Mohon tunggu...
Fatimah Bilqis
Fatimah Bilqis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Sunan Kalijaga Yogyakarta 2014 | Pecinta black coffee and tea | hanya seorang perempuan yang suka jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Hutan Mangrove, Penyelamat Ekosistem dan Ekonomi Warga

4 Maret 2015   17:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   10:11 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menuju Konservasi Hutan Mangrove

Di pantai utara Jawa tepatnya di Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, terdapat wisata dan konservasi hutan mangrove. Meskipun kondisi ekowisata yang berkembang disana tidak sebagus dengan wisata hutan mangrove yang berada di Bali dan Surabaya, namun saya yakin jika tempat tersebut dikelola dengan serius oleh pemerintah pasti akan berkembang menjadi ekowisata yang menarik banyak wisatawan. Namun upaya pelestarian yang dilakukan oleh pemerintah juga harus didukung dengan kesadaran tinggi masyarakat sekitar akan pentingnya menjaga kelestarian hutan mangrove.

1425437528634143531
1425437528634143531
Burung Bangau yang hidup di ekosistem hutan mangrove

Dahulu di daerah konservasi hutan mangrove tersebut terdapat sebuah kampung kecil, namun kemudian kampung tersebut terkena abrasi air laut. Pemerintah lalu melakukan bedol desa dan memindahkan penduduk yang tinggal di sekitar area tersebut ke daerah lain. Namun saat ini disana masih terdapat beberapa kepala keluarga yang tetap memilih tinggal disana meskipun abrasi pantai membuat kerusakan pada rumah mereka. Ketika kesana, akan nampak bekas-bekas rumah yang sudah tidak ditinggali dan termakan oleh abrasi.

Sekitar lima tahun yang lalu memang didaerah itu belum banyak ditumbuhi pohon bakau disekitar bibir pantai. Maka tidak heran jika abrasi pantai didaerah itu cukup memprihatinkan. Namun sekarang ini didaerah tersebut sudah dilakukan konservasi hutan mangrove. Disepanjang bibir pantai sudah banyak tumbuh pohon-pohon mangrove. Selain untuk mencegah abrasi, hutan mangrove juga memiliki peran sebagai ekosistem udang dan ikan-ikan.

Bahkan juga sebagai ekosistem berbagai macam burung. Ketika mengunjungi konservasi hutan mangrove yang ada di Demak, banyak sekali terlihat burung bangau berwarna putih yang hidup bebas di hutan mangrove. Pengunjung dilarang untuk memburu dan menangkapnya. Ada sangsi tegas jika pengunjung melakukan hal tersebut. Sayangnya, kondisi konservasi hutan mangrove disana kurang terjaga kebersihannya. Banyak sekali sampah-sampah yang menyangkut di akar-akar pohon mangrove. Entah darimana asalnya sampah plastik yang mengotori pantai tersebut. Apakah sampah itu memang akibat ulah dari pengunjung yang membuang sampah sembarangan, atau malah jangan-jangan sampah tersebut berasal dari sungai kemudian terbawa arus hingga ke pantai.

Sebagai warga asli desa sana, Saya memang mengetahui fakta bahwa masyarakat yang hidup didaerah itu “hobby” membuang sampah ke sungai atau laut. Sepertinya membuang sampah disungai memang sudah menjadi semacam hal yang wajar. Karena mereka tidak menemukan tempat lain untuk membuang sampah selain di kali. Seharusnya perlu dilakukan penyuluhan akan pentingnya kesadaran menjaga kebersihan pantai. Agar masyarakat juga sadar bahwa tindakan mereka membuang sampah ke kali adalah tindakan salah yang dapat membawa dampak negatif untuk lingkungan.

1425437724579091666
1425437724579091666
Pepohonan Mangrove yang rapat

Seaindainya saja konservasi mangrove yang ada disana sama bagusnya dengan hutan mangrove yang ada di Bali ataupun Surabaya. Pastilah banyak wisatawan yang akan berkunjung dan hal itu dapat mendorong perekonomian warga disekitar sana menjadi lebih baik.

Kebanyakan warga yang ada disana hanya memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Dan masyarakat yang berada disekitar pantai memiliki pekerjaan sampingan sebagai penjaga pantai, tukang parkir, hingga membuka warung makan yang menjual berbagai macam olahan mangrove seperti kripik daun mangrove, roti mangrove, dan cemilan dari biji mangrove.

Umumnya ekonomi masyarakat disana memang berpenghasilan rendah. Karena uang yang diperoleh tiap hari juga tidak menentu, tergantung dari hasil melaut yang mereka dapatkan. Karena itu, banyak anak-anak disana yang tidak mendapatkan pendidikan dengan baik. Kebanyakan anak-anak disana hanya berpendidikan hingga tamat SMP/SMA.

Selain itu mereka juga lebih suka ikut melaut ataupun bekerja sebagai buruh pabrik daripada harus bersekolah tinggi-tinggi. Karenanya, untuk memutus rantai kemiskinan yang ada disana dibutuhkan usaha keras. Mindset masyarakat disana harus diubah bahwa pendidikan adalah jalan keluar dari dari kemiskinan.

14254377831898309492
14254377831898309492
Jembatan beton menuju makan Syekh Abdullah Mudzakir

Tidak banyak orang yang tahu keberadaan konservasi hutan mangrove di Demak. Karena lokasinya memang cukup terpencil dan jalan menuju kesana pun harus menggunakan sepeda motor atau kendaraan roda empat. Namun belakangan ini berkat social media media seperti instagram, banyak pengunjung yang datang kesana. Mereka umumnya hanya ingin berjalan-jalan kesana melihat hutan mangrove dan sekedar berfoto ria atau bahkan banyak yang menjadikan tempat wisata hutan mangrove sebagai lokasi pacaran. Padahal tempat konservasi hutan mangrove bisa dijadikan sebagai sarana wisata dan edukasi khususnya bagi para pelajar. Sehingga akan timbul kecintaan dengan alam dan semangat untuk melestarikan lingkungan.

Untuk masuk kesanapun tidak mahal, pengunjung hanya dikenakan biaya parkir. Dan untuk masuk ke kawasan hutan mangrove, pengunjung tidak dikenakan biaya retribusi. Disana pengunjung dapat melihat pohon-pohon mangrove yang tumbuh dengan rapat, beton-beton pemecah ombak, dan juga disana terdapat makam Syekh Abdullah Mudzakir.

Meskipun bangunan dan rumah yang ada disekitar bibir pantai mengalami kerusakan parah, namun berbeda dengan makam tersebut. Makam tersebut masih utuh dan berada ditengah laut. Untuk menuju kesana bisa melewati jembatan beton.

Pada hari-hari besar agama Islam biasanya makam tersebut ramai dikunjungi orang-orang dari luar daerah. Ketika berkunjung kesana, jangan lupa mencicipi aneka cemilan dari olahan pohon mangrove. Dan yang ingin berkeliling pantai, bisa mencoba naik perahu nelayan. Biasanya mereka dengan senang akan mengantarkan pengunjung berkeliling pantai, tentunya dengan biaya yang telah disepakati.

Perlu diingat, ketika disana pengunjung tidak boleh merusak pohon mangrove, memburu satwa yang ada disana, serta mengotori lingkungan. Untuk yang kesana berpasangan namun belum menikah, sebaiknya lebih menjaga sikap dan memperhatikan sopan santun. Penduduk setempat tidak segan-segan untuk memberikan teguran dan sangsi jika melihat pengunjung yang tidak mengindahkan peraturan dan tidak menjaga sopan santun.Mari kita jaga bersama kekayaan alam Indonesia, inilah harta yang paling mahal harganya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun