Mohon tunggu...
Fatimah NurRohiim
Fatimah NurRohiim Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar

Sedang menempuh pendidikan tinggi pada prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FKIP, Universitas Sebelas Maret.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Menganalis Wacana Kritis di Abad-21: Pengaruh Globalisasi

1 April 2024   19:58 Diperbarui: 1 April 2024   19:59 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Analisis Wacana Kritis atau AWK semakin relevan pada abad ke-21 karena kemampuannya mengungkap pengetahuan dalam teks. Dalam konteks globalisasi, analisis wacana kritis mampu membantu dalam memahami bagaimana media massa, politik, dan budaya merintis narasi yang memengaruhi pemikiran masyarakat. Analisis wacana kritis juga menyoroti ketimpangan sosial, gender, dan kekuasaan yang tertanam dalam bahasa, memungkinkan kita untuk melihat lebih dari sekadar kata-kata.

Dalam kajian analisis wacana kritis, analis tidak hanya fokus pada teks itu sendiri, tetapi juga pada konteks sosial-politik yang melingkupinya. Di era digital, analisis wacana kritis juga menghadapi tantangan baru, di mana produksi dan distribusi teks semakin terdesentralisasi. Hal ini memunculkan pertanyaan baru tentang bagaimana analisis wacana kritis dapat diterapkan secara efektif dalam mengungkap dominasi ideologi dalam ruang digital yang kompleks. Pemahaman ini memberi landasan yang kuat untuk mengkaji bagaimana narasi-narasi baru terbentuk dan berkembang dalam dunia yang terus berubah dengan cepat.

Dalam konteks globalisasi saat ini, analisis wacana kritis memainkan peran kunci dalam mengungkapkan narasi yang mendominasi media massa dan komunikasi digital. Dengan memeriksa bahasa yang digunakan dalam berbagai konteks, analisis ini membantu kita memahami bagaimana ideologi tertentu dipromosikan atau dibentuk oleh institusi-institusi kekuasaan. Dengan mempertimbangkan bagaimana bahasa membentuk pemahaman tentang diri dan orang lain, dapat memperoleh wawasan yang lebih dalam tentang dinamika sosial yang kompleks.

Salah satu contoh analisis wacana kritis dalam kehidupan sehari-hari adalah melalui media sosial. Dalam platform-platform seperti Twitter atau Instagram, kita dapat melihat bagaimana bahasa digunakan untuk memperkuat atau melawan norma-norma sosial yang ada. Misalnya, dalam diskusi tentang isu-isu sosial atau politik, pengguna media sosial sering kali menggunakan bahasa yang memperkuat pandangan mereka atau membangun narasi tertentu. Analisis wacana kritis dapat membantu kita melihat bagaimana kekuasaan dan ideologi terwujud dalam pola-pola bahasa yang digunakan dalam interaksi online ini.

Selain itu, analisis wacana kritis juga dapat diterapkan dalam media massa seperti televisi dan surat kabar. Melalui pemeriksaan konten-konten media ini, kita dapat melihat bagaimana cerita-cerita dibangun untuk memengaruhi opini publik atau memperkuat pandangan tertentu. Dengan memahami konstruksi bahasa dalam berita atau program-program televisi, kita dapat membaca di antara baris dan melihat bagaimana kekuasaan dan ideologi tertentu berperan dalam membentuk pemahaman kita tentang realitas sosial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun