Mohon tunggu...
Fatimah azzahra
Fatimah azzahra Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

talk more, action more

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Restu Mereka untuk Jalan Hidupku

2 Juli 2020   22:52 Diperbarui: 2 Juli 2020   22:57 65
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Masa SMA adalah masa yang banyak terciptanya kegaduhan dalam diri seorang insan. Hai, perkenalkan aku adalah seseorang yang namanya tertera dalam profil tulisan ini. Terima kasih telah mampir hingga kata terakhir yang akan aku torehkan nanti. Barang kali disini ada yang memutuskan masuk SMA karena ada saran yang tidak dapat tertolakkan.

Teman-teman, ketika SMP dulu, aku ingin memutuskan untuk melanjutkan jenjang pendidikanku di SMK atau sekolah kejuruan. Karena aku berfikir, aku ingin segera kerja, kerja dan kerja seperti yang biasa presiden kita ucapkan. Bahkan aku sudah survei ke sekolah kejuruan itu bersama temanku haha.

Namun nyatanya, aku bukan pemilik sah atas apa yang aku inginkan. Keluarga ikut ambil bagian mengenai masa depanku. Mereka khawatir untuk waktu yang belum pasti. Ya, mereka seperti itu karena mereka sayang aku.

Bagaimana aku bisa menentangnya ketika itu adalah caraku mendapatkan ridho-Nya ?. Saat itu aku berusia 15 tahun, mudah bagiku menerima saran dan hasutan dari banyak pihak haha. 

Akhirnya, keputusanku mantap. Mimpiku tetap sama, namun jalan yang ku tempuh berbeda. Aku menemukan jalan lain yang bisa membantuku meraih mimpiku. Bukankah hidup memang demikian, manusia hanya bisa berencana dan Tuhan yang memutuskan hasilnya akan seperti apa. 

Cintai prosesnya, agar kita menghargai hasilnya. Jalan ini membuatku memutuskan untuk melanjutkan jenjang pedidikanku di SMA. Kepada teman sebangkuku yang sudah survei SMK bareng bersamaku kala itu, maaf kita harus berpisah. 

Kenapa kok jadi SMA ? Kala itu, gimana ya bilangnya wkwk, pokoknya kakak aku sebagai orang yang membantu aku untuk mengambil keputusan itu bilang kalo tahun aku kerja nanti, perusahaan butuh karyawan minimal S1 untuk dipekerjakan.

Selain itu, dengan adanya ijazah S1 dapat lebih menunjang karir kita nantinya. Menunjang disini maksudnya kek kita bisa naik jabatan lebih mudah, karena ga sedikit karyawan lulusan SMK yang akhirnya memutuskan untuk kuliah mengambil kelas karyawan bukan ? nah, hal itulah yang akhirnya menjadi pertimbanganku untuk masuk SMA.

Dan disaat aku SMP itu rumor yang beredar adalah kalo kita mau kuliah kita harus ambil jurusan yang sama seperti ketika SMK. Itu berlaku kalo aku masuk SMK ya. Makanya, aku nyari aman aja dah pokoknya masuk SMA. Alhamdulillah, orang tua ridho dan aku keterima di salah satu SMA Negeri di Ibu Kota. 

Awal masuk SMK ga ada bedanya saat kita SMP. Hanya mungkin, teman-teman yang sama jumlahnya sangat sedikit. Wajar. Aku kira, perjuanganku telah selesai ketika aku berhasil masuk SMA. Ternyata ada rintangan lagi yang harus aku lalui untuk bisa semakin dekat dengan mimpiku. BTW, hingga saat ini, mimpiku masih konsisten sejak TK dulu hehe.

Aku ingin mengabdi menjadi guru. Doakan yah, semoga ada jalan untuk mencapainya. Rintangan yang harus kutaklukan adalah bagaimana caranya aku bisa kuliah tanpa harus memberatkan orang tuaku.

Kala itu, guru BK memberitahu aku dan teman-temanku yang lain, bahwa ada beberapa jalur masuk yang akan membawa kita ke salah satu universitas yang ingin kita tuju. SNMPTN adalah target rintangan yan ingin ku lalui. 

Saat kelas 11 atau kelas 2 SMA, mama yang jago masak memintaku untuk menjual beberapa gorengan di kelas. Ingat sekali, hari pertamaku berjualan aku mampu menjual sebanyak 40 pcs tahu isi dan risol yang masing-masing berisi 20 pcs.

Jumlah itupun terus bertambah setiap harinya. Hingga membuatku tidak bisa sering-sering menghabiskan waktu istirahat bersama dengan teman-temanku. Bahkan aku baru bisa beristirahat di menit terakhir waktu istirahat.

Ketika kamu mencari pendapatan, kamu harus mengorbankan waktu dengan orang lain. Aku giat berjualan, ngga kapok meskipun pernah masuk ruangan karena mendapat teguran dari guru killer, bukan guru BK. Guru BK ku baik, lembut dan penyayang. 

Kamu tahu, semua yang kita jalanin, kesulitan yang kita lalui, semua adalah berkat doa orang tua kita. Berkat keridhoan mereka atas apa yang kita kerjakan.

Sebelum kita kesulitan, pasti orang tua kita telah mengalaminya lebih dulu, itulah kenapa terkadang banyak hal yang mereka katakan meskipun kita enggan melakukannya, namun pada akhirnya kita tetap patuh. Selamat ya, kamu telah berada di jalan yang tepat. semoga seterusnya ya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun