Mohon tunggu...
Fatkur Mujib
Fatkur Mujib Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Seorang mahasiswa tanpa daya tarik

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Fajar Sadboy: Urgensi Pendidikan dan Bahaya Kapitalisme

9 Januari 2023   08:25 Diperbarui: 9 Januari 2023   08:26 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Nama Fajar Sadboy akhir-akhir ini banyak di perbincangkan di linimasa dikarenakan  muncul di YouTube channel Denny Cagur. Bukan tanpa sebab, remaja asal Gorontalo ini jadi sorotan usai menjawab pertanyaan Denny Cagur soal silsilah keluarganya. 

Melansir dari YouTube Denny Cagur TV, komedian 45 tahun itu menanyakan Fajar memiliki berapa saudara di rumahnya dan siapa saudara tertua dari keempat bersaudara tersebut yang ternyata dijawabnya yang tertua adalah bapaknya.

 

Saya pribadi sempat berdebat dengan rekan saya tentang siapa sebenarnya saudara tertua Fajar Sadboy. Rekan saya yang notabene adalah seorang yang agamis dan menggemari kisah 25 nabi dan rasul menjawab bahwa saudara tertua Fajar adalah Nabi Adam. Saya pun yang seorang penggemar novel kera sakti menjawab bahwa sang saudara tertua adalah Sun Gokong sang siluman kera batu yang  merupakan murid pertama pendeta guru aka Biksu Tong dan Fajar sendiri merupakan saudara kedua yakni Ti Pat kay sang siluman babi gemuk bucin dan penggila wanita dan ada satu lagi saudara terakhir yakni Wu Ching sang Pendekar Pasir. Perdebatan kami pun terus berlanjut  dari epos-epos mahabarta sampai ke kisah-kisah Yunani Kuno untuk memecahkan masalah yang pelik ini. Dirumorkan saat ini para petinggi-petinggi dunia dan peraih nobel dari berbagai bidang  tengah berkumpul di gedung putih untuk membahas perkara ini.

Kemunculan Fajar Sadboy menyadarkan kita bahwa  pelajaran sekolah yang selama ini kita anggap sebagai sesuatu yang tidak penting dan buang-buang waktu ternyata memiliki urgensi dalam membangun logika dasar dalam berpikir. Pertanyaan-pertanyaan mengenai silsilah keluarga yang acapkali dikeluarkan pada buku-buku LKS dengan gambar buram yang figur ayah dan ibunya itu-itu saja dari masa ke masa. Tidak ada gaya rambut cepak Abri, mohak balotelli dan belah pinggir Andika Kangen Band. Busana yang dikenakan pun sama, kemeja putih dan celana atau rok hitam sangat berbeda dengan realita bahwa ayah kalau di rumah pakai sarung dan kaos kutang putih atau kaos partai dan ibu memakai daster yang bagian ketiaknya bolong. Pelajaran-pelajaran sekolah tentang keluarga juga seringkali menampakkan keluarga yang lengkap, rukun dan harmonis padahal tidak semua keluarga seperti itu. Juga tidak semua daerah di Indonesia memiliki istilah untuk menyebut silsilah keluarga seperti yang dipaparkan pada buku-buku terbitan Airlangga atau intan pariwawa itu. Namun pertanyaan dan gambar tersebutlah yang mengasah logika dan ingatan kita. Pelajaran sekolah juga ternyata penting di era digital dimana informasi bisa di dapat dengan mudah. Quotes-quotes cinta picisan dengan lagu-lagu galau bertebaran tiktok dan reels instagram yang kemudian disadur oleh Fajar sebagai dasar untuk meromantisasi kehidupan. Pelajaran sekolah ternyata lebih bermanfaat daripada kata-kata indah tersebut. Tak selalu yang berkilau itu indah dan yang indah-indah itu bermanfaat.

Kisah-kisah cinta fajar yang mengungkapkan kekecewaannya ditinggal wanita karena tak berharta juga melambangkan bahaya kapitalisme. Dimana yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin

seperti lirik lagi Rhoma Irama. Dimana Hotman Paris memiliki banyak asisten wanita dengan tubuh molek nan aduhai sementara kita hanya bisa berbicara dengan google asisten. Dimana orang miskin seperti kita mencampur air kedalam botol shampoo lalu mengocoknya agar bisa dipakai sementara orang-orang kaya di luar sana bisa dengan mudah membuat kolam renang yang isinya shampoo semua. Tidak bisa disalahkan juga sang wanita karena kopi tidak bisa manis hanya dengan senyumanmu dan perut tidak bisa kenyang hanya dengan kata-kata. Maka dari itu fuck capitalism..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun