Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan suatu peta yang menggambarkan jalan proses pembelajaran yang menjabarkan apa saja yang harus dipelajari, bagaimana cara untuk mempelajarinya, dan apa tujuan yang diharapkan untuk dicapai oleh peserta didik. Kurikulum merupakan bagian dari alat yang digunakan untuk mengembangkan dan mencapai tujuan pendidikan, kurikulum ini bersifat tidak kaku dan bisa diubah (Santika et al., 2022). Kurikulum di Indonesia mengalami perubahan seiring dari waktu ke waktu menyesuaikan dengan perkembangan zaman.
Kurikulum yang saat ini diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum Merdeka yang mulai diberlakukan pada tahun pelajaran 2022/2023. Kurikulum merdeka berperan sebagai kurikulum alternatif untuk mengatasi kemunduran belajar selama masa pandemi yang memberikan kebebasan belajar yaitu "Merdeka Belajar" pada pelaksana pembelajaran (guru dan kepala sekolah) dalam menyusun proses pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran dan mengembangkan kurikulum di sekolah yang memperhatikan pada kebutuhan dan potensi peserta didik (Dewi Rahmadayani, 2022). Kurikulum merdeka memiliki target yaitu penyampaian materi yang esensial, pengembangan karakter, dan pengembangan kompetensi peserta didik. Sehingga pembelajaran di kelas diharapkan untuk berpusat pada peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik (Nurrahma, 2024).
      Dalam satu kelas, banyaknya peserta didik yang belajar sangat beragam. Hal itu menyebabkan beragamnya juga karakteristik peserta didik yang ada. Karakteristik peserta didik merupakan suatu ciri atau kualitas dari satu individu atau satu peserta didik yang meliputi kemampuan akademik, motivasi terhadap mata pelajaran, usia dan tingkat kedewasaan, keterampilan, kemampuan kerja sama, pengalaman, psikomotorik serta kemampuan sosial (Taufik, 2019). Keragaman karakteristik peserta didik juga salah satunya meliputi gaya belajar peserta didik dan juga kemampuan kognitif peserta didik. Gaya belajar peserta didik memiliki keragaman yaitu dominan visual, auditori, kinestetik atau campuran dari ketiganya. Gaya belajar visual adalah cara peserta didik belajar dengan melihat konten atau materi pembelajaran. Gaya belajar auditori adalah cara peserta didik belajar dengan mendengarkan informasi atau materi pembelajaran. Gaya belajar kinestetik merupakan cara belajar seseorang dengan praktik langsung, merasakan pengalaman gerakan dan sentuhan. Dari ketiga gaya belajar ini, kebanyakan siswa lebih cenderung pada salah satu gaya belajar, diantara tiga gaya belajar tersebut (Irawati et al., 2021). Untuk aspek Tingkat kemampuan kognitif siswa, juga sangat beragam. Ada yang kemampuan kognitifnya cenderung cepat paham terhadap materi, ada juga yang cenderung lambat untuk memahami materi dan juga ada yang menengah atau butuh waktu untuk paham tetapi tidak terlalu lama. Dari banyaknya karakteristik ini guru harus bisa untuk memberikan pembelajaran yang bisa menyeluruh dan juga lingkungan yang inklusif yang bisa membuat siswa merasa aman, nyaman dan mendukung bagi semua siswa. Hal ini juga sejalan dengan target kurikulum merdeka yaitu menciptakan pembelajaran yang memperhatikan pada kebutuhan serta potensi dari peserta didik. Pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan peserta didik yang beragam dan juga target kurikulum adalah pembelajaran berdiferensiasi.
      Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan dan karakteristik peserta didik. Guru bisa melakukan pembelajaran berdiferensiasi dengan diferensiasi konten (isi), proses, produk dan/atau lingkungan belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Himmah & Nugraheni (2023) yaitu guru memerlukan tindakan pembelajaran yang bervariasi dengan menggunakan strategi pembelajaran berdifrensiasi karena gaya belajar setiap anak tidak bisa disamaratakan. Pembelajaran berdiferensiasi adalah pembelajaran yang dilakukan dengan mempertimbangkan kebutuhan peserta didik (Wibowo & Darmawan, 2024). Guru bisa menggunakan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dengan menyesuaikan gaya belajar dan juga kemampuan kognitif peserta didik. Guru dapat juga menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan berdasarkan pada kesiapan belajar peserta didik dan tingkat kesulitan materi yang di bahas dikelas (Yani & Susanti, 2023). Guru bisa menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, praktik presentasi, pembelajaran yang kolaboratif, pemilihan materi dan pemilihan proses belajar melalui pembelajaran berdiferensiasi, dan hal ini bisa menjadi solusi untuk masalah keberagaman kemampuan peserta didik (Naibaho, 2023). Dari pendapat-pendapat jurnal sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa pembelajaran berdiferensiasi bisa menjembatani atau menghubungkan antara kebutuhan peserta didik yang beragam dan target Kurikulum Merdeka.
Daftar Pustaka
Dewi Rahmadayani, A. H. (2022). Jurnal basicedu. Jurnal Basicedu, 6(4), 5877--5889. https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i4.1230
Himmah, F. I., & Nugraheni, N. (2023). Analisis Gaya Belajar Siswa untuk Pembelajaran Berdiferensiasi. Jurnal Riset Pendidikan Dasar (JRPD), 4(1), 31. https://doi.org/10.30595/jrpd.v4i1.16045
Irawati, I., Ilhamdi, M. L., & Nasruddin, N. (2021). Pengaruh Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar IPA. Jurnal Pijar Mipa, 16(1), 44--48. https://doi.org/10.29303/jpm.v16i1.2202
Naibaho, D. P. (2023). Strategi Pembelajaran Berdiferensiasi Mampu Meningkatkan Pemahaman Belajar Peserta Didik. Journal of Creative Student Research, 1(2), 81--91.
Nurrahma, A. S. (2024). PEMENUHAN TARGET KURIKULUM OLEH PESERTA DIDIK YANG BERAGAM MELALUI PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI Kata kunci. Jurnal Integrasi Dan Harmoni Inovatif Ilmu-Ilmu Sosial, 4(3). https://doi.org/10.17977/um063.v4.i3.2024.4
Santika, I. G. N., Suarni, N. K., & Lasmawan, I. W. (2022). Analisis Perubahan Kurikulum Ditinjau Dari Kurikulum Sebagai Suatu Ide. Jurnal Education and Development, 10(3), 694--700.