Mohon tunggu...
Fatma Taher
Fatma Taher Mohon Tunggu... Guru - Seorang ibu Pembelajar

Mari berkarya lewat kata dan temukan dunia baru di setiap kalimat!

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hijab dan Paskibraka, Menyusun Jembatan Bukan Dinding

15 Agustus 2024   11:55 Diperbarui: 15 Agustus 2024   12:40 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Di tengah hiruk-pikuk persiapan hari kemerdekaan dan beragam kegiatan seremonial, Paskibra (Pasukan Pengibar Bendera) selalu menjadi sorotan. Namun, di balik semaraknya perayaan, muncul isu penting yang patut diperhatikan: peran hijab dalam partisipasi siswa di Paskibra. Isu ini seringkali menjadi perdebatan, menciptakan batasan antara nilai-nilai kebangsaan dan hak individu.


Hijab adalah simbol identitas dan keyakinan bagi banyak perempuan Muslim. Memakainya bukan hanya tentang memilih pakaian, tetapi juga tentang mengikuti ajaran agama dan menjaga martabat. Namun, sering kali hijab dianggap sebagai penghalang dalam berbagai aktivitas yang menuntut seragam atau penampilan tertentu, termasuk di Paskibra.


Salah satu argumen yang sering muncul adalah bahwa hijab dapat membatasi gerakan dan mengganggu keseragaman penampilan yang diperlukan dalam upacara. Tetapi, apakah kita benar-benar ingin membatasi kesempatan hanya karena perbedaan ini? Atau akankah lebih baik untuk menyusun jembatan yang memungkinkan semua siswa untuk berpartisipasi penuh, tanpa harus mengorbankan nilai-nilai mereka?


Banyak negara dan organisasi telah menunjukkan bahwa dengan inovasi dan pemahaman, perbedaan ini bisa diatasi. Di beberapa negara, Paskibra telah beradaptasi dengan mengizinkan anggota yang mengenakan hijab untuk bergabung tanpa mengubah prinsip-prinsip dasar organisasi. Mereka membuat penyesuaian pada seragam dan prosedur pelatihan untuk memastikan bahwa hijab tidak menjadi hambatan, melainkan bagian dari keragaman yang dirayakan.


Solusi yang perlu diambil tidak hanya melibatkan penyesuaian pada seragam atau pelatihan, tetapi juga perubahan pola pikir. Penting untuk membuka dialog antara pihak sekolah, orang tua, dan siswa tentang kebutuhan dan solusi yang dapat diterima semua pihak. Ini adalah kesempatan untuk mengajarkan nilai-nilai inklusivitas dan toleransi kepada generasi muda kita, bahwa perbedaan tidak harus menjadi pemisah, tetapi dapat memperkaya pengalaman bersama.


Ketika kita membicarakan tentang Paskibra dan hijab, kita berbicara tentang lebih dari sekedar pakaian. Ini adalah tentang menciptakan ruang di mana setiap individu merasa dihargai dan dapat berkontribusi secara maksimal. Dengan menyusun jembatan, bukan dinding, kita membuka kemungkinan bagi lebih banyak siswa untuk merayakan kemerdekaan dan kebanggaan mereka sebagai bagian dari negara, tanpa harus memilih antara identitas pribadi dan kewajiban nasional.


Dalam dunia yang terus berkembang ini, inklusivitas dan adaptasi adalah kunci. Mari kita jaga semangat kemerdekaan dan persatuan dengan memastikan bahwa setiap individu, terlepas dari latar belakang atau keyakinan mereka, memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi dan berkontribusi dalam merayakan hari kemerdekaan kita. Hijab bukanlah penghalang, tetapi bagian dari jembatan yang menghubungkan kita semua dalam semangat kebersamaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun