Sebagai seorang guru, aku sering terjebak dalam arus rutinitas yang berputar antara papan tulis dan layar monitor, antara tugas dan ujian. Namun, di sela-sela kesibukan itu, aku sering melamun tentang dunia yang mungkin tampak aneh dan asing---sebuah dunia di mana siswa-siswaku hidup tanpa gadget.
Aku membayangkan pagi hari di kelas tanpa suara notifikasi dan vibrasi ponsel. Siswa-siswaku, yang biasanya tertunduk pada layar kecil, kini akan mengangkat wajah mereka untuk melihat dunia yang lebih besar. Bayangkan, tanpa gangguan notifikasi dan update media sosial, mereka akan benar-benar mendengarkan, berbicara, dan berbagi tanpa rasa terburu-buru.
Aku membayangkan mereka kembali ke zaman yang lebih sederhana---menulis catatan dengan pena dan kertas, berinteraksi langsung dengan teman, dan bermain di luar ruangan. Dengan tidak adanya gadget yang membatasi komunikasi mereka hanya dalam bentuk teks dan emoji, mereka akan belajar untuk menyampaikan perasaan mereka dengan kata-kata yang lebih mendalam, dengan ekspresi wajah yang lebih jujur.
Dan bagaimana dengan tugas-tugas sekolah? Tanpa bantuan mesin pencari, mereka akan lebih terlatih dalam riset manual, lebih kreatif dalam mencari informasi, dan lebih berfokus pada pembelajaran daripada sekadar menemukan jawaban cepat. Mereka akan belajar mencari solusi dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis tanpa tergantung pada saran algoritma.
Sore hari, setelah sekolah, aku membayangkan mereka berkumpul dengan keluarga tanpa gangguan dari dunia maya. Mereka akan berbagi cerita tentang hari mereka, bercerita tentang pelajaran yang mereka pelajari, dan berbicara tentang mimpi-mimpi mereka tanpa distraksi dari layar yang menyala.
Tentu saja, tidak ada dunia yang sepenuhnya ideal. Gadget membawa banyak manfaat dan memudahkan banyak aspek kehidupan. Namun, membayangkan dunia tanpa gadget mengingatkanku akan nilai-nilai dasar---interaksi manusia, pembelajaran yang mendalam, dan pengalaman hidup yang tulus. Mungkin kita tidak bisa kembali ke masa lalu, tetapi kita bisa berusaha menghadirkan keseimbangan antara teknologi dan kehidupan nyata.
Dalam dunia yang semakin dipenuhi dengan perangkat pintar, mari kita ingat untuk mengajarkan siswa-siswaku tentang pentingnya hubungan manusia yang autentik, kebiasaan belajar yang sehat, dan pengalaman hidup yang mendalam. Semoga mereka tetap mampu menikmati keindahan dunia di luar layar, merasakan setiap momen dengan sepenuh hati, dan membangun kenangan yang tidak hanya tersimpan dalam file digital, tetapi juga dalam ingatan dan pengalaman hidup mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H