan semua orang, pasti akan ada orang yang hanya singgah, ada yang menjadi dekat dan ada yang menjadi sahabat. Namun bukan berarti geng atau membuat kelompok pertemanan seperti itu selalu baik, kadang ada juga pengaruh buruknya. Misalnya menjadi lebih loyal pada teman se geng daripada teman yang lain, membela teman se geng apapun yang terjadi meski dia salah, dan kondisi fanatik lainnya. Misal ada dua orang dari dua geng bertengkar, sudah tidak kaget lagi, yang bertengkar bukan hanya dua individu itu melainkan dua geng yang melibatkan lebih dari dua individu, dan ini tidak sehat.


Saya berharap ke depannya geng-geng di sekolah, kampus, kantor, tempat lainnya bisa lebih bersikap sewajarnya, maksud saya ya berteman saja sama semua orang (tidak hanya bersahabat dengan teman se-geng), tidak usah sinis-sinisan, sindir-sindiran, atau tengkar karena hal sepele, apalagi di lingkungan kantor dan kampus, usia makin bertambah, bukan anak 17 tahun lagi yang labil. Saya tidak berniat bilang geng itu buruk, namun yang buruk adalah ketika kefanatikan dalam berteman melewati batas seperti yang saya sebutkan tadi, tidak menerima pendapat teman yang lain, menjauhi teman yang lain, atau tidak mau berteman dengan yang lain. Misal saja di geng anda ada 3 orang, coba pikirkan dari sekarang, apa anda yakin 100 persen akan bersama orang-orang itu sampai akhir? Tentu tidak kan? Anda pasti akan memiliki lingkungan sosial yang baru, karena itu berubahlah menjadi pribadi yang bisa berteman dengan semuanya, pilih-pilih sahabat itu perlu, tapi pilih-pilih teman itu sombong.
Geng itu tidak buruk, kelompok pertemanan itu tidak buruk. Saya sendiri memiliki beberapa sahabat di beberapa tempat yang berbeda, terpisah dan jarak yang jauh. Entah itu disebut geng atau tidak saya tidak tahu. Tapi saya tidak kesepian jika harus kemana-mana dan melakukan apa-apa sendirian, toh saya tidak suka merepotkan orang lain dan agak sebal juga jika orang lain merepotkan saya. Namun sebaiknya kita berpikir secara luas, teman tidak selalu ada bersama kita, sahabat itu memang dekat, tapi kita tidak tahu ke depannya akan ada masalah apa yang akan menimpa persahabatan. Bertemanlah dengan semua orang, mulai dari yang paling anda benci sampai yang anda sukai, karena kita semua tidak tahu kapan kita ditimpa kesusahan dan butuh bantuan. Saat itulah kita tidak hanya menyesal, namun juga merasa malu pada diri sendiri karena merasa sok di awal, merasa orang-orang tersebut  tidak cukup pantas berteman dengan kita. Namun roda sudah terlanjur terbalik, jika butuh bantuan, malunya sungguh tidak bisa anda tanggung hanya di badan.
Bersahabatlah dengan geng anda dan bertemanlah dengan semua orang. Anda tahu kan perbedaan sahabat dan teman?
Kalaupun jika ada yang toxic, ya blacklist saja dia, toh kamu tidak akan terpengaruh apa-apa. Kamu berdiri di kakimu sendiri, kamu menghargai semua orang namun bukan berarti kamu menerima semuanya.
Saya sendiri pun berteman dengan orang-orang yang benci saya. Alasannya tidak lain tidak bukan adalah karena haters adalah batu pijakan, anak tangga dan tali untuk naik ke atas. Mereka item penting dalam dunia game di zaman ini. Semakin banyak haters mu semakin panas kakimu untuk memanjat ke atas.
Sekali lagi saya ingatkan.
"Pilih-pilih sahabat itu perlu, tapi pilih-pilih teman itu sombong."

Ini hanyalah opini pribadi dan tidak ada unsur menjelekkan pihak lain.
Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun