Kabar gembira datang dari pemerintah. Presiden Prabowo mengumumkan kenaikan gaji guru mulai 2025, mencakup guru ASN, non-ASN, hingga honorer. Katanya, anggaran pendidikan bakal ditingkatkan jadi Rp 81,6 triliun. Keren banget, kan? Tapi, bentar, jangan buru-buru senang.
Secara teori, kenaikan ini bisa meningkatkan semangat kerja guru. Guru yang sejahtera pasti lebih fokus mengajar dan bisa meningkatkan kualitas pendidikan. Tapi kita juga nggak boleh lupa: birokrasi di negeri ini sering jadi hambatan. Apakah kenaikan ini akan benar-benar sampai ke semua guru, terutama mereka yang di pelosok?
Sri Mulyani, sang Menteri Keuangan, mendapat banyak pujian karena dianggap berhasil menyusun anggaran untuk kebijakan ini. Tapi, apakah ini akan memotong dana untuk program pendidikan lainnya? Misalnya pengadaan buku, pelatihan guru, atau pembangunan fasilitas sekolah? Pertanyaan ini masih belum terjawab.
Kenaikan gaji ini juga bikin kita mikir soal nasib guru honorer. Mereka ini sering disebut "pejuang pendidikan," tapi nasibnya nggak jarang terkatung-katung. Kalau gaji naik tapi status mereka nggak diperjelas, apa bedanya dengan tambal sulam?
Dari perspektif mahasiswa, langkah ini jelas layak diapresiasi. Tapi kita juga nggak bisa menutup mata kalau kebijakan bagus sering berakhir jadi formalitas doang. Sebut saja data guru yang nggak akurat, perbedaan gaji antarwilayah, atau keterlambatan pembayaran.
Apakah ini langkah serius atau sekadar pencitraan politik? Bisa jadi ini cara Prabowo menunjukkan kalau dia serius sama janjinya waktu kampanye. Tapi mahasiswa pasti setuju: janji manis itu cuma bermanfaat kalau benar-benar diwujudkan.
Pendidikan itu investasi jangka panjang. Kalau pemerintah serius, kebijakan ini harus dibarengi dengan reformasi besar-besaran di sistem pendidikan kita. Nggak cuma soal gaji, tapi juga soal kurikulum, fasilitas, dan kesejahteraan keseluruhan.
Sebagai mahasiswa, kita bisa ambil peran buat mengawasi kebijakan ini. Jangan sampai ada guru yang nggak terima haknya atau kena diskriminasi. Kebijakan ini harus dirasakan semua guru, dari Sabang sampai Merauke.
Kenaikan gaji ini memang terlihat seperti angin segar. Tapi pertanyaannya, apakah ini akan bertahan lama atau cuma euforia sesaat? Sebagai generasi muda, kita berharap kebijakan ini bukan cuma solusi sementara, tapi jadi awal reformasi besar untuk pendidikan Indonesia.
Jadi, mari kita tunggu. Kalau ini berhasil, kita bisa kasih dua jempol buat Prabowo. Kalau nggak, ya, kita tahu harus bersuara lebih keras lagi. Semangat terus buat para guru, pahlawan pendidikan sejati!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H