Bapakku, Sosok Pahlawan Terhebat
Sosok pahlawan yang hebat, tidak kenal lelah dan pantang menyerah. Wajah yang masih bersinar, dan ada sedikit rambutnya yang berwarna putih, telah memberikan sinyal bahwa beliau seorang laki-laki setengah tua yang memiliki seribu alasan untuk lahir di dunia ini. Bapak ,,, itulah sapaannya, perawakannya kecil dan tidak terlalu tinggi tapi semangatnya luar biasa, pikirannya luas demi masa depan keluarga dan kami anak – anaknya. Kesehariannya dihabiskan dirumah sebagai tukang kayu membuat meja kursi, alamari, pintu dan yang lain sesuai pesanan.Â
Sesekali sebelum bekerja sebagai tukang kayu di waktu pagi setelah shubuh menyempatkan untuk kesawah, karna alhamdulillah ada sedikit peninggalan sawah dari kakek dari ibu saya. Disawah menanam padi kadang juga saat musim kemarau menanam kacang hijau. Demi pendidikan kami anak – anaknya, panas terik matahari saat musim kemarau, peluh bercucuran, bahkan terkadang darahnya menetes saat bekerja tidak menjadi masalah baginya. Yang paling utama dalam hidupnya adalah menyekolahkan kami anak – anaknya.
Bapak Abdul Fatah, itulah sapaan orang buat pria terhebatku. Lelaki setengah baya ini adalah seorang tukang kayu dan juga petani di dusun kecilku. Wajahnya selalu dilumuri senyum, legam tersengat terik matahari, tubuhnyanya kecil berbalutkan kain tenunan dan sebuah kaos kusam, berjalan tanpa alas kaki. Tapi siapa sangka sosok sederhana ini ternyata punya pikiran dan pandangan yang berbeda dengan orang – orang di sekitarnya. Sekolah dan pendidikan kami anak – anak adalah hal yang paling utama dalam hidupnya. Dua putra dan dua putri harus hidup lebih baik dari dirinya saat ini, harus bisa mendapatkan ilmu pendidikan dan kelak memiliki pekerjaan yang layak. Itulah prinsip dari bapak, pahlawan terhebatku.
Setiap pagi pagi sehabis shubuh harus berangkat ke sawah bekerja membanting tulang demi kami anak – anaknya. Badan lelah dan sakit tidak pernah dihiraukannya, keluh kesah tidak pernah terucap dari bibirnya, walapun itu sangat jelas terlihat dimata kami anak – anaknya. Kadang kala saat libur saya dan adik saya membantunya, walaupun kami lebih muda tapi tenaga kami kalah dengan tenaga bapak yang luar biasa. Bapak, pria terhebatku selalu memotivasi, membimbing dan mengajar kami dengan penuh kasih dan kesabaran, walaupun pribadinya sedikit keras jika mengingatkan kami tentang sekolah dan mengaji. Tapi kami bersyukur tengtang itu. Bapak, selalu mengajarkan kami tentang kehidupan, tentang cinta dan pengorbanan. Beliau adalah sosok yang sudah menghabiskan hampir seluruh hidupnya berjuang dalam agama. Mengurus musholla dari nol, membimbing kami para jama’ah musholla tersebut untuk selalu melakukan kebaikan dan rajin dalam beribadah.
Siapa sangka laki – laki sederhana ini akhirnya mampu menyekolahkan kami sampai menyelesaikan studi dengan lancar. Walaupun semuanya tidak sampi di perguruan tinggi, Karna yang mau melanjutkan pendidikan kuliah hanya saya dan adik perempuanku saja. Sedangkan kaka dan adikku laki laki memilih langsung bekerja. Itulah hasil perjuangan sosok Bapak, pahlawan terhebatku. Sosok yang sangat sederhana tapi penuh semangat, sosok yang tak kenal lelah, sosok yang tidak pernah mengeluh, sosok yang selalu bersyukur dengan keadaan yang ada. Bapak adalah sosok yang menjadi panutan semua orang di sekitarnya karena kesederhanaanya, keuletannya, ketekunannya. Dari sosok seorang petani, kami terlahir, dari sosok seorang petani kami belajar banyak hal, dari sosok seorang petani kami bisa menikmati pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Aku bangga menjadi anak seorang petani. Aku bangga menjadi anak seorang tukang kayu. Tetaplah sehat , bahagia, dan tersenyum Bapak, pria terhebatku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H