Teruntuk kamu yang mengalami patah hati, pahamilah dan terimalah dirimu bahwa memang kamu sedang mengalami patah hati. Jangan mencoba menyembunyikan atau menutupi perasaan yang sedang  kamu alami saat ini dengan mengelak bahwa kamu sedang baik-baik saja. Oke, kamu sedang tidak baik dengan keadaan patah hatimu, terimalah. Jangan sampai menjadi "Toxic Positivity" dengan berpura-pura baik saja dibalik teriakan hatimu yang meraung-raung.
Toxic Positivity dapat kita artikan dengan kondisi dimana seseorang mengalami penderitaan emosional dengan berupaya berpikir sepositiv mungkin dengan kadar terlalu tinggi, hingga tak sadar ternyata hal tersebut justru menjadi racun untuk dirinya. Maka dari itulah mengapa ada kata toxic yang menyertai kata positivity.
Setelah kamu mampu memahami bahwa dirimu sedang patah hati, saatnya hadapi patah hatimu dengan hati tenang dan ikhlas. Menerima sebuah keadaan yang tak mengenakkan memang menjadi tantangan bagi diri, lebih-lebih itu bukan satu hal bisa diatasi dalam waktu sekejap.Â
Untuk bisa melaluinya butuh proses yang tidak sebentar. Begitu pula, proses penyembuhan hati yang patah. Tak aneh pula, jika orang yang mengalami patah hati bisa tidak nafsu makan. Mual-mual saja bawaannya, ya. Hehe.
Sebagai manusia yang meyakini adanya Tuhan yang Maha Kasih, memanajemen hati yang patah jangan sampai kita jauhkan dari proses kerohanian. Ceritakan semua apa yang sedang kamu alami dan rasakan pada Tuhanmu.
Di sepertiga petang atau di setiap selesai ibadahmu ataupun di setiap waktu saat kamu merasakan patah hatimu masih saja menyiksa pikiran. Yakinkan pada dirimu, bahwa Tuhanmu mendengar curahan hatimu dan akan memberi ganti terbaik atas apa-apa yang menurutmu hilang dari dirimu.
"Sebenarnya tidak pernah ada yang hilang darimu. Toh semuanya hanya titipan, kan? Dan memang sejatinya kamu tak pernah memilikinya.
Menjadi pahlawan untuk diri sendiri dalam proses menghadapi patah hati, kamu bisa sibukkan dirimu dengan hal-hal yang positif. Semisal dengan memulai bisnis kecil-kecilan, membantu orang tua, menyelesaikan tugas yang sempat terbengkalai, atau mengikuti kegiatan sosial masyarakat yang siapa tau kamu akan menemukan sosok pengganti si doi disana?
Karena, solusi mengatasi patah hati adalah dengan menemukan orang baru juga, bukan? Hehe.
Eh iya,tapi jangan lupa pula. Jangan mudah menaruh hati pada orang lain walaupun jatuh cinta tidak bisa dideteksi kapan waktunya dan pada siapa orangnya. Tapi, setidaknya kamu bisa lebih piawai mengambil pelajaran dari pengalaman patah hatimu sebelumnya. Semangat ya!