Mohon tunggu...
MOCH. FATKOER ROHMAN
MOCH. FATKOER ROHMAN Mohon Tunggu... Guru - Kepala SMAN 1 KAYANGAN

Ketua Umum PP Matematika Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mari Kita Kembali ke Konsep Belajar yang Benar

25 Agustus 2013   23:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   08:49 181
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kata belajar tentu tidaklah asing bagi seorang guru (termasuk guru matematika). Namun sayang banyak di antara kita yang merasa sudah belajar namun pada hakekatnya belum belajar. Banyak guru yang sudah merasa membelajarkan sesuatu pada siswa namun pada hakekatnya belum membelajarkan sesuatu pada siswa. Marilah kita menelaah kasus-kasus di bawah ini.


  1. Kita sudah hafal bahwa "Kebersihan itu sebagian dari iman" dan kita mengenal pula bahwa "Kebersihan itu pangkal kesehatan". Jadi semenjak SD kita sudah diajari tentang kebersihan. Agama pun mengajari kita tentang kebersihan. Namun mengapa pada umumnya WC  masih saja kotor, bahkan WC masjid juga masih banyak yang tidak bersih
  2. Di dalam pelajaran PPKn siswa belajar tentang kerja sama. Bagaimanakah cara guru membelajarkan kerja sama pada siswa?


Barangkali cukup 2 saja untuk mengawali pembahasan kita mengenai konsep belajar yang benar. Untuk ini saya pernah membaca suatu artikel bagus mengenai pembelajaran siswa SD di Jepang.

Empat kali dalam seminggu, siswa SD melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga. Ia harus membersihkan dan menyikat WC, menyapu dapur, dan mengepel lantai. Setiap anak di Jepang, tanpa kecuali, harus melakukan pekerjaan-pekerjaan itu. Akibatnya mereka bisa lebih mandiri dan menghormati orang lain. Kebersahajaan juga diajarkan dan ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Nilai moral jauh lebih penting dari nilai materi. Mereka hampir tidak pernah menunjukkan atau bicara tentang materi.

Apa yang dibelajarkan dari kegiatan-kegiatan tersebut? Banyak hal tentunya, kebersihan, kerja sama, disiplin, kemandirian, dan lain-lain.

Dari contoh pembelajaran siswa di Jepang kita dapat mengambil kesimpulan bahwa yang namanya belajar itu siswa mengalami langsung. Siswa tidak hanya mendengar mengenai kebersihan, siswa tidak hanya membaca slogan-slogan bersih itu indah, bersih itu pangkal sehat dan lain sebagainya, akan tetapi siswa langsung mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari secara rutin dan berkesinambungan. Begitu pula dalam hal kerja sama, siswa tidak hanya memahami sebatas pengertian (definisi) kerja sama yang hanyalah sebatas pengetahuan, siswa tidak hanya sekedar memberikan "contoh orang" yang bekerja sama, namun siswa mengalami langsung proses kerja sama.

Mari kita refleksi pada pendidikan di Indonesia. Siswa "dikenalkan" mengenai sedekah, namun prakteknya tidak ada, kalau pun ada sangat jarang. Siswa banyak yang "hafal" hadits "Kebersiahan itu sebagian dari iman". Namun sayang hanya sekedar hafal. Bagimana perilaku siwa ketika ke WC sekolah? Bagaimana siswa membuang sampah yang tidak pada tempatnya.

Jadi yang namanya belajar tidak hanya sekedar mengetahui, tidak sekedar hafal, namun belajar itu harus mengalami langsung



Moch. Fatkoer Rohman angkatan 2 #105

Zona Matematika

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun