Mohon tunggu...
Fatma Eka Ramadani
Fatma Eka Ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

History

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Keris: Lebih dari Sekedar Baja, ini Jiwanya!

17 Oktober 2024   22:40 Diperbarui: 17 Oktober 2024   22:41 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Lebih dari sekadar benda tajam, keris adalah karya seni yang sarat makna. Setiap lekukan, ukiran, dan detail pada bilahnya menyimpan filosofi hidup yang mendalam. Keris sebagai karya seni yang mengagumkan, bilahnya yang berkelok-kelok, pamor yang memukau, serta hiasan pada warangkanya menciptakan keindahan visual yang unik.  Terdapat banyak jenis keris dengan bentuk dan motif yang berbeda-beda, mencerminkan kekayaan budaya dan kreativitas masyarakat Jawa. Dalam pembuatannya, keris membutuhkan proses yang cukup rumit dan panjang, melibatkan berbagai teknik penempaan dan pengukiran. Bagi masyarakat Jawa, keris bukan hanya sekadar benda pusaka, melainkan cerminan jiwa serta symbol identitas. Keris mempunyai sejarah yang panjang bagi masyarakat Jawa. Pada masa kerajaan, masyarakat di Pulau Jawa memiliki benda-benda pusaka yang terbuat dari olahan Wesi Aji yang terdiri dari perak, tembaga, emas, dan beberapa jenis logam lainnya. Olahan logam atau Wesi Aji tersebut yang berbentuk keris, tombak, atau benda tajam lainnya sering disebut dengan benda pusaka yang dikeramatkan.

 

Pada masa kerajaan Majapahit, keris digunakan oleh masyarakat dari berbagai kalangan. Tidak ada satu pun laki-laki remaja atau dewasa yang keluar rumah tanpa menyelipkan sebuah keris pada sabuknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa keris dipergunakan sebagai senjata umum serta pelengkap pakaian masyarakat masa itu. Sedangkan penggunaan keris pada masa sekarang tentu saja mengalami pergeseran. Jika pada masa lalu keris lebih sering digunakan sebagai senjata dan alat dalam upacara adat, saat ini fungsi keris lebih bersifat simbolis serta kultural. Fungsi keris saat ini masih dianggap sebagai symbol status social, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Memiliki keris pusaka atau keris dengan nilai sejarah tinggi adalah suatu kebanggan tersendiri, selain itu keris juga sering digunakan sebagai pelengkap busana adat Jawa, baik dalam acara formal maupun non-formal.

 

Masyarakat Jawa meyakini setiap detail pada keris, dari bentuk bilah yang melengkung hingga pola pamor yang rumit, merupakah sebuah representasi dari kosmos, kehidupan, dan nilai-nilai luhur. Terdapat beberapa makna filosofi yang terkandung dalam keris, seperti kesatuan manusia dan alam dimana bentu keris mengikuti lekuk alam, pemilihan bahan-bahan alami seperti besi, emas, nikel serta pola pamor yang juga terinspirasi dari alam. Semuanya menunjukkan bahwa manusia merupakan bagin tak terpisahkan dari alam semesta. Proses pembuatan keris sendiri adalah sebuah perjalanan spiritual yang panjang serta penuh makna. Setiap proses, dari pemilihan bahan sampai penempaan yang diiringi oleh doa dan mantra. Hal ini melambangkan perjalanan manusia menuju kesempurnaan diri. Bentuk keris yang tidak simestris serta dengan bilah yang berkelok-kelok melambangkan konsep dualitas dalam kehidupan yang terdapat sisi terang dan gelap, baik dan buruk, serta selalu ada dalam diri manusia. Keris juga melambangkan pentingnya keseimbangan dalam hidup. Keseimbangan antara kekuatan dan kelemahan, materi dan spiritual, antara duniawi dan akhirat. Sedangkan makna filosofi keris dalam kekuatan batin yaitu dalam pembuatan keris membutuhkan kesabaran, ketelitian, dan kekuatan spiritual yang tinggi. Maka dari itu, keris sering dikaitan dengan kekuatan batin dan keberanian. Lalu pamor, pola garis-garis indah pada bilah keris merupakan salah satu elemen yang paling menarik perhatian. Setiap pola pamor memiliki nama serta makna yang berbeda, seperti Pamor Banyu Mili yang melambangkan air mengalir deras dan menunjukkan kekuatan serta keberanian. Pamor Wulan Mat Janji melambangkan bulan purnama, symbol kesempurnaan serta keindahan. Sedangkan Pamor Ceplok Soko melambangkan kekuatan yang tersembunyi. Warangka atau sarung keris juga memiliki makna filosofi yaitu melindungi bilah keris sekaligs sebagai tempat untuk menyimpan keris dan melambangkan pentingnya melindungi diri serta harta benda.

 

Karaketeristik keris memiliki hubungan dengan pemilik keris yang merupakan sebuah kepercayaan yang telah lama melekat dalam budaya jawa. Masyarakat Jawa percaya bahwa terdapat korelasi antara sifat serta karakter seseorang dengan keris yang dimilikinya.  Dipercaya bahwa karakter seseorang akan selaras dengan karakter yang terkandung dalam keris yang dimilikinya. Seperti, seseorang yang memiliki sifat kepemimpinan yang kuat cenderung memiliki keris dengan pamor tegas dan kokoh. Terdapat juga kepercayaan bahwa keris dapat mempengaruhi karakter serta perilaku pemiliknya. Keris dianggaop memiliki kekuatan gaib yang dapat memberikan tuah atau keberuntungan bagi pemiliknya. Namun, hubungan antara pemilik keris dan karakteristik keris lebih bersifat kepercayaan daripada fakta ilmiah. Meskipun demikian, kepercayaan ini telah menjadi bagaian integral dari budaya Jawa dan memberikan nilai tambah bagi keris sebagai benda pusaka.

 

Keris dalam masyarakat Jawa sebagai symbol status social dan kekuatan spiritual, seperti pada masa kerajaan, hanya kalangan bangsawan dan pejabat yang berhak memiliki serta menggunakan keris tertentu. Keris menjadi penanda kekuasaan dan martabat. Keris juga digunakan dalam adat pernikahan, pengantin pria seringkali menggunakan keris sebagai pelengkap busana. Jenis keris yang digunakan dapat mencerminkan asal-usul keluarga dan tingkat sosialnya. Sedangkan keris sebagai symbol kekuatan spiritual dalam upacara adat yaitu sebagai penjaga diri yang dipercaya dapat melindungi pemiliknya dari segala macam bahaya. Pada masyarakat Jawa, keris juga sebagai warisan budaya yang sarat makna, meghadapi tantangan serta peluang di era modern. Perkembangan zaman dan globalisasi membawa dampak yang signifikan terhadap eksistensi keris. Akan tetapi, upaya pelestarian dan pengembangan terus dilakukan untuk menjaga kelestarian warisan budaya ini.

 

Nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi keris memiliki relevansi universal dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Seperti, keris yang dibuat dari bahan alam seperti besi, nikel, dan emas serta memiliki pamor yang terinspirasi dari alam. Hal ini, mencerminakan bahwa manusia adalah bagian integral dari alam semesta. Dalam penerapannya, dengan menjaga kelestarian lingkungan dan hidup berdampingan harmonis dengan alam. Pada masa kini, globalisasi serta modernisasi membawa angina segar bagi banyak aspek kehidupan, namun juga menghadirkan tantangan besar bagi warisan budaya seperti keris. Salah satu tantangan utama yang dihadapi adalah seperti pergeseran minat, generasi muda cenderung lebih tertarik pada budaya popular dan teknologi modern sehingga minat terhadap keris semakin menurun serta kurangnya penerus juga menjadi tantangan, jumlah empu keris yang masih aktif semakin sedikit. Pengetahuan dan keterampilan pembuatan keris yang kompleks sulit diwariskan. Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya yang komprehensif dari berbagai piha seperti adanya pendidikan dan sosialisasi, dengan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melestarikan keris sebagai warisan budaya. Pelestarian keris di era modern merupakan tantangan yang kompleks. Namun, dengan upaya bersama dari berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa warisan budaya ini tetap lestari dan dapat dinikmati oleh generasi mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun