Mohon tunggu...
FATIMAH
FATIMAH Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas 6

Hobi Membaca dan bernyanyi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Koneksi Antar Materi Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik

25 Juli 2024   11:13 Diperbarui: 25 Juli 2024   11:17 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pernahkah anda mendengar Kata "Coaching"? Bagi saya sebelumnya Coaching ini adalah sebuah kata yang pernah didengar tetapi tidak dalam kuantitas yang banyak atau dengan kata lain agak jarang terdengar. Dan setelah mengikuti Pendidikan Guru Penggerak di Angkatan 10 inilah saya jauh lebih mengenal tentang Coaching ini.

Coaching adalah sebuah kolaborasi yang bersifat "kemitraan", dimana hubungan antara coach (si pemberi coaching) dan coachee (si penerima manfaat coaching/individu yang sedang membutuhkan coaching) setara, yang berarti diantara coach dan coachee itu tidak ada yang lebih baik dari yang lainnya. Namun saat coaching dilakukan coachee sedang membutuhkan seseorang (coach) untuk membantunya menemukan atau menggali bahkan memaksimalkan potensinya di dalam menghadapi suatu permasalahan. Ibarat lainnya coaching ini adalah edisi "curcol" tetapi dengan tujuan mencari suatu solusi dari permasalahan.

Kemudian apa bedanya coaching dengan mentoring? Katanya coaching adalah kolaborasi bukan? Bukankah Mentoring juga sebuah kolaborasi?

Betul sekali... baik coaching maupun mentoring sama-sama merupakan kegiatan kolaborasi. yang membedakan antara coaching dengan mentoring adalah proses dan tujuannya. Coaching prosesnya untuk memaksimalkan potensi seorang coachee tetapi coach tidak mempunyai kewajiban untuk memberikan solusi, tetapi lebih mengarahkan atau menuntun si coachee untuk menemukan solusinya sendiri secara sadar maupun tidak sadar sebenarnya mampu dia lakukan bahkan pernah dia lakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapinya tersebut. Jadi di dalam coaching si coachee bertugas hanya untuk mengajak si coachee memaksimalkan potensi yang ada pada dirinya.

Sedangkan Mentoring adalah suatu proses kolaborasi dimana si Mentor (individu yang memiliki kompetensi di dalam suatu hal) mentransfer kompetensi/ilmu yang dia miliki kepada mentee (individu atau sekelompok orang yang membutuhkan ilmu). Nah dari sini terlihat jelas bukan apa perbedaan Mentoring dan coaching? Yaa betul sekali... Dalam prosesnya mentor boleh langsung memberikan solusi kepada mentee, tetapi coach tidak disarankan untuk memberikan solusi kepada coachee.

Selain Coaching dan mentoring, ada juga yang namanya Konseling, Fasilitasi, dan training. Tetapi di jurnal kali ini, saya hanya akan memfokuskan diri di coaching.

Beranjak dari pengertiannya bahwa Coaching adalah sebuah hubungan kemitraan dengan klien, dalam suatu percakapan yang kreatif dan memicu pemikiran, untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional klien. Jelas disini disebutkan bahwa coaching itu merupakan sebuah percakapan, tetapi bukan hanya percakapan yang tidak mempunyai tujuan. Bahkan percakapannya pun disarankan menggunakan "ALUR TIRTA", dimana :

  • T nya merupakan akronim dari Tujuan yaitu tahapan dimana coach dan coachee secara bersama-sama menyetujui apa Tujuan percakapan (coaching) pada saat itu. 
  • I adalah identifikasi yang merupakan tahapan si coachee dengan dipandu oleh coachnya mengidentifikasi kenapa permasalahan yang dihadapi dapat terjadi.
  • R merupakan Rencana Aksi, yaitu tahapan dimana si coachee akan mencoba merencanakan aksi-aksi untuk menyelesaikan masalahnya, tentu masih dituntun oleh si coach dengan pertanyaan-pertanyaan berbobotnya.
  • TA adalah Tanggung jawab, yaitu tahapan dimana si coachee akan berkomitmen pada rencana aksi yang sudah disusunnya tersebut.

Meskipun coaching hanya sekedar percakapan, tetapi seorang coach haruslah mempunyai kompetensi khusus, yaitu :

  • Kehadiran penuh, dimana coach haruslah mampu menghadirkan diri, perasaan, dan pikirannya secara utuh di saat proses coaching ini terjadi.
  • Mendengarkan aktif, yaitu kemampuan coach untuk fokus pada apa yang dikatakan oleh coachee dan dapat memahami secara keseluruhan makna yang tidak terucapkan.
  • Mengajukan pertanyaan berbobot, yaitu pertanyaan yang dapat menggiring atau mengarahkan coachee untuk menggali potensi yang ada pada dirinya dengan menghadirkan pertanyaan terbuka dan diajukan pada saat yang tepat.

Seorang coach di dalam mendengarkan dan bertanya haruslah menggunakan RASA, yaitu :

  • Receive (Terima), dimana coach haruslah dapat menangkap kata-kata kunci yang diucapkan oleh coachee.
  • Acknowledge (Beri Tanda), artinya seorang coach dapat memberikan tanda/sinyal bahwa dirinya mendengarkan dengan penuh perhatian cerita si coachee, bisa dengan menganggukkan kepala, mengatakan o atau ya, tidak terlalu sibuk mencatat dan bisa fokus secara penuh kepada coachee nya.
  • Summarize (Rangkum) , tahapan ini si coach bisa merangkum untuk memastikan pemahaman antara coach dan coachee itu sama atau tidak, dan dalam proses ini coach dapat menggunakan kata-kata kunci untuk membuat rangkumannya, jangan lupa coach harus meminta konfirmasi dari coachee untuk kebenaran rangkumannya tersebut.
  • Ask (tanya), setelah merangkum pembicaraan coachee, coach dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan berbobot yang dapat membuat pemahaman coachee lebih dlam tentang situasi permasalahannya. Pertanyaannya haruslah bersifat terbuka dan diajukan berdasarkan hasil mendengarkan yang dapat menggunakan kata kunci atau emosi yang sudah dikonfirmasi kebenarannya.

Coaching ini sangat berkaitan erat dengan Modul 1.1 Filosofi Pendidikan KHD, dimana Tujuan Pendidikan adalah untuk menuntun peserta didik sesuai kodratnya dalam mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Tujuan pendidikan ini tentu selaras dengan Tujuan dilakukannya coaching. Coaching juga dapat dilakukan untuk peserta didik, meskipun dalam pelaksanaannya akan ada alur yang terlewati. Tujuan coaching juga untuk menuntun peserta didik di dalam memaksimalkan potensinya, tentu juga tetap dengan memperhatikan kodratnya, baik kodrat alam maupun kodrat zaman di dalam proses pelaksanaan coachingnya. Harapannya setelah coaching tersebut, peserta didik dapat menemukan keselamatan dan kebahagiaannya.

Di dalam Modul 1.2 nilai dan Peran Guru Penggerak disebutkan bahwa seorang guru merupakan pemimpin pembelajaran, yang harusnya mempunyai nilai berpusat pada peserta didik, kolaborasi, dan mewujudkan kepemimpinan peserta didik. Hal ini tentu selaras dengan Coaching, dimana pada saat proses coaching ini, seorang guru berperan sebagai coach yang sama maknanya dengan pemimpin pembelajaran. Dan pada saat coaching, seorang guru harus benar-benar fokus pada peserta didik (coachee) nya sehingga dapat menggali bahkan memaksimalkan  potensi si peserta didik (coachee) sehiingga kepemimpinan pada dirinya dapat terwujud.

Modul 1.3 Visi Guru Penggerak yang merupakan impian dan harapan seorang guru terhadap peserta didiknya di masa depan juga tentu berkaitan erat dengan Coaching dalam Supervisi Akademik ini, karena coaching sesuai dengan tujuannya dilakukan untuk mengarahkan atau memaksimalkan potensi pada peserta didik, diharapkan ke depannya akan berkelanjutan sehingga potensi-potensi yang tergali tersebut dapat tumbuh terus sehingga terwujud peserta didik yang memiliki Profil Pelajar Pancasila.

Sedangkan sesuai dengan Modul 1.4 Budaya positif yang berarti nilai-nilai dan keyakinan yang berpihak pada murid agar murid berkembang menjadi pribadi yang kritis, penuh hormat, dan tanggungjawab, tentu sangat berkaitan erat dengan Coaching ini. Karena Tujuan coaching terhadap peserta didik adalah untuk memaksimalkan potensi pada dirinya sehingga peserta didik dapat menjadi peserta didik yang kritis di dalam menghadapi permasalahannya dan dapat menyelesaikannya dengan penuh tanggung jawab.

Di dalam Modul 2.1 Pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid, guru diminta untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi yang melayani peserta didik sehingga tujuan pembelajaran setiap individu dari peserta didik tercapai. Dalam hal ini  guru diminta untuk memenuhi kebutuhan belajar peserta didik, dan coaching adalah strategi yang tepat untuk memfasilitasi kebutuhan belajar peserta didik tersebut.

Sedangkan pada modul 2.2 Pembelajaran Sosial Emosional, kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran berelasi, kesadaran sosial dan pemngambilan keputusan yang bertanggung jawab, sangat berkaitan erat dengan Coaching dalam supervisi Pendidikan. Dimana ketika kita melakukan coaching  kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran berelasi hingga ke pengambilan keputusan yang bertanggung jawab sangat diperlukan baik oleh si coach maupun coacheenya.

Melihat betapa pentingnya coaching di dalam Supervisi Akademik, maka pertanyaan yang muncul adalah Apakah coaching ini bisa dilakukan di SDN Menteng Atas 11? Jawabannya adalah sangat mungkin proses coaching dilaksanakan di SDN Menteng Atas 11 mengingat jumlah peserta didiknya yang sangat banyak, sekitar 568 siswa dan pendidik serta tenaga pendidiknya yang berjumlah 33 orang dengan latar belakang ekonomi, budaya dan status sosial berbeda-beda. Pastinya akan ada banyak permasalahan yang ditemukan dan menurut  saya dapat diselesaikan dengan coaching salah satunya.

Apakah ketika coaching dilakukan akan menemui kendala? Tentu setiap kegiatan ataupun program tidak akan ada yang berjalan mulus, pasti akan ada sedikit atau banyak kendala yang ditemui. Misalnya ketidak beranian peserta didik atau bahkan rekan guru lain untuk meminta di coaching oleh gurunya atau rekannya. Kenapa? karena tidak semua orang mempunyai sifat terbuka, ada banyak orang yang sifatnya tertutup atau biasa kita sebut dengan introvert. Dan ingatlah bahwa coaching ini adalah kesuka relaan antara coachee dengan coach. Si coachee harus suka membagi cerita atau masalahnya kepada coach dan si coach harus rela dengan ikhlas membagi waktunya untuk menuntun coacheenya menyelesaikan masalahnya.

Kemudian ketika ada seseorang yang sebenarnya perlu di coaching tetapi dia malu untuk meminta itu, apa yang harus dilakukan? Menurut saya sesuai dengan prinsip coaching yang sukarela, tidak boleh kita memaksakan orang lain untuk melakukan coaching bersama dengan kita, tetapi lakukanlah pendekatan secara intens terlebih dahulu, sampai si coachee mau membuka dirinya untuk di coaching.

Dan sebagai Guru si Pemimpin Pembelajaran yang sudah mempunyai ilmu tentang coaching, ke depannya dan dimulai saat ini saya akan menyediakan diri saya sebagai pelayan untuk peserta didik, termasuk menjadi coach agar keselamatan dan kebahagiaan mereka dapat tercapai, dan tergali potensi pada diri mereka.


Salam dan bahagia semuanya.

Salam Guru Penggerak

tergerak, Bergerak, Menggerakkan


Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun