Mohon tunggu...
Fatimatuz Zahroh
Fatimatuz Zahroh Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Airlangga

membaca

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kesehatan Mental Anak-anak dan Remaja di Masa Pandemi

3 Juni 2022   22:03 Diperbarui: 3 Juni 2022   22:07 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Adanya kasus covid-19 mengubah seluruh rutinitas masyarakat baik dalam dan, maupun luar negeri. Hal ini tentunya membawa pengaruh perubahan besar pada setiap individu. Pasalnya, kasus covid-19 bukan terjadi di beberapa daerah tertentu di Indonesia, bahkan penyakit mewabah ini telah menyelimuti seluruh lapisan Negara Indonesia lebih tepatnya seluruh dunia. Selain penyakit mewabah yang telah merenggut banyak nyawa, pandemi ini membawa banyak kerugian dari segi ekonomi, sosial, dan politik. Kerugian dari penyakit mewabah ini mencakup kerugian finansial yang sangat tinggi sehingga berpengaruh pada emosional individu baik terdampak maupun tidak, kemudian hal ini menjerumus pada peningkatan resiko gangguan kejiwaan. Sehingga tidak heran banyak perusahaan yang mengalami kerugian pada masa pandemi. Hal ini juga berpengaruh pada anak-anak dan remaja beberapa dari mereka lebih mudah terganggu efek psikososial daripada teman sebayanya di masa pandemi. Menurut World Health Organitation (WHO) masa remaja merupakan sebuah fase perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, yang mana terjadi pada anak berusia 10 hingga 19 tahun. Sehingga dalam usia tersebut, anak-anak dan remaja berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

Adanya pandemi juga menyebabkan penurunan pada aktivitas anak-anak dan remaja. Diantaranya, kebijakan untuk meminimalisir jumlah siswa saat belajar dan memindahkan kegiatan belajar mengajar ke rumah masing-masing. Ditutupnya sekolah, yang menyebabkan interaksi pada anak-anak dan remaja menurun serta hal ini mengurangi kesempatan pada mereka untuk eksplorasi dan melakukan aktivitas fisik. Tempat bermain dan wisata yang terpaksa harus ditutup juga mengurangi kegiatan bermain anak-anak dan remaja dengan keluarga. Sehingga sebagian besar kegiatan harus dilaksanakan di rumah masing-masing yang menyebabkan waktu dan tempat untuk eksplor diri semakin berkurang. Hal ini berpengaruh dengan menurunnya tingkat produktivitas dan kesehatan mental pada anak-anak dan remaja. Semua kebijakan ini berdampak buruk pada kesehatan dan kesejahteraan mental anak-anak yang dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan mental, mulai dari kecemasan, stres, depresi, hingga kesulitan tidur. Kondisi darurat yang sempat diumumkan oleh pemerintah pada bulan April dan Mei lalu meminta warganya untuk mematuhi protokol kesehatan

seperti tinggal di rumah dan menjaga jarak sosial, yang mana hal ini dapat membatasi anak-anak kontak dengan teman dan tidak berkunjung ke tempat bermain. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan anak, menghilangkan kesempatan untuk mengatur stres, dan menyebabkan anak isolasi sosial (Fegert, Vitiello, Plener, & Clemens,2020).

Kebijakan pemerintah yang membuat anak-anak dan remaja sulit eksplorasi diri berujung pada menurunnya kesehatan mental mereka. Akan tetapi adanya kebijakan pemerintah sendiri memiliki fungsi guna menekan lajur virus mewabah yang tidak bisa diprediksi berakhirnya. Pada masa ini produktivitas anak-anak dan remaja menjadi terganggu, begitu juga yang terjadi pada rutinitas mereka yang berubah drastis. Mereka yang sebelumnya tidak pernah merasakan hal ini, membutuhkan waktu adaptasi yang terbilang cukup lama. Kewaspadaan keluarga terutama orang tua menjadi meningkat dengan kesehatan keluarga. Mereka menjadi lebih mementingkan kesehatan keluarga mereka tanpa memperdulikan kesehatan mental anak-anak mereka. Secara tidak langsung orang tua tidak peduli dengan kesehatan mental yang merupakan pokok penting dalam indikasi kesehatan individu. Sedangkan orang tua dan seluruh masyarakat di Indonesia tentunya tidak ingin terbelenggu dalam masa pandemi ini. Sehingga diperlukan peranan masyarakat tertib dengan kebijakan pemerintah termasuk dalam menerapkan protokol kesehatan baik di dalam lingkungan keluarga maupun masyarakat. Akan tetapi, kesehatan mental generasi penerus bangsa tidak boleh dikesampingkan. Bagaimanapun juga anak-anak dan remaja yang terbelenggu dalam kasus pandemi saat ini, kedepannya akan meneruskan masa depan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan kualitas diri pada anak-anak dan remaja.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun