Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka Batch 4 Inbound Universitas Negeri Malang

Mahasiswa Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Bengkulu. Immpossible is just an opinion

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Memperkaya Wawasan: Talkshow Inspiratif dengan Tokoh Adat dan Tokoh Agama di Desa Ngadas

31 Mei 2024   14:21 Diperbarui: 31 Mei 2024   14:23 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Talkshow Inspirasi di Desa Ngadas.dokpri

Desa Ngadas adalah desa wisata yang terketak di antara 2 gunung yaitu gunung bromo dan gunung semeru. Desa ini adalah rumah bagi masyarakat suku tengger yang memiliki tradisi dan nilai-nilai leluhur yang diwariskan dari generasi ke generasi. Kelompok Modul Nusantara Gajayana PMM 4 UM mengunjungi Desa Ngadas ini untuk melakukan talkshow inspirasi dengan tokoh agama dan tokoh adat yang narasumbernya adalah Pak Mujianto Mugiraharjo selaku Kepala Desa sekaligus Kepala Adat Desa Ngadas dan pak Sutomo selaku Mbah Dukun Desa Ngadas. Desa ngadas ini diberi nama Desa Ngadas karena banyaknya terdapat tumbuhan adas sebelum dijadikan pemukiman warga, tumbuhan adas ini dapat dibuat menjadi jamu dan untuk bumbu makanan. Di Desa Ngadas ini terdapat tiga tempat ibadah yaitu vihara, pura dan masjid, masyarakat nya mayoritas beragama Buddha dan ada satu keluarga yang beragama kristen.Namun, di desa ngadas ini untuk pendidikan formal hanya tersedia hingga jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, seperti Sekolah Menengah atas (SMA) para pelajar harus pergi ke daerah Tumpang.

Terdapat banyak sekali kegiatan upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Ngadas seperti Upacara Karo yang merupakan perayaan tahun baru bagi masyarakat tengger, upacara unan-unan yang dilakukan setiap lima tahun sekali untuk memohon keselamatan dan kesejahteraan. Masyarakat Desa Ngadas juga melakukan budaya yang disebut dengan pete'an dimana setiap 3 bulan diadakan kontrol pada wanita guna menghindari terjadinya hamil di luar nikah baik bagi wanita yang masih perawan ataupun sudah janda. Jika hamil diluar nikah maka akan timbul wabah penyakit di desa ngadas seperti sakit perut. Tanda alam menandakan jika ada hamil di luar nikah di desa ngadas adalah adanya ayam berkokok sebelum waktunya. 

Desa Ngadas memiliki pakaian adat khusus yang dikenakan oleh masyarakatnya. Suku Tengger dikenal dengan ciri khas penggunaan kain tenun goyor. Menurut dukun adat setempat, goyor merupakan ciri khas penting dari masyarakat suku tengger. Masyarakat desa ngadas memberikan makna filosofis pada pemakaian sarung, yaitu sebagai panduan agar masyarakat tidak tersesat dalam hidup. Pemakaian sarung di Desa Ngadas juga unik yaitu dengan cara diselempangkan. Untuk pemakaian sarung bagi wanita berbeda dan memiliki makna tertentu, jika ujung sarungnya itu berada di bahu sebelah kanan berarti wanita tersebut masih single atau belum menikah, jika ujung sarungnya berada di depan menunjukkan bahwa wanita tersebut sudah memiliki suami. 

Penggunaan sarung ini memiliki beberapa manfaat, yaitu sebagai tanda pengenal dan identitas Suku Tengger. "Masyarakat Tengger biasanya selalu mengenakan sarung ke mana pun mereka pergi, dan jika tidak memakainya rasanya ada yang kurang" ujan Pak Muji selaku Kepala Desa. Selain sebagai identitas, sarung juga berfungsi untuk menghangatkan tubuh dengan cara menyelimutkan ke badan. saat menghadiri acara pernikahan, sarung tersebut diselendangkan di leher. 

Tidak hanya sarung, pakaian adat Desa Ngadas dilengkapi dengan penutup kepala yang disebut dengan udeng. Nama lain dari udeng adalah ikat kepala, dipakai di kepala karena sebagai pengendalian. Segitiga di udeng bermakna kejujuran masyarakat udeng dan tali angsul bentuk tunas kelapa yang bermakna adat istiadat di Desa Ngadas dapat dilestarikan oleh generasi muda. 

Penulis : Fatimah Azzahra, Risna Nurfala, Ely Tree Lbn Gaol

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun