Mohon tunggu...
Fatimah Nur
Fatimah Nur Mohon Tunggu... Mahasiswa - Jepara

FTIK UNISNU JEPARA Nim : 191310004186 Kelas : 4PAI a8 Untuk Memenuhi Tugas UTS Psikologi Perkembangan Oleh Ibu Naili Rofiqoh., S.Psi., M.Si. dan Tugas kuliah Teknik Penulisan Karya Ilmiyah Bapak Muhammad Nofan Zulfahmi, S.Pd, M.Pd. Kelas : 7PAI a8

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hilangkan Obsesi Harta Duniawi

28 Oktober 2022   22:17 Diperbarui: 28 Oktober 2022   22:22 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

HILANGKAN OBSESI HARTA DUNIAWI

Harta dalam bahasa Arab disebut al-mal, yang merupakan akar kata dari lafadz مال – يميل – ميلا, yang artinya condong. Secara terminologis, harta adalah segala sesuatu yang menyenangkan manusia dan mereka pelihara, baik dalam bentuk materi maupun dalam manfaat (Hasan, 2003,55). Dalam Al-Qamus al-Muhit dijelaskan bahwa kekayaan adalah segala sesuatu yang boleh dimiliki oleh manusia. - Ibn Asir - berkata; "Kekayaan awalnya berarti emas dan perak, tetapi kemudian berubah artinya menjadi semua hal yang bisa disimpan dan dimiliki." Sedangkan para fuqaha' memberikan berbagai definisi tentang harta. Beberapa dari mereka mendefinisikan harta sebagai sesuatu yang bisa disimpan untuk jangka waktu tertentu, atau sesuatu yang dapat dimiliki/dikuasai, disimpan dan digunakan (Abidin, 1966, 501).

Akhir-akhir ini, sebagian dari kita merasakan bagaimana hidup terobsesi dengan uang dan harta benda. Keinginan material mendorong kita untuk mengejar hal-hal dengan mengorbankan kemanusiaan kita. Hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang tujuan hidup dan penciptaan kita, dan kurangnya pemahaman tentang bagaimana mencapai kebahagiaan dalam hidup. Hakikat sejati manusia terletak pada roh dan kesadaran kita, dan kita diciptakan di bumi oleh Allah untuk menyembah-Nya semampu kita. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang bercita-cita hanya untuk mencapai akhirat, Allah akan memenuhi kebutuhan dunianya. Namun barang siapa yang berambisi untuk menggapai dunianya dengan berbagai cara, maka Allah tidak akan pernah peduli apa yang dia inginkan. Dan akan menemui kehancurannya sendiri." (HR Ibn Majjah dari Abdullah bin Mas'ud).

Ketika seorang muslim terobsesi untuk terus mengejar kekayaan duniawi, hatinya tidak akan puas. Dan akan berusaha dengan cara apa pun yang dia bisa sehingga rasa syukur itu keluar dari dalam dirinya. Ketika obsesi seseorang pada dunia, Allah SWT akan menjadikannya hamba dunia dan tidak akan pernah terpuaskan. Manusia harus menggunakan kekayaan sesuai dengan tuntutan dan petunjuk Allah pencipta alam semesta. Aset tersebut tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan manusia (orang kaya) itu sendiri, tetapi juga mencerminkan kewajiban orang kaya untuk memperhatikan orang miskin, sehingga kekayaan memiliki fungsi sosial. Bahkan jika seseorang sudah memiliki banyak kekayaan, dia tidak boleh menyia-nyiakan kekayaannya dengan bebas. Karena ada hak-hak orang lain dalam harta itu yang lebih membutuhkan.

Kekayaan adalah hiasan hidup di dunia yang memungkinkan orang untuk menikmatinya secara berlebihan. Karena manusia memiliki keinginan yang tidak terbatas. Keinginan itu bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi juga obsesinya untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Manusia memiliki kecenderungan kuat untuk memiliki, menguasai dan menikmati kekayaan. Hal ini sejalan dengan firman Allah dalam Al-Qur'an, Surat Ali Imran ayat 14:
زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوٰتِ مِنَ النِّسَاۤءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْاَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا ۗوَاللّٰهُ عِنْدَهٗ حُسْنُ الْمَاٰبِ
“Dihiaskan keindahan kepada manusia, keinginan syahwat, seperti wanita, anak-anak, dan kekayaan yang melimpah dari emas, perak, kuda yang baik, ternak, dan tanaman. Ini adalah kesenangan hidup di dunia, dan Allah adalah yang terbaik. tempat untuk kembali (yaitu Surga). “

Kecintaan yang berlebihan untuk menimbun harta sebenarnya tidak baik bagi kita. Menimbun harta dalam diri kita sendiri akan melahirkan sifat sombong, dengki, dengki, fitnah dan lain sebagainya. Artinya, dalam Islam juga diperingatkan untuk tidak menimbun harta dan tidak memanjakan diri dengan harta duniawi. Kekayaan yang sesungguhnya tidak menyelamatkan nyawa seseorang dan bahkan dapat membahayakan pemiliknya jika digunakan secara tidak tepat. Dalam kaitannya dengan fungsi harta sebagai penghias kehidupan manusia, seringkali manusia melupakan status harta guna mendekatkan diri kepada Allah. Harta ini seringkali membuat orang menjadi sombong dan angkuh sehingga lupa bahwa Tuhan adalah pemberi harta itu. Bahkan ketika seseorang telah meninggal, harta yang dikumpulkan juga tidak akan bermanfaat bagi pemiliknya.


“Musuh kita di dalam kehidupan itu adalah harta kita sendiri. Kalau salah mengaturnya, menyikapinya, maka dia akan membinasakan kita”

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun