Bahasa merupakan alat komunikasi utama yang digunakan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Setiap bentuk bahasa memiliki fungsinya masing-masing, termasuk bahasa gaul yang banyak digunakan oleh anak muda. Bahasa gaul sering kali merupakan bentuk singkatan, kata-kata plesetan, atau ungkapan populer yang berkembang di lingkungan sosial tertentu. Meskipun bahasa gaul mencerminkan identitas dan kekreatifan, dalam konteks bertutur kata yang baik, penggunaan bahasa gaul bisa menjadi kurang efektif dan menimbulkan beberapa masalah komunikasi.
1. Mengurangi Kejelasan Komunikasi
Salah satu masalah utama yang muncul ketika menggunakan bahasa gaul adalah kurangnya kejelasan. Bahasa gaul sering kali bersifat temporer dan hanya dimengerti oleh kelompok tertentu, seperti remaja atau komunitas online tertentu. Jika digunakan dalam percakapan formal atau dalam situasi yang melibatkan orang-orang dari berbagai kalangan, pesan yang disampaikan bisa menjadi sulit dimengerti atau bahkan disalahpahami.
Sebagai contoh, kata "nggak" (dari "tidak") mungkin dimengerti oleh sebagian besar orang, tetapi istilah yang lebih modern seperti "gue" (saya), "lo" (kamu), atau kata-kata seperti "wkwk" dan "mantul" (mantap betul) bisa membuat orang di luar kelompok tersebut bingung. Dalam situasi profesional atau formal, penggunaan istilah-istilah ini bisa dianggap tidak sopan atau tidak menghormati audiens yang lebih luas.
2. Menurunkan Tingkat Formalitas
Dalam situasi resmi, seperti presentasi, wawancara kerja, atau berbicara di depan umum, bertutur kata yang baik melibatkan penggunaan bahasa yang formal dan sopan. Bahasa gaul cenderung menciptakan suasana santai dan tidak resmi, sehingga tidak cocok digunakan dalam situasi yang memerlukan keseriusan dan formalitas. Penggunaan bahasa gaul dapat membuat pembicara terkesan tidak serius atau tidak menghargai konteks formal yang sedang dihadapi.
Misalnya, dalam wawancara kerja, jika seorang pelamar menggunakan bahasa gaul seperti, "Gue sih ngerasa kayaknya ini kerjaan cocok banget buat gue," kesan profesionalitas dapat berkurang. Penggunaan kalimat yang lebih formal seperti, "Saya merasa pekerjaan ini sangat sesuai dengan kemampuan saya," akan jauh lebih efektif dan memberikan kesan lebih positif.
3. Mengurangi Kualitas Bahasa
Bahasa adalah cerminan dari karakter dan intelektualitas seseorang. Penggunaan bahasa gaul yang berlebihan dapat menurunkan kualitas bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari. Terlalu sering menggunakan bahasa gaul dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mengekspresikan ide dengan baik dan benar dalam bahasa yang lebih baku dan terstruktur. Dalam konteks akademis, misalnya, kemampuan menulis atau berbicara dengan bahasa yang baik dan benar menjadi penting, namun jika terbiasa dengan bahasa gaul, kemampuan tersebut bisa menurun.
Contoh lainnya adalah dalam penulisan esai atau karya tulis ilmiah. Jika penulis terbiasa menggunakan bahasa gaul, ia mungkin kesulitan memilih kata-kata yang tepat dan formal, sehingga hasil tulisannya kurang profesional dan sulit dimengerti oleh pembaca yang lebih luas.
4. Menyebabkan Stereotip atau Stigma
Bahasa gaul yang tidak sesuai konteks juga bisa menimbulkan stereotip atau stigma tertentu. Misalnya, jika seseorang menggunakan bahasa gaul dalam situasi formal, ia mungkin dianggap kurang sopan, tidak berpendidikan, atau tidak menghargai situasi tersebut. Hal ini dapat memengaruhi cara orang lain memandang karakter dan kemampuan individu tersebut.
Dalam interaksi sosial, orang yang terlalu sering menggunakan bahasa gaul mungkin juga dianggap tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan yang lebih formal atau profesional. Stereotip seperti ini dapat berdampak negatif terhadap karier atau relasi sosial seseorang.
5. Mempengaruhi Budaya Bahasa yang Lebih Baku
Penggunaan bahasa gaul yang berlebihan juga dapat mempengaruhi eksistensi dan kualitas bahasa Indonesia yang lebih baku. Dalam jangka panjang, jika generasi muda lebih sering menggunakan bahasa gaul dan kurang memahami bahasa formal, hal ini dapat mengurangi kemampuan berbahasa yang baik dan benar secara keseluruhan. Bahasa Indonesia yang formal sangat penting untuk dipertahankan dalam komunikasi yang lebih luas dan resmi, terutama dalam pendidikan, pemerintahan, dan media massa.
Meskipun bahasa gaul merupakan bagian dari perkembangan budaya dan kreativitas dalam komunikasi sehari-hari, penggunaannya harus disesuaikan dengan konteks. Dalam situasi yang menuntut kejelasan, formalitas, dan kesopanan, penggunaan bahasa gaul bisa menjadi kurang efektif dan bahkan merugikan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk dapat menyeimbangkan penggunaan bahasa gaul dengan bahasa yang lebih baku dan formal, agar komunikasi tetap efektif, jelas, dan sesuai dengan norma-norma yang berlaku.