Kepemimpinan atau disebut leadership tidak lain adalah memimpin dengan mempengaruhi bawahan atau orang lain. Dalam pengelolaan pendidikan di dalam sekolah atau madrasah, kepala sekolah atau madrasah merupakan komponen yang sangat berpengaruh dalam mencapai tujuan didirikannya lembaga. Kepala sekolah sebagai pemimpin sering dihadapi dengan perbedaan dalam membangun sekolah. Konflik merupakan sebuah fenomena yang tidak dapat dihindari di seluruh organisasi. Konflik yang terjadi di sekolah berkaitan dengan kepala sekolah dan guru.Â
Konflik yang terjadi di lembaga pendidikan adalah konflik yang sudah lama ada dan terpendam, karena pandangan yang berbeda dan adanya ketidakcocokan atas suatu pandanganan yang memicu terjadinya konflik tersebut. Hal yang terpenting dalam memahami manajemen konflik adalah dengan cara komunikasi yang dimana hal ini menjadi penting bagi kepala sekolah dan para pendidik karna untuk mengetahui permasalahan yang ada, dan yang nantinya akan dibawa ke rapat dan akan menjadi bahan evaluasi untuk kedepannya menjadi lebih baik.
Madrasah Aliyah Al-Badri yang berada di Gumuksari Kalisat, Jember,  merupakan lembaga pendidikan yang terletak dibawah naungan pondok pesantren Al-Badri yang dipimpin  oleh Kiai haji Hafidz habibullah dan Kiai haji Mahfudz habibullah. Adapun kepala sekolah Madrasah Aliyah Al-Badri Gumuksari Kalisat, Jember dipimpin oleh Saifuddin, dapat diketahui bahwa terdapat konflik yang sering terjadi di Madrasah Aliyah Al-Badri yaitu perbedaan pendapat atau pandangan yang berbeda antara kepala sekolah dengan guru atau tenaga kependidikan, para tenaga kependidikan sering salah pengertian dengan kepala sekolah, dan para dewan guru kurang menerima masukan dari kepala sekolah.
Kepala sekolah adalah seorang guru yang diangkat untuk meduduki jabatan struktural di sekolah yang ditugaskan untuk mengelola sekolah. Keberhasilan sekolah adalah keberhasilan kepala sekolah, oleh karena itu, kepala sekolah memegang peranan penting untuk kemajuan sekolah. Â Gaya kepemimpinan kepala sekolah Madrasah Aliyah Al-Badri yaitu dengan kepemimpinan demokratis dimana para tenaga kependidikan dapat mengemukakan pendapatnya dikarenakan semua bertanggungjawab dalam kepentingan lembaga pendidikan.
Upaya kepala sekolah dalam manajemen konflik di Madrasah Aliyah Al-Badri Gumuksari Kalisat, Jember, masih timbul gejala-gejala yang masih terjadi, diantaranya adalah sering terjadinya perbedaan pendapat antara kepala sekolah dengan guru, para tenaga kependidikan sering salah pengertian dengan kepala sekolah, dan para dewan guru kurang menerima masukan dari kepala sekolah.Â
Nah, jadi kepala sekolah Madrasah Aliyah Al-Badri Gumuksari Kalisat, Jember dalam mengatasi manajemen konflik adalah dengan cara menerapkan kepemimpinan yang demokratis, yaitu kepala sekolah, para pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan yang sama untuk mengemukakan pendapat, serta kepala sekolah tersebut telah menunjukkan sikap yang partisipatif, dimana kepemimpinannya mendorong kolaborasi dan mengajak semua orang yang ada di lembaga tersebut, terutama para dewan guru untuk berkontribusi dalam diskusi, dikarenakan semua kepentingan lembaga atau sekolah, baik program belajar mengajar, maupun penanganan konflik, merupakan tugas dan tanggung jawab semua warga yang ada di satuan lembaga pendidikan tersebut.
Hal yang terpenting dalam memahami manajemen konflik adalah dengan cara komunikasi, dimana hal ini menjadi peran penting bagi kepala sekolah dan para pendidik karena untuk mengetahui permasalahan yang ada, dan yang nantinya akan dibawa ke rapat dan akan menjadi bahan evaluasi untuk kedepannya menjadi lebih baik. Di samping itu, komunikasi atau bisa dengan kompromi adalah cara untuk meminimalisir konflik antara kepala sekolah dan bawahannya. Jadi kepala Sekolah akan dapat memahami dan mengimplementasikan dengan baik pada manajemen konflik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H