Mohon tunggu...
Fatkhul Stevanie
Fatkhul Stevanie Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Strategi Meningkatkan Profesionalisme untuk Mengurangi Risiko Malpraktik

31 Desember 2024   19:56 Diperbarui: 3 Januari 2025   00:16 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Universitas Airlangga

ETIK 22

Profesionalisme adalah salah satu aspek terpenting dalam perawatan kesehatan dan memainkan peran penting dalam memberikan layanan yang berkualitas dan berkelanjutan secara etis kepada masyarakat. Kompetensi profesional mencakup komitmen terhadap prinsip-prinsip etika, integritas, kompetensi, akuntabilitas, dan penghormatan terhadap hak- hak pasien. Dalam praktiknya, profesionalisme tidak hanya mencerminkan kualitas kerja para profesional kesehatan secara individu, tetapi juga berkontribusi pada kepercayaan masyarakat terhadap sistem kesehatan secara keseluruhan. 

Berdasarkan sumber dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Pusat, terdapat sekitar 210 kasus dugaan malpraktik kedokteran di Indonesia setiap tahunnya. Tercatat sejak tahun 2018 hingga 2022, terdapat 182 kasus kelalaian medik/malpraktik di seluruh Indonesia. Dari jumlah tersebut, 60 kasus dilakukan oleh dokter umum, 49 kasus oleh dokter bedah, 33 kasus oleh dokter kandungan, 16 kasus oleh dokter spesialis anak, dan 10 kasus lainnya beragam. Data dari PB IDI menunjukkan peningkatan jumlah gugatan hukum terhadap dokter di Indonesia yang signifikan. Pada tahun 2020, tercatat 10 gugatan, meningkat menjadi 30 gugatan pada tahun 2021, dan 38 gugatan pada tahun 2022. Tren peningkatan ini menunjukkan bahwa malpraktik masih menjadi masalah serius dalam sistem kesehatan Indonesia dan mengindikasikan urgensi untuk meningkatkan profesionalisme dalam praktik medis. 

Profesionalisme menjadi aspek fundamental dalam praktik medis yang menjadi indikator utama dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat kepada tenaga medis. Dalam dunia kesehatan, profesionalisme tenaga kesehatan dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pendidikan, pengalaman, prinsip pribadi, lingkungan kerja, kebijakan dalam organisasi, serta regulasi kesehatan. Faktor-faktor ini mempengaruhi kenyamanan yang dirasakan pasien, sehingga tenaga kesehatan harus memiliki tingkat profesionalisme yang tinggi. 

Tingkat profesionalisme yang tinggi memiliki korelasi langsung dengan rendahnya risiko malpraktik. Ketika profesionalisme terjaga, risiko kesalahan dalam pemberian layanan kesehatan dapat diminimalkan, yang pada akhirnya meningkatkan kepercayaan pasien terhadap tenaga kesehatan. Sebaliknya, rendahnya tingkat profesionalisme sering kali dikaitkan dengan kelalaian yang berujung pada malpraktik. 

Salah satu bentuk kelalaian tersebut adalah ketiadaan dokumen rekam medis yang memadai. Rekam medis merupakan elemen penting dalam pelayanan kedokteran/kesehatan karena berfungsi sebagai bukti bahwa proses pelayanan medis telah dilakukan sesuai standar yang berlaku. Ketidakhadiran dokumen tersebut tidak hanya menunjukkan kekurangan dalam profesionalisme, tetapi juga membuka peluang terjadinya malpraktik. Dalam konteks hukum, dokumen ini menjadi acuan untuk mengevaluasi apakah tindakan medis telah dilaksanakan secara profesional dan sesuai prosedur. Dengan demikian, penting bagi tenaga kesehatan untuk tidak hanya menjaga tingkat profesionalisme dalam pelayanan tetapi juga memastikan kelengkapan dan keakuratan dokumen rekam medis sebagai bagian dari tanggung jawab mereka (Sumilat, 2014). 

Dalam upaya meminimalisir malpraktik, perlu diterapkan strategi yang efektif untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, penguatan budaya etika dan akuntabilitas, peningkatan keterampilan komunikasi, pemanfaatan teknologi informasi, serta melakukan pengawasan dan evaluasi kinerja secara berkala. Strategi-strategi tersebut tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kesehatan, tetapi juga untuk memberikan pelayanan yang lebih baik kepada pasien. Selain itu, dengan adanya peningkatan kualitas tenaga kesehatan, diharapkan dapat tercipta sistem pelayanan kesehatan yang lebih aman, efisien, dan berkualitas. 

Implementasi strategi yang tepat untuk meningkatkan profesionalisme terbukti efektif dalam mengurangi kejadian malpraktik. Pendidikan dan pelatihan berkelanjutan membantu tenaga kesehatan mempertahankan kompetensinya, sekaligus memperkuat budaya etika dan akuntabilitas mendorong terciptanya perilaku profesional yang konsisten. Selain itu, pemanfaatan teknologi modern dan pengawasan kinerja yang berkelanjutan memastikan standar pelayanan kesehatan tetap terjaga dengan baik. 

Dengan mengadopsi pendekatan holistik ini, institusi kesehatan tidak hanya menciptakan lingkungan kerja yang mendukung integritas profesional, tetapi juga meningkatkan kualitas pelayanan secara menyeluruh, yang pada akhirnya akan berdampak positif bagi keselamatan pasien dan mengurangi risiko malpraktik. Mengingat tren peningkatan kasus malpraktik yang terlihat dari data terbaru, strategi-strategi ini menjadi semakin krusial untuk diterapkan secara konsisten dan menyeluruh di seluruh fasilitas kesehatan di Indonesia.

Referensi:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun