Datangnya Jokowi ke kediaman Prabowo di Hambalang, serta sudah bersuaranya Bu Mega dalam kaitannya dengan aksi 4 November 2017, menimbulkan banyak pertanyaan publik. Dimanakah posisi politik SBY? Â Pertanyaan ini menjadi menarik, karena Jokowi tidak mendatangi SBY dalam kaitannya dengan antisipasi dan rundingan politik, sementara SBY berperan penting dalam Pilkada 2017, mengingat Agus Harimurti Yudhoyono, putera sulung SBY adalah kandidat dalam Pilkada 2017.Â
Pesan politik saat kunjungan Jokowi ke Prabowo dengan menunggang kuda, dan menjadi headline di seluruh media Indonesia, menggambarkan Prabowo dengan jelas menarik garis netral terhadap aksi 4 November 2016, walaupun digoda beberapa kali untuk masuk dan dijadikan sebagai 'figur sentral' oposisi, bila aksi demo 4 November 2016 membesar dan menjadi aksi protes massa terhadap Pemerintahan Jokowi. Namun Prabowo belum mau bergeming masuk dalam pertarungan, ia nampaknya dengan sabar masih menunggu momentum 2019.Â
Prabowo belum mau mengambil spekulasi politik seperti itu, ia masih ingin bermain dalam koridor konstitusional yang fair. Tapi ada beberapa poin yang menjadi teka teki politik di sekitar 4 November 2017.Â
1. Kenapa Presiden Jokowi tidak mendatangi SBY ?Â
2. Kenapa SBY mendatangi Wiranto, eks atasannya di tahun 1998 ?Â
3. Kenapa SBY mendatangi JK ?Â
3. Penjelasan apa yang dilakukan Wiranto kepada SBY ?Â
4. Kenapa pesan politik Cikeas 92/11) menyalahkan laporan intelijen yang menyebutkan dia dibalik gerakan 4 November 2016?Â
5. Dari semua tokoh hanya SBY yang secara terang-terangan menyebut di muka publik dengan membantah bahwa dia sebagai 'dalang 4 November 2016'.Â
Siang ini SBY melakukan konferensi pers dan menyatakan dia tidak terlibat dalam demo 4 November 2016, tapi ada pesan jelas dari SBY "Ahok Harus Diproses Secara Hukum" ucapan ini jelas punya konsonan politik yang jelas dan mudah ditafsirkan, karena SBY amat berkepentingan dengan kesuksesan anaknya dalam Pilkada DKI 2017. Namun laporan intelijen juga sudah dibantah SBY dan ini harus dibuka secara jelas, agar tidak menimbulkan kegaduhan baru.Â
Berbeda dengan hasil pertemuan Jokowi dan Prabowi yang menyatakan "Dinginkan Pilkada yang memanas". Prabowo masih menarik diri dalam arus pertarungan 4 November 2016. Dia masih melihat pergerakan dan tidak berusaha masuk dalam gejolak tersebut, bahkan ada kesan mulai terbangunnya persekutuan politik antara Jokowi dan Prabowo, walaupun persekutuan itu masih blur sifatnya.Â