Sorotan penganiayaan 5 kader HMI cabang Ternate di Kejati Maluku Utara
Saya bukanlah kader HMI, tapi setelah melihat tindak kekerasan yang terjadi di Ternate yang menimpa para kader HMI cabang Ternate oleh oknum terduga Kejati, saya begitu miris. Dua kasus besar terindikasi dugaan penyalahgunaan anggaran negara yang diperjuangkan mereka harus berakhir dengan pelecehan fisik kekerasan hingga berujung kemurkaan publik sosial akibat mencederai proses penyampaian aspirasi.
Kawasan Timur hingga kini masih dilabel sebagai daerah yang syarat akan tingginya kekerasan. Cukup denging telinga saya mendengarnya label ini, apalagi notabene saya yang harus terlahir sebagai orang timur. Di era Revolusi mental saat ini, revolusi karakter harus di ubah, apalagi Maluku dan Papua harus berbenah menjadi kota yang 'welcome' terhadap perubahan dunia. Namun dengan seiringnya kemajuan pembangunan, mafia anggaran tentu menjadi pengganggu dalam pengawasan para intelek yang menginginkan negerinya bersih dari tangan terselubung (Invisble hand) koruptor yang merugikan daerah dengan anggaran pembangunannya.
Gelagat Mafia fix tercium, intelek harus angkat suara
Sejak dua nama Bupati di daerah Provinsi Maluku Utara terdengar terindikasi diduga memanfaatkan kekuasaannya dalam tindak Korupsi Bantuan Sosial (Halmahera Selatan) dan penganggaran KM Faisayang (Halmahera Tengah), berbagai lembaga dan cendekia sosial mengkritisi hal ini, usaha pengusutan kerap diminta ketegasan lembaga negara dalam menyelidiki ini hingga berujung pada aksi unjuk rasa yang memaksa POLRI (Polda Malut) dan Kejaksaan Tinggi (KEJATI) Malut untuk turun tangan.Â
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Ternate hadir menjadi baris terdepan mencoba mendorong pengusutan ini. Sayang, dalam usahanya, mereka harus terluka dan dilecehkan saat mencoba melakukan proses 'hearing' (dengar pendapat) dengan pihak Kejati.Â
Ketua umum HMI dipukul hingga berdarah
Seremoni aspirasi harus diwarnai kekerasan, tentu mendapat perhatian nasional dengan disayangkan mengapa harus terjadi pemukulan dengan tidak menghargai proses hearing terjadi.Â
Saat diusut, ternyata Oknum Kejati diduga turut dalam pemukulan terhadap 5 orang HMI yang positif cedera karena dihadang saat maju melakukan hearing di dalam kantor Kejati. Yang cukup parah adalah ketua umum HMI Ismail Maulud yang harus kehilangan giginya akibat luka tinju. Kejadian ditanggapi publik dan mendapat dukungan dari media sosial, hingga sikap mengutuk tindak kekerasan yang menimpa kawan-kawan HMI yang berjuang tersebut.Â
"Saat pukul 4 sore, kami melakukan aksi unjuk rasa menggunakan truk. agenda aksi kami di kantor POLDA dan Kejati Maluku Utara. Saat kami di kejati, kami melakukan orasi dan memintah 'hearing' dengar pendapat. Kami dihadang, dan dijebak. kami dipukul, termasuk ketua kami Ismail Maulud". ungkap Faris salah satu kader HMI yang ikut dalam aksi tersebut.
Melihat Tanpa Almamater