MARISO -- Sore itu, para santri antusias menerima materi Aqidah dan Akhlak oleh Ustadz Iwan Mustari. Meski berjumlah 25 orang, mereka cukup bersemangat sebagai generasi muda yang kelak menjadi tumpuan masyarakat di kelurahan Mariso, Kota Makassar ini.
Mariso adalah kawasan bersejarah di era Bandar Makassar abad 15. Kawasan tua ini kini menjadi kelurahan Mariso tepatnya di sebelah barat kota Makassar. Dahulu masyarakat mariso bergantung pada usaha dan penghidupannya sebagai nelayan. Ketidaknyamanan kebijakan dan perhatian pemerintah membuat daerah ini dinilai termarjinalkan dalam pembinaan sosial dan usaha kreatifnya. Hal ini terlihat dengan masih tingginya kriminalitas remaja, hingga penyalah-gunaan obat-obat terlarang di usia anak (Penghisat zat lem).
Demi mengubah citra Mariso dan menyelamatkan generasi muda di kelurahan ini. Para remaja muslim kreatif di kelurahan ini membentuk program pendidikan islami dengan nama Pesantren Sabtu-Ahad atau disingkat PETUA. Kegiatan ini dilaksanakan di Masjid Nurul Bahari Kelurahan Mariso. Visi mereka sederhana, dengan harapan membentuk akhlak generasi muda mariso yang islami dan berperadaban.
Rila Asri Ramadhan, ketua panitia program ini menjelaskan bahwa kegiatan ini sangat diutamakan bagi para anak-anak dan remaja di Mariso. Dan ia optimis, kegiatan ini menjadi terobosan dan panutan bagi yang lainnya.
“Kami utamakan anak-anak, sebab mereka pelanjut generasi kami. Meskipun kegiatan ini begitu sederhana, kami yakin perubahan selalu datang dari kerja keras, dan kami melakukannya dari bawah”. Ungkap Rila optimistis.
Toni Ahmad yang juga relawan kegiatan ini menjelaskan bahwa kegiatan dilakukan cukup singkat dan dijamin tidak akan menggaggu aktifitas para santri sebab dilakukan tiap akhir pekan.
“Acara berlangsung dua hari satu malam. Dibuka sejak sabtu sore tadi, dan ditutup pada esok hari Minggu pkl.10.00 pagi. Dan anak-anak di Mariso sangat antusias mengikutinya” terangnya.
Pada acara ini bukan saja melibatkan remaja pria, remaja wanita pun turut menjadi relawan bagi acara yang dilangsungkan di Masjid Nurul Bahari Mariso ini.
Yuli, salah satu remaja putri di kelurahan mariso menjadi relawan di kegiatan ini. Yuli begitu antusias dalam membantu segala kebutuhan logistik bagi para santri. Ia bertugas di dapur menyiapkan segala kebutuhan kegiatan disaat istirahat. Bagi Yuli ini hal mudah, sebab ia juga adalah kader di Lembaga Sokola Pesisir Mariso yang telah aktif 2004 silam.
Kegiatan ini mendapat antusias dari tokoh masyarakat dan pihak kelurahan, setidaknya menggiring remaja mariso agar lebih dalam mendalami islam sekaligus membina akhlak di zaman keterbukaan seperti sekarang ini.
Dengan adanya usaha kreatif dan inisiatif oleh remaja Mariso yang tergabung dalam Remaja Masjid (Remas) NURUL BAHARI ini, setidaknya menunjukkan pada kita bahwa masih ada komunitas islam muda yang peduli dan bangkit menyelamatkan akhlak generasi muda Indonesia dalam marjinalisasi sosial di kota maju ini. (*)