Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Suka sehat

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Body Shaming: Muda Mudi Merasa Terasing Akibat Body Shaming

12 Juni 2022   17:29 Diperbarui: 12 Juni 2022   17:35 748
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Remaja ini kesehatan mental sangat perlu diperhatikan. Penurunan kesehatan mental yang terjadi, terlebih pada usia anak hingga remaja kerap ditemui. Penyebabnya juga bermacam-macam. Pembahasan kali ini berfokus pada penurunan kesehatan mental yang terjadi akibat citra tubuh yang negatif. Citra tubuh adalah pandangan diri mengenai tubuh yang biasa dipengaruhi oleh pandangan seseorang terhadap tubuh kita. Apabila diri sendiri menganggap orang lain memandang diri kita negatif maka akan timbul rasa ingin memenuhi standar tubuh ideal tersebut. Dan pandangan seperti inilah yang menyebabkan seseorang justru memandang negatif terhadap bentuk tubuh sendiri. Perilaku menghina fisik seseorang dan menciptakan citra negatif tersebut kerap disebut dengan istilah body shame dan tindakannya disebut dengan body shaming (Sakinah, 2018).

Body shaming merupakan salah satu bentuk tindakan bullying yang menyasar pada tubuh seseorang. Aksi ini biasanya berupa komentar negatif yang dilakukan secara langsung maupun melalui media sosial. Komentar negatif mengenai fisik seseorang ini awal mula dilakukan secara tidak sengaja atau candaan, seiring waktu justru semakin parah dan mengakibatkan dampak-dampak buruk. Ditambah lagu memasuki era digital saat ini. Tak sedikit komentar mengarah pada  bentuk tubuh yang jauh dari standar kecantikan yang sebenarnya tidak jelas. Berikut beberapa contoh perkataan atau komentar yang merupakan body shaming  “ Udah lama gak ketemu kamu iteman ya? Abis mantai?”, “ Itu perut apa karung neng?”, “Loh, kok jerawatan sekarang?”, “ Sekarang kurusan yaa”, “ Ini badan lo kok cungkring banget sih, badan apa ranting?”, “Kok sekarang malah tinggian aku ya? Padahal dulu tinggian kamu loh”,  dan masih banyak lagi. Perkataan-perkataan tersebut dilontarkan awalnya sebagai bentuk keakraban atau sebagainnya. Namun kelamaan hal ini mengganggu pemilik tubuh. Mereka yang merasa tidak memiliki tubuh yang ideal akan terus berpikir bagaimana membentuk tubuhnya menjadi ideal atau justru menutup diri dari masyarakat untuk mencegah hal serupa terjadi. Tak sedikit dari mereka justru menekan diri untuk menjadi sempurna dengan melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan.

Pembentuk perilaku body shaming sangat beragam. Dimulai dari faktor globalisasi yang berfokus pada penggunaan gawai dan sosial media. Perilaku body shaming berupa komentar-komentar negatif mengenai bentuk fisik seseorang yang banyak ditemukan di komentar postingan seseorang. Hal ini termasuk salah satu bentuk kekerasan verbal yang menimbulkan dampak negatif pada diri seseorang. Komentar-komentar negatif ini sering menimpa pada perempuan meski tak sedikit laki-laki yang mengalaminya. Faktor selanjutnya ialah faktor budaya. Disini dibuktikan dengan adanya hubungan yang menganggap dirinya saudara padahal bukan dan menganggap tindakan body shaming terhadap saudara sendiri ialah hal yang wajar. Hal itu merupakan kekeliruan yang besar. Faktor selanjutnya ialah presepsi masyarakat yang salah mengenai standar ideal tubuh yang sudah ada sejak dulu, hal ini sebenarnya tidak perlu lagi diperhatikan. Standar kecantikan tidak lagi menjadi alasan klasik dibenarkannya tindakan body shaming ini. Selanjutnya ada faktor ketidakpekaan sosial yang merasa bahwa tindakan ini merupakan guyonan semata sehingga tidak ada inisiatif untuk mencegah atau menghentikannya. Tak sedikit padahal korban yang sudah merasa tidak nyaman dan sakit hati. Namun kurangnya kepekaan sosial ini yang menyebabkan tindakan body shaming ini terus terjadi.

Selanjutnya membahas mengenai dampak dari perilaku body shaming terhadap kesehatan mental para korban. . Tak sedikit pula korban body shaming ini melakukan hal-hal yang justru merugikan dirinya sendiri. Salah satu tindakan tersebut ialah Self-objectification. Self-objectification ialah ketika seseorang memandang dan menilai dirinya sendiri berdasarkan penampilannya. Rasa malu dari korban akan meningkat, ketidak percayaan diri pada korban juga bertambah dan juga rasa tidak bersyukur atas pemberian sang pencipta. Selain itu akan muncul rasa cemas yang terus menghantui. Hal ini akan mengurangi motivassi untuk melakukan hal yang ia inginkan. Menyebabkan diri korban merasa Lelah dan putus asa dan menimbulkan rasa ingin  mengakhiri hidupnya karena kebanyakan dari mereka merasa tidak berguna dan buruk. Dampak selanjutnya dari tindakan body shaming ini ialah pada self esteemnya. Self esteem adalah perasaan atau pandangan seseorang terhadap diri mereka sendiri namun berdasar pada seberapa banyak orang lain menyetujui atau justru menyangkalnya. Korban juga akan mengalami insecure dan mengalami kemunduran dalam berkomunikasi. Kerap kali merendahkan diri sendiri, merasa memiliki banyak kesalahan, dan urung untuk menunjukkan dirinya.

 Solusi yang harus dilakukan ialah penanganan pada kesehatan mental korban serta edukasi mengenai buruknya body shaming untuk mencegah terjadinya hal-hal serupa. Untuk korban kita bisa meningkatkan citra tubuhnya menjadi positif serta memberikan dukungan dalam bentuk apapun. Untuk mencegah pelaku melakukan body shaming kita bisa memberikan edukasi baik melalui seminar, film atau video, atau pendekatan secara langsung.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun