Ketiga pendekatan ini sangat fenomenal dan menjelma menjadi perilaku memilih masyarakat dalam pemilukada, terutama di kalangan pemilih pemula yang menjadi basis aktivitas politik mereka. pendekatan dapat menjelaskan penyebab dan kecenderungan perilaku pemilih pemula yang ditunjukkan oleh penelitian ini. Â
Menurut Jack C.  Perilaku Terencana dapat dipahami sebagai pemikiran atau tindakan orang yang terkait dengan proses manajemen. Dalam hal ini, perilaku politik mencakup baik reaksi internal (pemikiran, persepsi, sikap dan keyakinan) maupun tindakan yang terlihat (voting, gerakan protes, lobi, pertemuan dan kampanye). Dengan demikian, perilaku tidak hanya dimaknai sebagai pemikiran atau tanggapan yang  abstrak. tetapi juga menyukai tindakan aktor politik tertentu.Â
Menurut Martin Harrop dan William Miller, teori yang menggunakan pendekatan sosiologis ini adalah  teori penularan atau contagion theory. Menurut teori ini, pilihan dan partisipasi politik seseorang  (semangat untuk berpartisipasi  dalam kehidupan politik) dapat ditransfer ke orang lain melalui kontak sosial, seperti penyakit menular.Â
Dengan kata lain, perilaku politik seseorang karena apa yang dibicarakan bersama  akhirnya menjadi pilihan bersama. Pemilih Pemula di Indonesia terbagi menjadi tiga kategori.Â
Pertama, pemilih  rasional, yaitu pemilih yang benar-benar memilih partai politik berdasarkan evaluasi dan analisis yang matang. Kedua, pemilih kritis emosional, yaitu pemilih yang masih idealis dan tidak kenal kompromi. Ketiga, pemilih pemula, yaitu pemilih yang baru pertama kali mencoblos karena baru mencapai usia mencoblos.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H