Lalu, diajaknya Anak Muda itu ke belakang rumah. Disana ada danau yang sangat jernih airnya. Bahkan, kamu bisa melihat bebatuan didasarnya. Meskipun terdapat beberapa ekor ikan. Air itu tidak terlihat keruh.
Laki-laki bijak itu kembali memasukkan segenggam garam kedalam danau. Lalu, dengan tangannya dia mengaduk air itu. Mengambilnya dengan gelas.
"Rasakan!" Perintahnya.
Anak Muda itupun meminum air yang disodorkan laki-laki bijak.
"Segar" Ucap anak itu takjub.
Lelaki Bijak itu tersenyum puas.
"Begitulah jawabannya anak muda," Ucapnya dengan senyum.
"Masalah yang kamu hadapi itu seperti garam yang ada dalam genggaman tangganku. Sedangkan dirimu adalah air,"
"Jika wadahmu hanya sebesar gelas ini. Maka, rasa yang akan kamu rasakan itu pahit. Sedangkan jika wadah yang kamu miliki seluas danau ini. Maka, rasa segar yang kamu rasakan." Ucap lelaki bijak itu dengan mata yang teduh.
"Lihatlah juga di dalam kolam ini, tidak hanya segenggam garam yang mampu merubahnya. Bahkan ikan, bebatuan, dan rumput tidak mampu membuatnya keruh."
"Kamu tidak bisa menghalangi masalah yang datang padamu, tapi kamu bisa memutuskan untuk menjadi air yang ada dalam gelas atau air danau itu." Ucap lelaki bijak mengakhiri penjelasannya.