Mohon tunggu...
Fatimah Purwoko
Fatimah Purwoko Mohon Tunggu... Freelancer - Perempuan biasa

jika memang ingin sedikit saja merasakan bagaimana menjadi Tuhan, berkaryalah.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Ngulik Sate Ratu yang Otentik

11 Februari 2021   12:47 Diperbarui: 11 Februari 2021   12:54 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berbicara mengenai kuliner di Jogja, tentu olahan dengan cita rasa manis akan mendominasi. Beberapa makanan dengan cita rasa gurih juga ada. Tapi di kota gudeg, makanan dengan cita rasa pedas jarang ditemui.

dokpri
dokpri
Sate Ratu, mungkin menjadi salah satu olahan bercita rasa pedas yang otentik dari Jogja. Menempati lokasi baru di jalan Sidomukti, Tiyasan, Condong Catur, Depok, Sleman, Sate Ratu konsisten pada tiga menu utama. Terdiri dari Sate Merah, Lilit Basah, dan Ceker Tugel.

Sate Merah merupakan menu unggulan dari Sate Ratu. Satu porsi Sate Merah terdiri dari enam tusuk sate ayam dengan potongan besar. Sate ini diberi nama merah karena warnanya yang merah. Warna itu diperoleh dari saus yang digunakan dalam pengolahan.

dokpri
dokpri
Warna merah pada sate, ditambah lagi rasanya pedas, tentunya menggugah selera makan. Sebaiknya, sate segera dimakan saat dihidangkan. Sebab rasa hangat dan pedas saat sampai di lidah menjadi kenikmatan tersendiri. Bukan cuma itu saja, saat masih hangat, Sate Merah terasa creamy. Daging juga terasa lebih empuk. Meskipun, daging masih terasa chuwi saat sudah dingin.

dokpri
dokpri
Pemilik Sate Ratu, Fabian Budi Seputro menjelaskan, saus yang digunakan dalam olahan Sate Merah terinspirasi dari Sambal Rembiga asal Lombok. Selain itu, terdapat campuran beberapa bumbu khas Banjarmasin. Komponen tersebut diselaraskan, kemudian menjadi saus merah yang otentik khas Sate Ratu. "Dan resto kami cuma di sini (satu lokasi), kami tidak membuka cabang," tegas Budi, sapaan akrabnya.

Perlu diketahui, Budi merintis Sate Ratu bersama Lanang, bersama dua teman lainnya Dirga dan Kemal. Empat sekawan ini tertekat membangun usaha sendiri. Setelah merasa jenuh, bekerja sebagai karyawan klub malam di Jogja. "Ingar-bingar duni malam telah saya geluti selama puluhan tahun. Kemudian muncul keinginan untuk bekerja di industri bersih," tulis Budi dalam buku tulisannya yang berjudul Sate Ratu: Kok Bisa Gitu?

dokpri
dokpri
Budi lantas mengawali bisnis dengan membuka angkringan. Ide itu tercetus karena angkringan identik dengan Jogja. Menyewa sebuah ruko di sekitar Jalan Solo, menu yang kelak menjadi unggulan Sate Ratu pun tercipta. "Dengan pertimbangan ingin menguasai A-Z usaha, saya putuskan terjun langsung, total. Rasanya.... Owh my God! Luar biasa capek," sebut Budi.

Namun, proses tersebut dinikmatinya. Dalam proses ini, Budi juga menemukan banyak pelajaran. Terkait masalah yang ditemui dan cara mengatasinya. Tidak sia-sia, buah perjuangan Budi pun diganjar banyak penghargaan. Terakhir, Sate Ratu menjadi Juara Nasional Unilever Ngulik Rasa 2019. Juga menerima Traveller's Choise Award 2020 dari Trip Advisor.

Tidak heran bukan, mengapa Sate Ratu menjadi tujuan wisatawan yang datang ke Jogja. Dan bukan hanya wisatawan lokal. Tercatat, Sate Ratu sudah mendapat kunjungan wisatawan dari 85 negara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun