Saat semesta telah memberi tiga purnama, langkahku bukan lagi tergamam. Seberganti itu pula telah kusimpan pendar kirana malam. Bersama sang waktu kurandai senyap hingar keadaan.
Tiga purnama menggelinding sabit, angka empat pada almanak kalbu berjalan mengganggit. Meski senja masih saja menyajikan seperdua jingga, renjana yang kukemas bukan lagi semenjana.
Saat ini aku berhasil menabung meruah cinta. Meski telah memunjung, adanya hanya kucukupkan saja untukmu, sudah kukatakan semenjana hanya milik purnama  lalu.
Langkahku tiba pada jejakmu yang sejemang usai. Sebelum semesta memberi kesekian pendar purnama, kamu memilih menungguku di tepian swastamita. Lagi-lagi, kita bukan lagi semenjana.
Batu, 17 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H