Saat perasaan diri tak tenang, merasa marah, kecewa karena menuntut pada manusia yang juga tak sempurna. Respon diri bisa saja marah, menangis sedih, tapi saya sadar, itu tak akan menyelesaikan masalah. Setelah mengekspresikan rasa marah, kecewa dan sedih, saya sadar harus membenahi pikiran agar tidak terus tenggelam dalam rasa ini. Sakit.Â
Membenahi pikiran ini bisa dengan curhat pada guru yang kita percaya, membaca buku, ikut kajian baik online atau offline. Bagi saya pribadi, yang saya pilih pertama kali dilakukan untuk membenahi pikiran adalah mendengarkan kajian asatiz dan asatizah, termasuk kajiannya Ustadz Oemar Mita.Â
Kali ini saya akan berbagi resume kajian ustadz Oemar Mita yang saya akses dari channel Youtube Oemar Mita Syameela, dengan judul 'Perhatikan Love Language Pasangan. '
Rumah Tangga
Rumah tangga itu bukan transaksional. Jika istri berbuat baik, berarti suami juga harus berbuat baik. Jika istri berkorban A, suami juga harus bisa berkorban A.Â
Yakinlah kebaikan akan selalu mendatangkan kebaikan. Kita terluka karena menganggap rumah tangga transaksional. Kadang istri lupa, manusia itu butuh proses, kadang suami baru bisa membalas kebaikan, pengorbanan istri di masa mendatang.
Serakah yang buruk adalah serakah pada kebaikan pasangan. Harus selalu baik dan menyenangkan sepanjang waktu, padahal pasangan kita itu manusia biasa. Ada Lupanya, ada salahnya.
Menikah itu untuk menggapai Rida Allah, bukan untuk bahagia. Menggapai Rida Allah itu dengan bersabar dan bersyukur pada pasangan. Semoga kita lebih bersyukur sudah Allah berikan pasangan.
4 Terminal dalam Kehidupan
Turbulensi kehidupan terjadi karena kesalahan yang kita lakukan (hukum kausalitas, sebab-akibat). Saat turbulensi terjadi coba cek 4 terminal dalam kehidupan: