Oleh Fatimah Latif
Kemarin, sebuah kejadian yang sangat menguras pikiran dan tenaga. Seorang anak yang berumur 14 tahun diumumkan keluarganya menghilang. Foto beredar di media sosial dan mengatakan anak itu hilang sejak hari Kamis siang. Ada banyak berita yang simpang siur. Ada yang mengatakan kemungkinan diculik, ada juga yang mengatakan kalau anak ini kabur dari rumah karena alasan sepele.
Semua orang kasihan pada keluarganya, secara anak ini sudah remaja. Bagaimana jika ada orang yang barusaha melakukan sesuatu yang tidak baik padanya dan membuangnya? Bagaimana jika ada orang yang menculiknya dan mengambil organ tubuhnya? Pikiran-pikiran itu hadir dalam perbincangan di group whatsApp. Semua kemungkinan itu bisa terjadi, karena zaman sekarang banyak sekali kejadian di luar nalar terjadi. Meskipun ini kota kecil, tetapi banyak juga kejadian-kejadian seperti itu.
Hal ini disebabkan oleh banyaknya pengaruh dari luar. Media sosial menjadi pengaruh buruk bagi sebagian orang yang tidak berpikir. Kebanyakan dari mereka menerima dan mencontoh apa yang terlihat. Berita dan kejadian yang terjadi menjadi konsumsi mentah bagi sebagian orang tanpa berpikir dan menyaringnya.
Kita tak bisa menyalahkan media, Â karena semua tergantung pada pribadi masing-masing. Sebagai pribadi yang punya hati seharusnya mampu memikirkan semua yang dilihat dan menimbangnya. Manusia dilengkapi akal dan hati untuk bisa memikirkan dan menimbang dengan rasa, Â baik dan buruknya serta akibatnya bagi orang-orang sekitar.
Namun, terkadang kejadian-kejadian seperti yang dialami anak ini tidak dipikirkan. Kebanyakan dari mereka mengedepankan emosi semata tanpa berpikir akibatnya untuk diri dan orang sekitarnya. Ini menjadi sebuah PR bagi kita semua untuk mencari tahu penyebabnya.
Penyebab yang dialami  anak yang masih di bawah umur. Beberapa pendapat mengatakan anak ini kabur karena mendapatkan teguran dari keluarganya. Dia tak diijinkan menggunakan HP, sehingga emosi yang menyuluk membuatnya berpikir untuk memberontak. Semestinya hal ini tidak terjadi bila orang tua mampu memahami mereka.
Kemungkinan keluarganya berpikir menjaga anak dari ketergantungan HP, tetapi caranya yang mungkin kurang tepat dalam memberikan pemahaman pada si Anak. Oleh karena itu, penting bagi orang tua zaman sekarang memahami betul karakter anak agar dapat bertindak bijak. Tidak semua anak perlu diberikan tindakan keras. Anak yang memiliki jiwa pemberontak perlu ekstra kesabaran dalam memberikan pemahaman pada  mereka. Anak-anak seperti ini perlu di dekati dengan hati.
Sebagai umat Islam seharusnya kita merujuk pada Quran dan Hadist untuk pendidikan anak. Zaman bisa berubah, generasi bisa saja beda, tetapi pedoman pendidikan anak itu sebenarnya tidak ada yang berubah. Orang tua yang berperan penting dalam mengenalkan anak pada dunia. Pendidikan anak kadang terabaikan oleh aktivitas kita.
Sebagian orang tua memilih cara membentuk anak dengan pemilihan sekolah-sekolah asrama yang berlandaskan agama. Sehingga kebanyakan dari mereka menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya pada sekolah. Mereka sebagian hanya memikirkan kehidupan pribadi sendiri, tanpa pernah memikirkan pola asuh anak. Mereka tidak berpikir kalau anak-anak butuh orang tua dalam berkembang. Anak-anak butuh pendampingan orang tua. Bukan sekadar materi semata, tetapi sentuhan kasih sayang. Anak-anak butuh sandaran, pelukan dan dukungan.
Ketika anak ada pada fase di mana mereka mulai mengalami kesulitan tentunya orang tua tempat mereka kembali. Orang tua perlu menjadi pendengar bagi mereka. Mendengarkan cerita-cerita mereka, mengetahui pemikiran-pemikiran mereka, mengenali lingkungan belajar dan bergaul mereka. Dengan demikiran anak merasa aman dan dihargai sebagai sebuah pribadi.