Mohon tunggu...
Fatimah Azzahra
Fatimah Azzahra Mohon Tunggu... Penulis - Ibu rumah tangga

Ibu rumah tangga yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Indonesia Darurat Sampah Makanan

13 Juli 2024   05:00 Diperbarui: 13 Juli 2024   05:17 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Allah pun mengingatkan kita untuk tidak berlebihan, sebagaimana firmannya dalam quran surat Al A'raf ayat 31, "Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan." 

Rasulullah saw pun mengajarkan adab makan, diantaranya adalah berhenti makan sebelum kenyang dan tidak menyisakan makanan. Anjuran berhenti makan sebelum kenyang mengajarkan kita untuk menahan diri dari nafsu, lapar mata. Rasulullah mengajarkan kita untuk mengisi perut kita sepertiga dengan makanan, sepertiga dengan minum dan sisakan sepertiganya lagi untuk udara. Selain karena ini sunnah yang Rasul ajarkan, ternyata berhenti sebelum kenyang pun berpengaruh pada kesehatan. Terlalu banyak makan, tidak baik untuk kesehatan kita, apalagi makanannya tidak halal dan thayyib. 

Rasul juga melarang kita untuk membuang makanan. Hal ini terkategori mubazir, sementara mubazir adalah perbuatan setan. Orang yang mubazir temannya setan. Oleh karena itu, ambil makanan secukupnya. Kalau sudah kenyang, beri jeda untuk menghabiskan makanan, sehingga berkah makanan tetap sampai pada yang memakannya. 

Dengan berbekal iman pada Allah dan Rasul, setiap muslim harus menyadari bahwa aktivitas seputar makan pun akan diminta pertanggungjawaban. Sehingga lahirlah insan yang bertanggung jawab pada makanannya, tidak mubazir membuang makanan. Inilah pendidikan yang ditanamkan oleh akidah islam di setiap rumah, sekolah dan tempat lainnya. 

Tidak hanya level individu, masyarakat pun akan melakukan gaya hidup sederhana, tidak mubazir. Jika tidak habis ketika memesan makanan di restoran, makanan tersebut dibawa pulang. Ini tidak aneh, tidak norak, juga tidak kampungan. 

Negara pun hadir menerapkan aturan yang mendukung gaya hidup ini. Mulai dari penerapan sistem pendidikan yang berasaskan akidah islam, regulasi yang menghindari buang-buang makanan, dan pendistribusian makanan pada rakyat. Negara pun memfasilitasi para aghnia yang rakyat diberi rezeki lebih oleh Allah untuk bersedekah kepada yang membutuhkan. 

Hal ini pernah diterapkan saat Islam menjadi sistem kehidupan, seperti di masa Umar bin Khattab. Beliau hadir langsung sebagai kepala negara mengecek kondisi rakyatnya dan mengantarkan sendiri makanan ke rumah rakyatnya. Beliau pun enggan untuk makan daging, hanya mencukupkan dengan roti keras dan zaitun saat rakyatnya mengalami krisis pangan. Inilah sosok pemimpin yang lahir dari rahim ketaatan pada Allah dan Rasul. Ia teladan umat dan wara dalam setiap aktivitasnya. Selalu khawatir akan rakyatnya. 

Inilah indahnya sistem islam yang Allah turunkan sebagai solusi dalam permasalahan kehidupan kita, termasuk sampah pangan. 

Wallahua'lam bish shawab. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun