Pasar terapung adalah pasar di mana semua aktivitasnya dilakukan di atas air. Mereka terletak di daerah yang memiliki banyak sungai besar atau anak sungai dan danau, dan masyarakat sekitar biasanya melakukan aktivitas atau kegiatan sehari-hari mereka di atas air. Karena banyaknya sungai di Kalimantan Selatan, budaya suku Banjar terkait dengan lingkungan lahan basah. Selama bertahun-tahun, sungai telah menjadi bagian penting dari masyarakat suku Banjar dan telah digunakan untuk berbagai aktivitas masyarakat, terutama untuk perdagangan dan transportasi. Pasar terapung adalah budaya yang cukup unik di lingkungan lahan basah.
Dari hasil wawancara saya bersama ka Syarwani (23) dan ka Mala (22) mereka beranggapan bahwa kawasan siring pasar terapung ini belum digunakan secara optimal dan menyeluruh.
"Kalanya kita belum mengoptimalkan lahan yang sekarang karena sekarang terjadi perubahan dimana terkadang malam minggu atau malam sabtu pasar dimana mana yang mengakibatkan jalanan yang teralu sempit untuk kita lalu lalang berkendara atau melewati area sekitar pasar mengakibatkan kemacetan belum lagi lahan parkirnya sehingga kita belum bisa menggoptimalkan jalanan disekitar kawasan tersebut" menurut ka Syarwani.
Selain itu juga kebiasaan membuang sampah sembarangan,juga menjadi alasan dibalik kurang optimalnya penggunaan lahan basah dikawasan siring pasar terapung.Â
Ka Mala (22) beranggapan bahwa "Jika sudah ada ditempel spanduk dilarang membunag sampah sembarangan,tapi orang-orang itu tetap saja membuang diam-diam,karena itu termasuk merusak lingkungan sekitar sini"
Perilaku dan kebiasaan masyarakat dalam membuang sampah sembarangan sepertinya sudah menjadi kebiasaan. Bahkan orang-orang yang tinggal di sekitar kawasan ini, ataupun orang-orang yang berkunjung, tidak tahu cara membuang sampah di tempat yang sudah disediakan.Di kawasan siring, seperti di pinggir jalan dan di selokan, banyak sampah yang dibuang sembarangan, yang membuat tempat wisata ini kurang bersih bagi pengunjung.
Lahan basah ditepian sungai ternyata berdampak terhadap ketidakstabilan iklim seperti yang di paparkan ka Syarwani (23) bahwa kebanyakan sekarang kita bisa melihat dari pasang surut air sungai yang memang turun dari alam,sehinnga pada saat musim kemarau seperti sekarang ini terjadi kekeringan, sehingga mengganggu aktivitas masyarakat sekarang yang biasa bisa menggunakan air sungai secara optimal untuk kebutuhan mereka sehari-hari seperti memancing,menyuci baju,bahkan untuk mandi akan menjadi terganggu ketika air sedang surut. Sedangkan saat air sungai pasang dan dibarengi dengan intensitas curah hujan yang tinggi  akan mengakibatkan kebanjiran. Oleh karena itu aktivitas manusia juga terkena dampaknya karena tempat pariwisata atau rekreasi merupakan hal penting secara sektor ekonomi di wilayah Siring Tendean Pasar Terapung.
Namun, seiring dengan hadirnya banyak pasar modern di daratan, jumlah penjual di pasar satu ini semakin surut dari waktu ke waktu. Ditambah lagi dengan generasi mudanya yang seakan tak terlalu tertarik untuk melanjutkan tradisi ekonomi di pinggiran sungai.
Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada ibu Dr. Rosalina Kumalawati S.Si., M.Si., dosen pengampun mata kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah, karena telah memberikan waktu dan kesempatan kepada saya untuk artikel ini. Saya juga berterima kasih kepada ka Syarwani dan ka Mala karena telah membantu saya dan bersedia menjadi responden untuk tugas wawancara kali ini dan teman-teman yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini dengan melakukan survei ke lokasi yang dimaksud.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H