Mohon tunggu...
Fatimah Al Khumaira
Fatimah Al Khumaira Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Gadjah Mada

Mahasiswa yang suka jalan- jalan dan jajan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Balik Reruntuhan, Mimpi yang Terlahir Kembali

21 Januari 2025   13:30 Diperbarui: 21 Januari 2025   13:30 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di ujung senja yang pudar, ia menatap hilang,
Rencana yang dulu dianyamnya dengan benang-benang emas,
Tari harap yang terbungkus dalam keheningan jari,
Namun, ia terurai, terkandas oleh ombak waktu yang tak kenal ampun.

Mimpi-mimpi yang ia simpan dalam sunyi,
Berselimutkan desir angin, rindu yang tak terucap,
Sekonyong-konyong mengering, layu sebelum sempat menyentuh fajar,
Seperti bunga yang tak sempat mencium pagi.

Namun, di balik segala kehampaan itu,
Ada bisikan lembut yang melampaui batas ruang dan waktu,
Seperti rintik hujan yang tak tampak, menyentuh tanah yang kering,
Ia mendengar suara yang menenangkan---

Baca juga: Kode di Balik Hati

Bahwa Tuhan, Sang Maha Pengatur,
Tidak membiarkan langit jatuh tanpa menumbuhkan pelangi,
Dan dalam kegamangan yang menyelimuti hati,
Ia hadirkan pagi yang lebih cemerlang dari semua harapan yang lenyap.

Ia mulai memahami bahwa kegagalan adalah rahasia terbesar,
Seperti tanah gersang yang menunggu hujan pertama,
Yang tak tampak, namun selalu siap menyambut benih-benih baru,
Tumbuh lebih hijau, lebih hidup, lebih kaya dalam bentuknya yang baru.

Dari reruntuhan itu, ia bangkit menjadi pohon yang lebih tegak,
Akar yang menguat, ranting yang merunduk penuh syukur,
Seperti bintang yang jatuh, tak sia-sia,
Menjadi meteorit yang menyalakan gelap malam yang sunyi.

Ia bersyukur pada kegagalan, yang ternyata adalah pintu,
Ke sebuah kisah yang lebih mulia, lebih penuh makna,
Sebuah janji Tuhan yang dibawa oleh rahmat,
Mengarahkannya menuju suatu tempat yang tak pernah ia bayangkan---
Di sana, mimpi yang terlupakan akhirnya menemukan rumahnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun